BincangSyariah.Com – Beberapa hari lalu, tepatnya pada tangggal 15 – 18 Desember, saya diberikan kesempatan oleh Pusat Studi Pesantren untuk mewakili Bincang Muslimah (kebetulan menjadi satu-satunya peserta dari media keislaman khusus perempuan) dalam agenda Temu Penggerak Media Pesantren angkatan 6, yang mengusung tema “Jalan Dakwah di Media Sosial”.
Acara ini mengumpulkan 20 Pengelola media dari berbagai pesantren yang berada di wilayah Jawa Barat dan Banten, 2 diantaranya adalah media keislaman, yaitu Bincang Muslimah dan Harakah Islamiyah.
Temu Penggerak Media Pesantren ini memberikan beberapa materi yang sangat relevan dengan pengelolaan media. “Mengelola Website Keislaman” merupakan materi pengantar dan juga mengawali pelatihan ini, disampaikan oleh Hengki Ferdiansyah, Lc. MA., salah satu founder media keislaman BincangSyariah.com. Setelah itu dilanjutkan dengan materi “Media Sosial dan Pemetaan Media-media Islam” oleh Zunus Muhammad, salah satu pengelola website NuOnline.com.
Kedua materi ini membantu membuka wawasan peserta terhadap pemetaan media keislaman yang sedang berkembang di Indonesia saat ini. Dari materi ini, peserta pelatihan dibimbing pula untuk memetakan potensi yang dimiliki pesantren untuk mengembangkan media yang dimiliki, serta kendala-kendala yang menghambat pengembangan media pesantren.
Dari pemetaan yang dilakukan mengenai potensi yang dimiliki pesantren untuk mengembangkan medianya, terdapat beberapa temuan peserta, diantaranya adalah: pesantren memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, mulai dari santri hingga Kyai. Selain itu, pesantren juga kaya akan literatur, mulai dari literatur kuno hingga literatur kekinian yang wow.
Dengan potensi yang dimiliki pesantren tersebut, bukanlah hal yang mustahil jika kita sebut pesantren adalah “bank content” keislaman yang patut diangkat ke media. Apalagi melihat kebanyakan media keislaman hari ini banyak mengalami pergeseran fungsi, bukan lagi sebagai penebar khazanah keislaman melainkan fitnah yang berbalut konten keagamaan. Miris bukan?
Maka, penguasaan keilmuwan keislaman harus disinergikan dengan penguasaan pengelolaan media kepesantrenan dengan baik, harus, it must be balance. Karena, dari media yang dimiliki pesantrenlah lahir citra (framing) baik atau buruknya pesantren.
Untuk itu, saya, sebagai salah satu peserta pelatihan ini sangat mengapresiasi program yang dihelat oleh Pusat Studi Pesantren yang diketuai oleh Mas Achmad Ubaidillah, karena sudah memfasilitasi untuk berjejaring dengan 19 pengelola media pesantren lainnya.
Dari sini saya mengajak untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki pesantren, memberdayakan santri-santri, baik santri putra maupun putri, harus diberikan porsi yang sama untuk mengembangkan diri, menampilkan citra pesantren yang mampu berdikari dalam menciptakan konten-konten yang lebih dapat diresapi.