Ikuti Kami

Tak Berkategori

Islam dan Pemanusiaan Penuh Perempuan ala Nur Rofiah

Wawancara Dr. Nur Rofiah: Islam dan Pemanusiaan Penuh Perempuan ala Nur Rofiah
IslamRamah.Co

BincangMuslimah.Com –Nur Rofiah adalah seorang cendekiawan Indonesia yang konsisten mengangkat isu keadilan gender dalam Islam, dengan fokus pada penghormatan terhadap kemanusiaan perempuan secara utuh.

Maka bagaimana pemikiran Nur Rofiah yang mencetuskan terkait Islam dan pemanusiaan penuh perempuan?

Pembahasan ini termuat dalam zoom “Ngaji Keadilan Gender Islam” (Ngaji KGI) yang berisi kajian terkait isu-isu perempuan dalam Islam .

 

Level Kesadaran Kemanusiaan Perempuan

Menurut Nur Rofiah, level kesadaran pemanusiaan perempuan terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu terendah, menengah, dan tertinggi. Setiap level mencerminkan bagaimana posisi perempuan dalam pandangan masyarakat berdasarkan nilai kemanusiaan dan keadilan.

Pada level terendah, menganggap perempuan bukan manusia dan eksistensinya hanya sebagai pendukung laki-laki.

Beberapa ciri pandangan ini adalah: 1) Manusia hanya identik dengan laki-laki, 2) Memandang perempuan sebagai objek bukan subjek, 3) Melihat laki-laki sebagai satu-satunya subjek tunggal dalam kehidupan sosial, 4) Mengarahkan keadilan hanya untuk laki-laki tanpa mempertimbangkan kebutuhan perempuan.

Pandangan ini sangat diskriminatif dan mencerminkan budaya patriarki yang ekstrem. Dimana perempuan hampir tidak memiliki ruang untuk berpartisipasi atau diakui kemanusiaannya.

Pada level menengah, terdapat peningkatan kesadaran bahwa perempuan juga manusia, namun kesetaraan belum sepenuhnya tercapai.

Ciri-ciri pandangan ini meliputi: 1) Tetap menjadikan laki-laki tetap standar kemanusiaan, 2) Sering mengesampingkan pengalaman perempuan atau menganggapnya tidak relevan, 3) Memposisikan laki-laki sebagai subjek primer, sedangkan perempuan hanya sebagai subjek sekunder, 4) Mulai memperhatikan keadilan untuk perempuan, tetapi tetap lebih mengutamakan laki-laki.

Level ini menunjukkan adanya kemajuan dalam pemahaman gender, tetapi masih terjebak dalam bias laki-laki sebagai pusat segala sesuatu.

Di level tertinggi, perempuan dan laki-laki diakui sebagai manusia secara utuh dan setara. Beberapa cirinya adalah: 1) Mengakui perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai subyek penuh dalam kehidupan. 2) Keadilan ditegakkan secara merata untuk keduanya, tanpa memihak gender tertentu. 3) Fokusnya adalah pada pengalaman khas perempuan, yang dianggap setara pentingnya dengan pengalaman laki-laki.

Baca Juga:  Haid Selesai tapi Belum Mandi Suci, Apakah Tetap Wajib Berpuasa?

Pandangan ini mencerminkan prinsip kesetaraan dan keadilan gender yang ideal, dimana perbedaan gender dihargai tanpa mengurangi nilai kemanusiaan masing-masing.

 

Sejarah Perempuan Pada Masa Pewahyuan

Pada masa pewahyuan, yaitu periode ketika Islam turun melalui Nabi Muhammad, perempuan berada dalam kondisi yang sangat termarjinalkan dalam masyarakat Arab.

Budaya patriarki jahiliyah mendominasi kehidupan sosial, di mana perempuan dipandang rendah dan sering kali diperlakukan sebagai barang milik yang dapat diwariskan.

Pada masa jahiliyah, perempuan mengalami marginalisasi yang ekstrem dalam sistem patriarki. Perempuan dipandang sebagai objek yang tidak memiliki hak-hak dasar sebagai manusia.

Dalam sistem ini, sepenuhnya mengabaikan nilai kemanusiaan perempuan. Perempuan tidak memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, termasuk dalam hal pernikahan, warisan, dan partisipasi sosial.

Mendesain seluruh struktur masyarakat untuk mendukung dominasi laki-laki, memperkuat patriarki yang menindas perempuan. Sebelum Islam, praktik-praktik diskriminatif terhadap perempuan sangat umum terjadi.

Kemudian, Al-Quran turun membawa revolusi sosial dan spiritual yang secara signifikan mengangkat martabat perempuan.

Turunnya wahyu Al-Quran menjadi titik balik besar bagi kehidupan perempuan. Beberapa ayat-ayat Al-Quran secara bertahap menghapus tradisi-tradisi yang merendahkan martabat perempuan.

Islam juga menetapkan batas-batas yang adil dalam pernikahan, seperti pembatasan jumlah istri untuk memastikan keadilan dan larangan poligami yang berujung pada penindasan.

Islam hadir membawa transformasi besar dalam memperlakukan perempuan. Dalam ajaran Islam, perempuan mendapat pengakuan sebagai manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan laki-laki, meskipun dalam peran yang berbeda sesuai kodratnya.

Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad memberikan perhatian khusus terhadap hak-hak perempuan, baik dalam aspek spiritual, sosial, maupun hukum.

Melalui ajaran Islam, tidak hanya mengakui perempuan sebagai subyek penuh, tetapi juga menghargai sebagai individu yang memiliki pengalaman khas. Perempuan menjadi bagian penting dari masyarakat dengan hak untuk berkontribusi dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, ekonomi, dan politik.

Baca Juga:  AMAN Mendorong Pemerintah Melindungi Perempuan Afghanistan

 

Perubahan Revolusioner Kedudukan Perempuan

Pada masa ini, perempuan mulai memainkan peran penting dalam masyarakat Islam awal. Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Nabi Muhammad adalah contoh nyata dari perempuan yang berpengaruh.

Sebagai seorang pengusaha sukses, Khadijah mendukung dakwah Nabi dengan hartanya dan memberikan dukungan emosional yang sangat penting. Selain itu, Aisyah binti Abu Bakar menjadi salah satu perawi hadis terbesar, berkontribusi pada penyebaran ilmu dan pemahaman Islam.

Perempuan-perempuan Muslim lainnya, seperti Sumayyah binti Khayyat, menunjukkan keberanian yang luar biasa dalam menghadapi penindasan. Sumayyah tercatat sebagai syahidah pertama dalam Islam, memberikan contoh keteguhan iman yang menginspirasi.

Sejarah perempuan pada masa pewahyuan mencerminkan perubahan besar yang Islam bawa terhadap status dan hak-hak perempuan. Dari kondisi marginalisasi di bawah budaya jahiliyah, Islam mengangkat perempuan menjadi subjek yang dihormati dan dilindungi.

Ajaran Islam tidak hanya memberikan hak-hak baru kepada perempuan tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap nilai kemanusiaan perempuan secara keseluruhan.

Perbedaan antara sistem patriarki/jahiliyah dan sistem Islam terletak pada pengakuan kemanusiaan perempuan. Islam membawa pembebasan dari struktur patriarki yang menindas, mengangkat martabat perempuan, dan memberikan mereka hak-hak yang setara dengan laki-laki.

Dengan demikian, Islam menjadi sistem yang melawan dehumanisasi perempuan dan mempromosikan keadilan gender yang lebih utuh.

 

Rekomendasi

Mahasiswa Magister Studi Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

Berita

Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global

Urgensi Jihad Lingkungan dalam Menghadapi Krisis Iklim Global

Muslimah Daily

Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial

Stop Sebarkan Surat Wasiat, Foto, dan Video Korban Bunuh Diri di Media Sosial

Muslimah Talk

Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan

Tidak Ada Kata Terlambat dalam Pendidikan dan Karir bagi Perempuan

Muslimah Talk

Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir  Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir 

Maulid Nabi dan Boneka Pengantin di Mesir 

Khazanah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia? Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Tragedi Ibu dan Anak di Bandung, Mengapa Kasus Filisida Masih Terjadi di Indonesia?

Muslimah Talk

tantangan menjalani i'tikaf ramadhan tantangan menjalani i'tikaf ramadhan

Amalan yang Dianjurkan Ulama Saleh di Bulan Maulid Nabi

Ibadah

Trending

Pencegahan Gangguan Menstruasi Pencegahan Gangguan Menstruasi

Bolehkah Perempuan Haid Ikut Menghadiri Acara Maulid Nabi?

Kajian

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Memperingati Maulid Nabi dengan Tradisi Marhabanan

Diari

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah? Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Benarkah Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?

Kajian

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Doa agar Terhindar dari Bisikan Setan

Ibadah

Pentingnya Pengalaman Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender

Kajian

maria ulfah kemerdekaan indonesia maria ulfah kemerdekaan indonesia

Maria Ulfah dan Kiprahnya untuk Kemerdekaan Indonesia

Khazanah

Connect