BincangMuslimah.Com – Islam adalah agama yang tak terbatas pada ibadah spiritual seperti shalat, puasa, dan haji. Tapi ia juga mengajarkan masing-masing individu umatnya untuk menjadi pribadi yang baik. Anjuran bekerja keras dalam Islam adalah satu hal penting yang mesti kita laksanakan. Anjuran ini meliputi giat, tekun, kerja cerdas, dan berstrategi.
Kita mungkin seringkali mendengar stereotipe kalau umat Islam adalah orang-orang malas. Kita beberapa kali dicap sebagai orang yang hanya mementingkan ibadah-ibadah spiritual, mengesampingkan ibadah lainnya. Dengan dalih bahwa umat Islam hanya mementingkan urusan akhirat daripada dunia. Padahal, jika kita mengejar akhirat maka dunia akan mengikuti. Artinya, urusan akhirat sebenarnya tak melulu melupakan urusan dunia karena kita pun tinggal di dunia.
Bekerja keras dalam hal ini bukan berarti anjuran agar kita sebagai muslim melupakan urusan akhrat sepenuhnya. Tapi ini adalah anjuran agar kehidupan dan urusan dunia-akhirat menjadi seimbang. Bekerja keras tentu diartikan tidak hanya kerja fisik, tapi juga kerja yang melibatkan intelektual dan strategi. Bekerja keras bukan berarti ngoyo sampai lupa urusan lainnya. Bukan berarti sampai menghalalkan segala cara. Atau juga terus bekerja sampai lupa waktu sampai ditanya, “apa sih yang kamu cari?”
Islam mengajarkan umatnya agar punya dedikasi dalam bekerja, sesuai hadis Nabi:
حدثنا إبراهيم بن موسى أخبرنا عيسى بن يونس عن ثور عن خالد بن معدان عن المقدام رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ما أكل أحد طعاما قط خيرا من أن يأكل من عمل يده وإن نبي الله داود عليه السلام كان يأكل من عمل يده
Artinya: Menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus dari Tsaur dari Khalid bin Mi’dan dari al-Miqdam R.A dari Rasulullah Saw bersabda, ““Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)
Dalam Fathul Bari karya Ibnu Hajar menyebutan bahwa hadis ini mengajarkan umatnya untuk mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Selain itu, hadis ini memaksudkan umatnya agar berusaha maksimal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Memaksimalkan pekerjaannya, apapun bidang dan pekerjaannya. Sebagai muslim, kita harus mencerminkan nilai-nilai Islam itu sendiri. Karena agama seringkali dilihat dari pemeluknya, meski pemeluknya tak sepenuhnya merepresentasikan agama.