Ikuti Kami

Kajian

Ajarkan Kesetaraan Pada Anak Laki-Laki dan Perempuan

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan
http://www.lppslh.or.id/

BincangMuslimah.Com – Beberapa hari yang lalu diperingati Hari Keluarga Internasional. Perayaan ini selalu diperingati pada 15 Mei setiap tahunnya. Peringatan Hari Keluarga Internasional ini mungkin bisa menjadi pengingat fungsi dari keluarga. 

Fungsi keluarga dalam hal ini orangtua tidak hanya membesarkan dan mengasuh, namun juga mendidik anak-anaknya. Agar dapat tumbuh baik, mandiri dan bertanggung jawab. 

Di sisi lain, orang tua juga memiliki peran penting dalam mendidik dan proses pembentukan karakter anak. Tentunya hal ini menjadi momen yang tepat untuk ajarkan kesetaraan sejak dini pada anak laki-laki dan perempuan.

Kenapa perlu memberikan pengasuhan yang setara pada sang buah hati? Ada beberapa hal dengan mengajarkan kesetaraan sedari dini dapat menuai sesuatu yang baik. 

Pertama, diharapkan dapat meminimalisir segala bentuk diskriminasi antar gender. Baik itu diskriminasi yang dialami oleh perempuan dan sebaliknya. Ketika anak diajarkan secara setara, maka perilaku ini dapat dihindarkan. Karena semua manusia sama-sama memiliki hak dan kewajiban. 

Kedua, penanaman karakter oleh orang tua jika antara laki-laki dan perempuan setara dapat menghindari bentuk kekerasan pada perempuan dan laki-laki. Kekerasan biasanya terjadi karena ada relasi kuasa dan ada yang menjadi pihak dominan. 

Sebagian dari mereka yang merasa dominan pun berpikir bisa memperlakukan orang lain secara semena-mena. Peran orangtua yang mengajarkan jika setiap manusia mempunyai kedudukan yang sama atau sederajat. 

Sehingga kelak setelah dewasa mereka dapat saling menghargai dan menghormati sebagai manusia yang memiliki budi pekerti. Tidak ada kekerasan pada perempuan dan begitu juga sebaliknya.

Ketiga, menanamkan kesetaraan sedari dini penting untuk mewujudkan relasi yang harmonis lagi adil. Jauh dari kesenjangan sosial, adil dan bebas namun tetap mengikuti aturan normatif yang berlaku. 

Baca Juga:  Ayat Alquran yang Biasa Menjadi Legitimasi Kekerasan Terhadap Perempuan

Dan masih banyak lagi manfaat dari mengajarkan kesetaraan anak sedari dini. Bahkan pengajaran ini hendaknya dilakukan oleh orang tua di usia emas anak, atau di bawah umur enam tahun. 

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua saat ingin ajarkan kesetaraan pada anak laki-laki dan perempuan. Namun hal yang perlu ditekankan pertama kali di sini adalah sebelum memberikan pembelajaran pada sang anak, orangtua perlu memiliki pandangan yang serupa terkait kesetaraan. 

Semua akan menjadi sia-sia jika orang tua tidak menerapkan hal yang sama. Apa lagi anak kecil belajar bukan dari apa yang diucapkan. Namun meniru apa yang mereka lihat. Dan jika orangtua melakukan diskriminasi pada satu gender, personal atau kelompok, otomatis anak akan mengikutinya.  

Langkah selanjutnya adalah dari sisi pola asuh. Sepanjang ingatan, mungkin masyarakat kita selalu mengajarkan untuk tetap tegas, kuat dan mandiri pada anak laki-laki. 

Jika merasa sedih dan menangis, anak laki-laki acap kali dilarang untuk menangis dan diikuti dengan celetukan ‘anak laki-laki kok nangis’. Menangis bagi laki-laki selalu dianggap sebagai bentuk kelemahan. Mengekspresikan tidak cocok untuk laki-laki. Begitulah konstruksi sosial di masyarakat kita.

Anak laki-laki identik dengan permainan fisik. Bermain di luar rumah, kejar-kejaran, bersepeda dan sebagainya. Sangat tabu jika anak laki-laki melangkahkan kaki ke dapur untuk belajar memasak atau mencuci baju, misalnya.

Sedangkan pada perempuan sebaliknya. Pola asuh masyarakat kita seakan mengarahkan jika sudah hal yang normal jika anak perempuan menangis. Karena hatinya lemah dan teramat sensitif. Dari segi permainan, anak perempuan dilarang bermain fisik dan selalu diarahkan kepada bermain boneka, memasak dan sebagainya.

Pada dasarnya, mengekspresikan kesedihan tidaklah salah. Baik anak laki-laki maupun pada anak perempuan. Menangis menjadi salah satu melepaskan ‘sesuatu’ yang menyesakkan dada. Beberapa penelitian juga mengatakan dengan menangis, perasaan dapat menjadi lebih baik dan memberikan pengaruh pada kesehatan mental. 

Baca Juga:  Memahami Hadis Istri Sujud Kepada Suami

Di sisi lain, didikan yang selalu mengatakan jika menangis hanya untuk orang lemah dapat memberikan dampak tidak baik. Orang yang kerap kali menangis, memunculkan anggapan jika dirinya  lemah. Padahal itu tidaklah benar. Jangan sampai anak bingung mengekspresikan emosi mereka dan memicu masalah di kemudian hari.

Selain itu anak perempuan pun perlu bermain dengan mengandalkan fisik. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan sensor motorik mereka. Sebaliknya, anak laki-laki tidak mengapa belajar memasak atau pun mencuci baju mereka sendiri. Kedua hal itu sebenarnya kemampuan dasar yang diperlukan ketika dewasa. 

Saat anak jauh dari rumah dan merantau, memasak sendiri menjadi salah satu upaya menyelamatkan perut dari kelaparan. Demikian pula dengan mencuci baju. Baik laki-laki dan perempuan, kemampuan dasar seperti itu tentu sangat dibutuhkan. 

Pun ketika sudah membangun rumah tangga, aktivitas memasak dan mencuci bisa dilakukan secara bergantian. Begitu pula dengan mengasuh anak, membersihkan rumah dan sebagainya. Tentu sesuai dengan komitmen dan kesepakatan antar pasangan.

Di dalam agama Islam sendiri diajarkan jika semua manusia mempunyai kedudukan yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi atau mulia antara satu manusia dengan lainnya. Sekali lagi, yang membedakan mereka adalah tingkat ketakwaan yang dimiliki. Hal ini tercantum di dalam Q.S Al-Hujarat ayat 13.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Baca Juga:  Kisah Ibu dari Rabi’ah Ar-Ra’yi, Single Mom yang Didik Anaknya Jadi Ulama Besar

Menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah dari Markaz Ta’dzhim Al-Quran di bawah pengawasan Syaikh Prof Dr Imad Zuhair Hafidz menyatakan jika ayat di atas jelas menyebutkan soal kesetaraan. 

Ayat di atas mengungkapkan adanya larangan untuk merasa unggul dengan manusia lain. Pada dasarnya manusia diciptakan oleh dua orang yang sama yaitu nabi Adam dan Hawa. Sehingga dilarang untuk berperilaku buruk dan merasa lebih baik. Karena derajat orang yang paling baik adalah mereka yang bertakwa. Dan hanya Allah yang mengetahuinya. 

Oleh karena itu dapat disimpulkan jika penting untuk ajarkan kesetaraan pada anak laki-laki dan perempuan. Caranya dimulai dari diri sendiri. Kemudian perhatikan pola asuh yang sesuai.

Rekomendasi

Tafsir Penciptaan Perempuan menurut Muhammad Abduh

perempuan hak memilih pasangan perempuan hak memilih pasangan

Tidak Hanya Perempuan, Laki-laki pun Harus Menahan Pandangan

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Pray the Devil Back Pray the Devil Back

Pray the Devil Back to Hell, Cerita Powerfull Perempuan Mengusung Perdamaian

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Anak Meninggal Sebelum Hari Ketujuh, Masihkah Diakikahi?

Ibadah

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect