Ikuti Kami

Diari

Perempuan Kerap Jadi Victim Blaming dalam Kasus Pelecehan Seksual

Perempuan Kerap Jadi Victim Blaming dalam Kasus Pelecehan Seksual
https://feminisminindia.com/

BincangMuslimah.Com – Perempuan itu menangis. Tapi ia tidak tahu apa sebabnya.  Beberapa kali ia tekan segala gemetar dan takut untuk menegakkan kepala dan bersikap tidak mengapa saat memasuki kelas. Beberapa kali jilbab bewarna cokelat susu yang jatuh menyeluruh, menutupinya hingga selutut, diperbaiki berkali-kali. Sesekali ujung jilbab malang itu harus jadi lap ingus yang keluar tanpa kompromi.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari sebuah instansi pendidikan menengah atas tempat ia melakukan PKL saat itu. Semua sempurna seperti yang diharapkan mahasiswa PKL lainnya. Sampai ada seorang guru tetap yang menghampirinya barang dua kali dalam sehari. Sudah seperti minum obat, rutin sekali. Orang saja juga jarang  mencekoki obat serajin itu.

Semua orang memanggil guru ini bapak, karena memang sudah semestinya seperti itu. Panggilan Bapak yang disematkan padanya bukan lagi karena formalitas panggilan antar guru. Dia, 30-an ini sudah punya istri dan dua anak balita di rumahnya.

Awalnya tidak begitu menganggu. Ya, anggaplah jika itu salah satu trik untuk mengakrabkan diri agar mahasiswa PKL bisa berbaur. Seperti itu dan beberbagai pembenaran lainnya. Hanya lonjakan ‘hello’ selamat datang itu tiap hari memberikan kadar yang tidak lagi wajar. Bapak ini melebihi dosis yang semestinya dan berusaha mencabut pagar-pagar yang bercokol di depan batas sopan satun yang wajar.

Tawaran makan berdua, hingga menawarkan sejumlah uang setiap kali bertemu? Baik, itu wajar jika dilakukan dengan mahasiswa atau guru lain. Jika memaksa untuk berdua saja?  Sebagai mahasiswi yang budiman, tentu semua tawaran itu ia tolak dengan halus. Meski rasa terganggun, takut dan lainnya mulai bermunculan seperti kutu diberi ketombe.

Baca Juga:  Belajar dari Kasus Pelecehan Seksual Uskup Belo; Anak-anak Rawan Korban Pemuka Agama

Hari Puncak Kesialan

Puncak dari kesialan adalah ketika ruangan guru sepi karena sedang ada jam kelas dan ia tidak punya jam untuk mengajar, si bapak ini mulai beraksi kembali. Kali ini si bapak lebih kuat dan menekan sehingga mahasiswi merasa terintimidasi. Tak segan ia mengajak makan dan menyodorkan uang lima puluh ribuan. Sikap itu mulai tidak menyenangkan dan mahasiswi lebih membetengi diri dengan memberikan penolakan lebih tegas dari biasanya.

Si bapak tidak belajar banyak rupanya saat berada di bangku sekolah, jadi tidak begitu mengerti saat kata ‘tidak perlu’ dimuntahkan berkali-kali ke depan wajahnya. Ia menaruh uang ke dalam laci mahasiswi dan kembali memaksa untuk makan siang berdua saja. Kalau saja seorang guru masuk mengambil absen yang ketinggalan, mungkin Bapak ini akan lebih menjadi. Ia dapat peluang untuk melarikan diri ke luar.

Dan jadilah saat ini ia sesegukan di lorong kelas yang sepi. Kenapa dia menangis? Dia tidak tahu. Karena rasanya ada sesuatu yang terenggut darinya, tanpa izin dan hilang begitu saja. Belum rasa takut, khawatir dan sedih yang meledak begitu saja. Tambah membuncahlah air matanya

Mungkin sebagian perempuan di setiap sisi dunia punya pengalaman yang hampir sama. Sayangnya, tidak semua tahu jika kasus yang terjadi di atas adalah bentuk dari pelecehan seksual. Sepanjang yang perempuan tahu, pelecehan seksual hanya terjadi ketika ada tindakan verbal, sentuhan, dan ajakan langsung berhubungan seksual.

Nyatanya, Defenisi Pelecehan Seksual Lebih Jauh dan Complex Lagi.

Dari Internasional Labour Organization, pelecehan seksual merupakan bentuk diskriminasi seksual yang menjatuhkan wibawa perempuan atau pun laki-laki.

Komisi Perempuan pun punya defenisi lain dan detail jenis-jenis pelecehan seksual itu sendiri. Pelecehan seksual terjadi baik secara fisik maupun non fisik (lisan, ucapan). Dengan tujuan menyasar pada tubuh hingga hubungan seksual.

Baca Juga:  Perlukah Layanan Aborsi Aman untuk Korban Pemerkosaan di Indonesia?

Mungkin sulit untuk mengidentifikasi bagaimana pelecehan seksual itu telah terjadi. Tapi ada cara lain untuk mengenali jika tindakan orang lain merupakan bentuk pelecehan seksual. Yaitu tindakan tersebut mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan masalahnya hingga mengancam keselamatan.

Sedangkan Komnas Perempuan sendiri menentukan ada 15 jenis pelecehan seksual berdasarkan dari pemantauan dan analisis sepanjang tahun 1998 – 2013 di antaranya perkosaan, intimidasi seksual, pelecehan seksual dan seterusnya.

Kelima belas jenis pelecehan seksual ini pun belum final karena setiap tahunnya, masih banyak pelecehan seksual dengan bentuk dan kadar yang berbeda.

Kasus mahasiswi di atas merupakan pelecehan seksual dengan kategori  perilaku menggoda. Perilaku yang memaksa, menyinggung sesuatu yang tidak pantas. Memaksa berhubungan seksual, paksaan ajakan makan malam, minum, kencan, atau panggialn telepon yang tiada pernah berhenti.

Melapor adalah Hal Memalukan Bagi Sebagian Korban

Jika sudah terjadi hal yang demikian, seharusnya korban tidak perlu sungkan atau melaporkan kepada pihak atau instansi yang punya tanggunjawab penuh di lingkungan itu. Tapi beberapa korban terutama perempuan masih merasa pelecehan seksual adalah hal yang memalukan. Adalah aib jika orang lain mengetahui apa yang mereka alami.

Apa lagi muncul beberapa komentar yang pasti pernah kita temui di sekitar lingkungan bahkan di  dalam keluarga seperti ini:

Kamu sih, jilbabnya dinaikin. Jadinya menarik perhatian laki-laki buat ganggu.

Bajunya ketat, ya wajarlah diperkosa

Lihat tuh, keluar malam terus. Pasti bukan perempuan baik-baik!

Korban semakin kalut dan kelu untuk mengadukannya. Kalau pun sudah ada keberanian untuk pergi ke instansi atau pihak yang punya wewenang, masih ada saja ciloteh tolol yang mengejewantahkan korban untuk mendapatkan keadilan.

Baca Juga:  Bagaimana Cara Membranding Produk Online Bagi Pemula? Kulwap Memulai Bisnis Bersama Iim Fahima

Yakin kamu korbannya? Jangan-jangan kamu memang suka

Pas ‘diituin’ kamu ikut basah juga kan?

Dan masih banyak statment lainnya yang berseliweran. Jelas, kita harus memberangus semua komentar dan stigma di atas. Ketertutupan korban adalah malapetaka dan pelaku makin semena-mena dan punya otoritas untuk bertindak lebih lanjut. Lebih gila.

Pakaian Tidak Punya Pengaruh

Sejatinya pakaian tidak punya pengaruh yang signifikan terhadap kasus pelecehan seksual. Melansir dari Tirto.id Ada 16% korban memakai baju lengan panjang, 14% pakai seragam sekolah, 17% mengenakan hijab, dan 14% memakai baju longgar.

Angka yang fantastik bukan?

Mau bilang apa kalau korbannya adalah balita? Apakah karena ia berpakaian seksi dan seronok pelaku langsung terpancing untuk melakukan tindak pelecehan? Bagaimana pula menjelaskan kasus mahasiswi di atas? Kurang tertutup apa kalau bicara soal penampilan terbuka? Lantas apa pula dosa seorang anak Sekolah Dasar yang diculik, dilecehkan lalu dihilangkan nyawanya sepulang sekolah.

Apakah karena dia pandai menggoda atau berlaku binal?  Pelecehan seksual terjadi saat  pelaku memandang posisi salah satu gender atau orang lebih rendah dan hanya menjadikan mereka sebagai objek seksual.

Rekomendasi

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Tubuh perempuan feminis muslim Larangan Catcalling dalam Islam Tubuh perempuan feminis muslim Larangan Catcalling dalam Islam

Larangan Catcalling dalam Islam

Bagaimana Penanganan Kasus Femisida Perspektif Teori Kriminologi Feminis? Bagaimana Penanganan Kasus Femisida Perspektif Teori Kriminologi Feminis?

Jangan Dinormalisasi, Stop Lelucon Berbau Pelecehan Seksual

Pendidikan Seksual Sejak Dini Pendidikan Seksual Sejak Dini

Urgensi Pendidikan Seksual Sejak Dini

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

Komentari

Komentari

Terbaru

Perbedaan Gerakan Takbiratul Ihram Bagi Perempuan

Video

Perihal Niat: Tujuh Hal Yang Wajib Diketahui Perihal Niat: Tujuh Hal Yang Wajib Diketahui

Perihal Niat: Tujuh Hal Yang Wajib Diketahui

Ibadah

Self Reward Menurut Pandangan Islam Self Reward Menurut Pandangan Islam

Self Reward Menurut Pandangan Islam

Muslimah Talk

Nasihat Pernikahan Gus Mus Nasihat Pernikahan Gus Mus

Doa untuk Pengantin Baru

Ibadah

Ramai Soal Gentle dan VOC Parenting, Mana yang Lebih Baik Diterapkan pada Anak? Ramai Soal Gentle dan VOC Parenting, Mana yang Lebih Baik Diterapkan pada Anak?

Ramai Soal Gentle dan VOC Parenting, Mana yang Lebih Baik Diterapkan pada Anak?

Keluarga

Tiga Alasan Munculnya Pemahaman Agama yang Tidak Ramah Perempuan Tiga Alasan Munculnya Pemahaman Agama yang Tidak Ramah Perempuan

Tiga Alasan Munculnya Pemahaman Agama yang Tidak Ramah Perempuan

Kajian

Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an (Bag 2) Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an (Bag 2)

Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur’an (Bag 2)

Muslimah Talk

Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an (Bag 2) Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an (Bag 2)

Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur’an (Bag 3)

Muslimah Talk

Trending

Nasihat Pernikahan Gus Mus Nasihat Pernikahan Gus Mus

Doa untuk Pengantin Baru

Ibadah

puasa istri dilarang suami puasa istri dilarang suami

Kritik Nabi kepada Laki-laki yang Suka Main Kasar pada Perempuan

Kajian

Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an (Bag 2) Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an (Bag 2)

Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur’an (Bag 2)

Muslimah Talk

Perempuan Shalat Hanya Memakai Mukena Tanpa Baju di Baliknya, Apakah Sah?

Video

Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin

Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin

Ibadah

Perbedaan Gerakan Takbiratul Ihram Bagi Perempuan

Video

Hukum Menalak Istri saat Mabuk Hukum Menalak Istri saat Mabuk

Hukum Menalak Istri saat Mabuk

Kajian

menyantuni anak yatim muharram menyantuni anak yatim muharram

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Di Bulan Muharram

Kajian

Connect