BincangMuslimah.Com – Dewasa ini, kebebasan melakukan seks telah menjalar kepada kalangan remaja dan anak. Hal tersebut karena di zaman digitalisasi, remaja dan anak-anak bebas mengakses tayangan maupun gambar yang mengandung unsur-unsur pornografi. Terlebih sikap orang tua yang sering kali menganggap bahwa seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan dan dianggap tidak penting untuk diedukasikan kepada anak. Padahal, pendidikan seks dan seksualitas sangat penting untuk dipelajari.
Di Indonesia, kasus remaja hamil di luar nikah meningkat 500 kasus tiap tahunnya. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2017, hal tersebut disebabkan karena rendahnya pengetahuan anak muda tentang kesehatan reproduksi serta kurangnya akses terhadap informasi yang akurat tentang metode kontrasepsi.
Dari banyaknya berita terhadap kasus remaja hamil di luar nikah dan rendahnya pengetahuan remaja terhadap seks. Membuat kita bertanya-tanya, seberapa penting pendidikan seks dan seksualitas? Dan seberapa penting peran agama dan keluarga dalam sex education?.
Berikut penjelasan Diah Irawaty, selaku Founder LETSS TALK dan Ph.D Candidate in Socio-Cultural Anthropology of New York serta Teaching Assistant at State University of New York (SUNY) dalam kegiatan wawancara secara daring dengan salah satu contributor BincangMuslimah.Com, Putri Febyan Sari, 12:30 pm waktu New York, Rabu (21/10).
Menurut anda, apa perbedaan dari Seks dan Seksualitas itu sendiri?
Terdapat tiga katagori penting yang berbeda namun saling berketerkaitan, yaitu seks, gender dan seksualitas. Tapi tidak kemudian ketiga kategori tersebut saklek, jadi bukan sesuatu yang sudah pasti selamanya seperti itu. Seks itu sendiri adalah jenis kelamin, fungsi-fungsi genital yang berhubungan dengan body yang memiliki fungsi seksual. Di bahasa inggris dibedakan dengan kata male dan female, dalam bahasa Indonesia laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk gender dalam bahasa Inggris women dan man, sedangkan di bahasa Indonesia masih tetap laki-laki dan perempuan.
Tapi sebenarnya dalam konsep posisi, laki-laki dan perempuan itu dikritik, karna tidak bisa merepresentasikan semua jenis kelamin yang ada. Sehingga kita tidak bisa jika hanya bertumpu pada ilmu pengetahuan yang bias untuk mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan dua jenis kelamin, dua gender dan satu orientasi seksualitas saja. Karna faktanya terdapat kompleksitas dan dinamika dalam sejarah perkembangan manusia. Seperti ada seseorang yang memiliki jenis kelamin ganda, seseorang yang memiliki peran gender banyak dan memiliki orientasi seksual yang banyak.
Dalam peran gender tidak bisa dikatakan bahwa laki-laki hanya memiliki sifat maskulin, dan perempuan hanya memiliki sifat feminim. Karna fakta lapanganya, banyak laki-laki yang memiliki sisi-sisi feminitasnya begitupun perempuan dalam peran gendernya juga memiliki sisi-sisi maskulinnya. Sehingga gender tidak bisa dikata hanya berpacu pada dua peran yaitu laki-laki dengan maskulinnya dan perempuan dengan feminimnya.
Sedangkan seksualitas adalah konstruksi sosial budaya yang berbeda-beda tiap tempat. Bahkan di Indonesia itu sendiri, dimana tiap kota atau daerah memiliki ideologi seksual dan ideologi gender yang berbeda-beda, seksualitas ini lebih kepada system dan struktur yang dipatenkan pada budaya. Jadi seksualitasi ini adalah aktivitas seksual yang tergantung pada hasrat-hasrat seksual, pengalaman seksual, praktik-praktik seksual, dll.
Di lingkup masyarakat Indonesia, berbicara seks dan seksualitas dipandang masih sangat tabu, lantas bagaimana merubah stigma masyarakat terhadap ketabuan dari sex education tersebut?
Hal pertama yang dapat dilakukan adalah lewat sosial budaya yaitu dengan pendidikan. Salah satunya, seperti dalam RUU PKS yang sudah di hapus dari prolegnas itu ada masalah khusus yang dibuat bahwa pemenuhan hak-hak seksual itu juga sebenarnya tugas Negara selain tugas kita pribadi. Tetapi Negara absen, karna memang seharusnya Negaralah yang bertanggung jawab untuk menyediakan pendidikan seks dan seksualitas kepada seluruh masyarakat terlebih kepada para difabel.
Sehingga yang bisa kita lakukan sebagai warga Negara adalah membuat wadah dengan membuka kran yang dianggap tabu tersebut dengan membicarakannya dan mengangkat dalam diskusi-diskusi. Selain itu penting juga dalam sebuah keluarga antara ayah dan ibu sama-sama bersinergi untuk mengedukasi anak-anak sejak dini terhadap seks dan seksualitas. Agar nantinya anak-anak mampu memahami bahwa mana saja area yang dilarang disentuh orang lain dan lain sebagainya. Sehingga dari sex education tersebut dapat mengurangi angka pemerkosaan, pelecehan dan lain sebagainya.
Dalam mempelajari seks dan seksualitas, ada tidak batasan-batasan yang harus ditetapkan dalam membicarakan seks dan seksualitas tersebut?
Batasan tersebut yaa penggunaan bahasanya aja. Dimana kita bisa menyampaikan dengan bahasa yang sesuai dengan mereka, tetapi juga tidak menutup-nutupi dan tidak kemudian mengubah-ubah antara kata asli dengan kata kiasan yang membuat sukar dimengerti, karna ketika mengubah kata asli dengan kata kiasan memiliki arti lain.
Dalam mengedukasi anak-anak, cukup kasih pemahaman terhadap perkembangan-perkembangan yang nantinya akan dilalui oleh anak-anak tersebut. Semisal kasih pemahaman tentang seiring berjalannya waktu anak perempuan akan remaja dan akan mengalami masa menstruasi. Dengan menjelaskan menstruasi itu seperti apa, apa aja yang bisa dilakukan ketika sedang menstruasi dan apa larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan. Jadi soal batasan-batasan tersebut tergantung pada usianya.
Seberapa pentingnya pendidikan seks dan seksualitas bagi masyarakat muslim, mengingat masih banyak masyarakat
Memang benar, terlebih pada masyarakat muslim konservatif berbicara tentang sex education itu dinilai sangat tabu. Untuk itu sangat penting bagi masyarakat muslim untuk mempelajari tentang seks dan seksualitas, mengapa penting? Karna masyarakat muslim itu sangat potensial, karna kita ini adalah mayoritas. Sehingga masyarakat muslim sangat potensial untuk menjadi role model dalam mengkampanyekan pendidikan seks dan seksualitas dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Islam bisa dijadikan legitimasi untuk mereka yang konservatif untuk menabukan dan untuk meliberalkan orang yang mengkampanyekan pendidikan seks dan seksualitas, sehingga membuat masyarakat takut untuk membicarakan hal tersebut, mengingat stigma yang bangun bahwa berbicara hal tersebut bisa menghancurkan sisi islami dari dalam diri. Padahal seks dan seksualitas itu adalah bagian terpenting dalam hidup manusia, jadi mengapa harus mentabukan hal tersebut?
Karna ketika kita mentabukan hal tersebut maka kita tidak akan tahu bahwa kekerasan seksual itu tidak boleh, dan membuat banyak orang yang tidak tahu bahwa kita harus menghormati hak seksual orang lain dan kita harus menghormati pilihan seksual orang lain. Sehingga sangat penting pendidikan seks dan seksualitas dalam masyarakat muslim untuk mengikis ketabuan tersebut.