Ikuti Kami

Muslimah Talk

Khaulah Binti Qais; Perempuan Pertama yang Kesaksiannya Disetarakan dengan Laki-laki

Shafiyyah huyay istri nabi

BincangMuslimah.Com – Dalam A’lam al-Qur’an menyebutkan nama lengkap Khaulah adalah Khaulah binti Qais binti Mishan, ia istri Uwaimir ibn Sa’idah al-Ajlani. Ibunya bernama Kabisyah binti Ma’in al-Anshariyah.

 

Mendapat Tuduhan Berzina

Pada tahun kesembilan hijrah, Khaulah mendapat tuduhan berzina oleh sang suami, Uwaimir. Uwaimir mengadu kepada Rasulullah bahwa ia melihat istrinya dan Syarik Ibn Samha tengah bersama. Ia berkata “Wahai Rasululllah, istriku sudah berzina dengan Syarik. Bahkan, ia pun sudah hamil darinya.”  Rasulullah berpaling dari Uwaimir, namun Uwaimir terus mengulang perkataannya hingga empat kali. Kemudian diturunkanlah ayat tentang li’an.

وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلَّا أَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ (6) وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (7) وَيَدْرَأُ عَنْهَا الْعَذَابَ أَنْ تَشْهَدَ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ (8) وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ (9)

(6) Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), namun mereka tidak memiliki saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah bersumpah empat kali dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya ia benar  (dalam tuduhannya). (7) Dan sumpah yang kelima, yaitu laknat Allah atasnya, jika ia termasuk orang-orang yang berdusta. (8) Dan istri itu terhindar dari hukuman apabila dia bersumpah empat kali atas nama Allah bahwa dia (suaminya) benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta. (9). Dan (sumpah) yang kelima bahwa kemurkaan Allah akan menimpanya (istri), jika dia (suaminya) itu termasuk orang yang berkata benar. (Q.S. al-Nur [24]: 6-10)

Li’an adalah sumpah seorang suami untuk meneguhkan tuduhannya bahwa istrinya telah berzina dengan laki-laki lain. Sumpah itu dilakukan suami karena istrinya telah menyanggah tuduhan suaminya itu, sementara suami sendiri tidak memiliki bukti-bukti atas tuduhan zinanya.

Baca Juga:  Forum R20: Perkumpulan Pemimpin Agama dalam Mengatasi Konflik

 

Sumpah Li’an

Setelah turun ayat tersebut, Rasulullah memanggil Uwaimir usai shalat Ashar bersama para sahabat. Ia berkata, “Datangkanlah istrimu, sebab telah turun ayat al-Qur’an berkenaan dengan kalian.” Setelah keduanya kembali, Rasulullah berkata, “Majulah kalian berdua ke atas mimbar dan lakukan li’an oleh kalian berdua.” Uwaimir berkata, “bagaimana aku mengatakannya ya rasulullah?”. Rasulullah menjelaskan, “majulah dan katakan; Aku bersaksi atas nama Allah bahwa aku termasuk orang yang benar atas apa yang aku tuduhkan kepada Istriku.”

Rasulullah menyuruh Uwaimir mengulang sumpah tersebut hingga empat kali, lalu pada kali kelima, Rasulullah menyuruhkan mengucapkan, “Sesungguhnya laknat Allah tetap untukmu jika engkau termasuk orang yang berbohong atas apa yang telah engkau tuduhkan.” Uwaimirpun mengucapkan sesuai dengan ajaran Rasulullah.

Kemudian Rasulullah menyuruh hal yang sama kepada Khaulah, beliau bersabda, “bersumpahlah engkau sebagaimana suamimu, jika tidak hukuman Allah akan dijatuhkan atasmu di hadapan kaummu.” Khaulah lalu mengucapkannya hingga empat kali. Setelah itu beliau bersabda, “untuk kelima kalinya, ucapkanlah; laknatlah dirimu jika dia termasuk benar atas apa yang telah ia tuduhkan padamu.”

Terakhir Rasulullah berkata kepada Uwaimir, “Pergilah engkau sebab dia tak halal bagimu selamanya.” ia menjawab, “Wahai Rasulullah bagaimana dengan apa yang sudah aku berikan kepadanya?” beliau menjawab, “Jika ia berbohong maka semua itu jauh bagimu. Namun jika engkau benar, maka semua itu adalah miliknya karena telah menghalalkan kemaluannya.”

Ini menunjukkan setelah li’an maka otomatis menunjukkan bahwa sang suami mentalak istri, sebab secara bahasa li’an artinya adalah menjauhkan atau mengusir. Sedangkan dalam terminologi syariat, li’an adalah saling kutuk antara suami dan istri akibat tuduhan zina suami kepada istrinya. Tuduhan tersebut atas dasar kesaksian tapi tidak ada bukti. Selain itu, penyebab li’an juga karena penolakan suami atas anak yang dilahirkan istrinya sebagai anak yang sah darinya disertai dengan beberapa persyaratan.

Baca Juga:  Tidak Perlu Insecure Karena Merasa Tertinggal dengan Orang Lain

 

Kesaksian Perempuan Setara Dengan Laki-Laki Pada Kasus Li’an

Menurut al-Fadhil al-Miqdad dalam Kanzul ‘Ummal fi Fiqh al-Qur’an menjelaskan bahwa dalam kasus li’an jika tuduhan suami tidak terbukti maka suami harus mendapat hukuman atau hadd. Namun bisa sang suami melakukan li’an maka hukuman itu gugur. Lalu istrinya mendapat hukum hadd perzinaan sebab persaksian suami merupakan bukti. Namun jika istri juga melakukan li’an maka hukuman tersebut gugur berdasarkan firman Allah di atas.

Jika tuduhan tidak terbukti, apakah dapat menghukumi suami qadzaf atas tuduhan tanpa bukti tersebut? Para ulama berbeda pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa suami tidak perlu menguhukumi qadzaf karena telah berlaku hukuman li’an. Pendapat kedua, suami mendapat hukuman qadzaf karena telah merusak nama baik istri dan mengulang-ulang tuduhan tersebut. Dan pendapat kedua inilah yang kuat walaupun istri membohongi diri sendiri.

Hukuman sesuai dari ayat di atas, “Dan istri itu terhindar dari hukuman apabila dia bersumpah empat kali atas nama Allah bahwa dia (suaminya) benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta, (An-Nur; 8) juga berdasarkan keumuman hadis Rasulullah yang menyatakan, “pengakuan orang yang berakal atas diri mereka sendiri adalah boleh.” Maka artinya, jika isri sudah berikrar sebanyak empat kali maka wajiblah hadd qadzaf untuk suaminya.

Menurut Dr. Nur Rofi’ah, pengagas Kajian Gender Islam, dalam salah satu kajiannya, bahwa ayat li’an tersebut merupakan salah satu contoh. Tujuan utama al-Qur’an adalah memuliakan perempuan yakni dengan mengangkat derajat Perempuan secara bertahap. Pada kasus li’an, menyetarakan kesaksian perempuan dengan laki-laki yang mana pada kasus selainnya hanya menghitung kesaksian perempuan setengah dari kesaksian laki-laki. Inilah pertama kalinya kesaksian perempuan setara dengan laki-laki. (Baca juga; Kajian Rumahan; Upaya Al-Qur’an Mengangkat Derajat Perempuan dalam Tiga Tahapan)

Rekomendasi

Ditulis oleh

Sarjana Studi Islam dan Peneliti el-Bukhari Institute

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Konsekuensi bagi Orang yang Tidak Membayar Hutang di dalam Islam Konsekuensi bagi Orang yang Tidak Membayar Hutang di dalam Islam

Konsekuensi Orang yang Tidak Membayar Hutang di dalam Islam

Kajian

Pandangan Ibnu Rusyd Tentang Sosok Perempuan Pandangan Ibnu Rusyd Tentang Sosok Perempuan

Afra binti Ubayd: Ibu dari Para Pejuang Syariat Islam

Muslimah Talk

menyantuni anak yatim muharram menyantuni anak yatim muharram

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Di Bulan Muharram

Kajian

Alasan Mengapa Kita Membela Palestina Alasan Mengapa Kita Membela Palestina

Alasan Mengapa Kita Membela Palestina

Muslimah Talk

Sering Lupa dan Bingung Usai Melahirkan? Bisa Jadi Ibu Tengah Hadapi Mom Brain Sering Lupa dan Bingung Usai Melahirkan? Bisa Jadi Ibu Tengah Hadapi Mom Brain

Sering Lupa dan Bingung Usai Melahirkan? Bisa Jadi Ibu Tengah Hadapi Mom Brain

Muslimah Talk

Al-Hafizhah Karimah al-Marwaziyah: Perempuan yang Menghabiskan Masa Hidupnya Dengan Keilmuan Al-Hafizhah Karimah al-Marwaziyah: Perempuan yang Menghabiskan Masa Hidupnya Dengan Keilmuan

Al-Hafizhah Karimah al-Marwaziyah: Perempuan yang Menghabiskan Masa Hidupnya Dengan Keilmuan

Muslimah Talk

Iddah dan Ihdad bagi Perempuan Pekerja Iddah dan Ihdad bagi Perempuan Pekerja

Iddah dan Ihdad bagi Perempuan Pekerja

Kajian

Amalan tahun baru Islam Amalan tahun baru Islam

Amalan yang Dianjurkan Sambut Tahun Baru Islam

Ibadah

Trending

puasa istri dilarang suami puasa istri dilarang suami

Kritik Nabi kepada Laki-laki yang Suka Main Kasar pada Perempuan

Kajian

Zainab binti Khuzaimah Zainab binti Khuzaimah

Ummu Kultsum; Putri Rasulullah yang Diperistri Utsman bin Affan

Muslimah Talk

Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin

Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin

Ibadah

Hukum Menalak Istri saat Mabuk Hukum Menalak Istri saat Mabuk

Hukum Menalak Istri saat Mabuk

Kajian

menyantuni anak yatim muharram menyantuni anak yatim muharram

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Di Bulan Muharram

Kajian

Dalil Perempuan Tidak Perlu Menutup Wajahnya Dalil Perempuan Tidak Perlu Menutup Wajahnya

Dalil Perempuan Tidak Perlu Menutup Wajahnya

Kajian

Cerita Para Selebgram Muslimah yang Inspiratif

Muslimah Daily

Beberapa Kesunahan 10 Muharram Beberapa Kesunahan 10 Muharram

Lima Amalan yang Dianjurkan di Bulan Muharram

Ibadah

Connect