Ikuti Kami

Diari

Jender..?

BincangMuslimah.Com – Wacana itu selalu ramai dibicarakan. Apalagi sekarang zamannya sudah modern dimana perempuan selalu ingin memiliki peran yang sama dengan laki-laki.

Jender itu bahasa Indonesia. Diambil dari bahasa Inggris “Gender” yang berarti jenis kelamin. Dari berbagai macam pengertian, saya lebih setuju kalau jender diartikan sebagai konsep untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Jender biasanya digunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan. (Kantor Menteri Negeri Urusan Peranan Perempuan, Buku III: Pengantar Teknik Analisa Jender, 1992, 3)

Sedang kalau sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis. Awalnya, penggunaan kata jender dan sex mengalami kerancuan. Hal tersebut karena jika jenis kelaminnya (sex) berbeda maka jendernya juga berbeda. Tapi lambat laun, sekitar tahun 1977, wacana tentang perbedaan jender dan sex mulai ramai diperbincangkan. Perbedaan sex atau jenis kelamin belum tentu berpengaruh terhadap keadilan jender.

Dalam al-Quran pun perbedaan antara perempuan dan laki-laki dari segi jender dan biologisnya diistilahkan dengan kata yang berbeda. Menurut Al-Raghib al-Ishfihani dalam Mu’jam Mufradat Alfadz Alquran, kata Al-dzakar digunakan untuk konotasi biologis dengan menekankan aspek jenis kelamin. Jadi perempuan tidak bisa masuk dalam istilah ini. Beda halnya dengan kata “al-rajul” yang menekankan pada aspek maskulinitas.

Maka kata itu tidak hanya berlaku untuk laki-laki namun juga untuk perempuan yang memiliki sifat maskulin. Tak ayal jika tradisi bahasa Arab menyebut perempuan yang memiliki sifat maskulin/kejantanan dengan kata rajlah. Kalau dalam bahasa Inggris kata al-dzakar dikenal dengan male, sedangkan al-rajul padanan katanya adalah man. (E.W. Lane, Arabic English Lexicon, 1045)

Baca Juga:  Keadilan Gender dalam Pembagian Waris Islam

Kajian gender ini menjadi penting ketika timbulnya ketidakadilan gender, di antaranya; pertama, marginalisasi. Marginalisasi merupakan pandangan yang menyudutkan atau meminggirkan perempuan. Kedua, streotipe, yaitu menyematkan label buruk atau cap buruk pada perempuan.

Sebagai contoh semisal kalau ada perempuan pulang malam lalu terjadi pelecehan seksual terhadap dirinya, dalam kasus ini siapa yang disalahkan? Perempuan. Karena dalam aturan sosial perempuan seharusnya tidak boleh pulang malam. Itulah yang disebut dengan streotipe. Ketiga, kekerasan terhadap perempuan, baik berupa kekerasan fisik, psikis, seksual, ekonomi, sosial, dls.

Dan Keempat, subordinasi. Subordinasi merupakan  pandangan yang melihat perempuan sebagai kelas nomor dua. Lalu yang kelima, beban ganda. Coba kita tengok, pekerjaan seorang perempuan di rumah lebih banyak dibanding pekerjaan lelaki (suami) di luar rumah.

Bahkan ada ungkapan yang menyatakan ‘di rumah, Ibu adalah sosok yang bangun pertama kali dan tidur belakangan’. Hal tersebut dikarenakan beban-beban yang dilimpahkan pada perempuan sangat banyak. Perempuan bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Itulah yang disebut beban ganda. Hal tersebut yang kemudian menyebabkan diskriminasi terhadap perempuan.

Di negara kita sendiri ada banyak budaya yang merugikan perempuan. Seperti budaya patok ayam; kalau ada perempuan baru lahir maka ia akan dimasukkan ke dalam kurung bersama ayam, kemudian vaginanya dikasih sesuatu sebagai pemancing agar dipatok oleh ayam. Dan itu bukan agama yang menyuruh, tapi budaya. Ada lagi budaya mandi lemon; sebuah budaya yang berisi pemotongan klitoris perempuan. Budaya yang sangat merugikan perempuan tersebut harus dibongkar. Cara bongkarnya harus pelan-pelan. Dengan cara transfomasi.

Jadi Inti persoalannya adalah; peletakan sesuatu yang bukan kodrat sebagai kodrat. Sesuatu yang merupakan bagian dari gender, namun digolongkan ke sesuatu seperti sex, yang merupakan kodrat laki-laki dan perempuan. Itu adalah cara pandang yang keliru yang berdampak pada diskriminasi terhadap perempuan. Sehingga  dari cara pandang keliru tersebut, perempuan kehilangan akses, partisipasi dan manfaat.

Baca Juga:  Perempuan dan Fisiknya (1)

Contoh kecilnya, karena perempuan dianggap sebagai perempuan yang lemah maka ia tidak boleh menjadi pemimpin. Padahal kelemahan itu tidak bisa dijadikan patokan untuk seluruh perempuan, ia adalah sesuatu yang bersifat non-kodrati, karena sifat lemah bisa juga terjadi pada laki-laki.

Dan justru ada banyak perempuan yang mampu menjadi pemimpin yang keren –contoh saja- di Indonesia ada bu Risma (Walikota Surabaya), bu Khafifah Indar Parawansa (Gubernur JATIM), dan sosok-sosok pemimpin perempuan lainnya yang tak kalah hebat dengan pemimpin laki-laki. Maka sesuatu yang bukan kodrati, tidak bisa dijadikan patokan dalam menentukan hukum atau keputusan untuk perempuan.

Oh ya, kekerasan gender juga bisa terjadi pada lelaki loh! Seperti kewajiban mencari nafkah yang dibebankan padanya. Sehingga kalau gak dapat uang maka dia akan dimarahi oleh si istri. Lalu si istri berkata; hartamu hartaku, hartaku hartaku. Padahal menikah itu ; hartamu hartaku, hartaku hartamu. Oleh karena itu, ketika nafkah tidak sesuai dengan yang diharapkan, jangan melulu salahkan suaminya. Begitu juga ketika ada yang tidak beres dalam pendidikan anak, maka jangan hanya menyalahkan istrinya. Karena menikah adalah tentang ‘saling’ dan ‘bersama’.

Jadi kekerasan gender tidak hanya terjadi pada perempuan, namun juga pada laki-laki. Oleh karena itu, seyogyanya kita sebagai sesama manusia harus saling menghormati bukan saling membebani. Dengan demikan akan terciptalah keadilan sosial yang diharapkan tanpa harus ada yang kalah salah satunya. []

*Disarikan dari materi yang disampaikan KH. Marzuki Wahid (Sekretaris LAKPESDAM PBNU) pada acara PPWK, 5 Agustus 2019 dan materi yang disampaikan oleh ust. Imam Nakhei (anggota KOMNAS Perempuan RI) pada kuliah umum di Mahad Aly Situbondo, 1 oktober 2019.

Baca Juga:  Ketidakseimbangan Relasi antara Laki-laki dan Perempuan

 

Rekomendasi

Ketidakseimbangan Relasi antara Laki-laki dan Perempuan

zainab al-ghazali zainab al-ghazali

Zainab Al-Ghazali; Mufassir Perempuan Pelopor Feminisme Islam

meneladani rasulullah anti rasisme meneladani rasulullah anti rasisme

Meneladani Rasulullah yang Mengajarkan Sikap Anti Rasisme

faqihuddin abdul kodir mubadalah faqihuddin abdul kodir mubadalah

Faqihuddin Abdul Kodir, Aktivis Penggiat Keadilan Gender Lewat Metode Mubadalah

Ditulis oleh

Alumni Mahad Aly Situbondo

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan

Mengenal Lebih Jauh Macam-macam Pendekatan Gender

Kajian

Kisah cinta Zainab binti Rasulullah Kisah cinta Zainab binti Rasulullah

Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Muslimah Talk

Hukum kremasi jenazah mualaf Hukum kremasi jenazah mualaf

Hukum Kremasi Jenazah Mualaf

Kajian

Rembuk Ide Rembuk Ide

El-Bukhari Institute Gelar Rembuk Ide, Bahas Moderasi Beragama untuk Gen Z

Berita

Bincang Thaharah; Wudhu Tidak Berurutan, Apakah Tetap Sah?

Video

Perbedaan Haji dan Umrah Perbedaan Haji dan Umrah

Tiga Perbedaan Haji dan Umrah

Ibadah

Syarat-syarat dikabulkannya doa Syarat-syarat dikabulkannya doa

Fungsi dan Syarat-syarat Dikabulkannya Doa  

Ibadah

Larangan bagi Perempuan Haid Larangan bagi Perempuan Haid

Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Kajian

Trending

Doa keguguran Doa keguguran

Kehilangan Buah Hati Akibat Keguguran, Baca Doa yang Diajarkan Rasulullah Ini

Ibadah

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

10 Hadis Tentang Keutamaan Menikah

Kajian

Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat

Doa agar Terhindar dari Prasangka Buruk pada Allah

Ibadah

Mengenal Rufaidah al-Aslamiyah: Perawat Perempuan Pertama dalam Sejarah Islam

Muslimah Talk

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

Ibadah

Resensi Buku Pernah Tenggelam Resensi Buku Pernah Tenggelam

Resensi Buku Pernah Tenggelam: Halu Berlebihan Menenggelamkan Keimanan?

Diari

Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah

Kisah Bulan Madu Rasul dengan Shafiyah binti Huyay

Muslimah Talk

muslimah mencukur habis rambutnya muslimah mencukur habis rambutnya

Bolehkah Muslimah Mencukur Habis Rambutnya?

Kajian

Connect