Ikuti Kami

Tanya Ustazah

Bagaimana Mengganti Puasa Yang Terlewat Hingga Ramadhan Selanjutnya?

Siapa Saja yang Orang Boleh Untuk Tidak Puasa?
www.freepik.com

BincangMuslimah.Com- Puasa ramadhan yang belum terlaksana pada ramadhan sebelumnya akan tetap terhitung menjadi hutang. Sehingga seseorang memiliki kewajiban untuk qada atau mengganti. Meski terdapat beberapa kelompok yang mendapat rukhsah atau keringanan, kelompok tersebut juga masih memiliki syarat dan kewajiban dalam menggantinya. Namun akan terdapat ketentuan mengganti puasa saja atau dengan membayar fidyah.

Sebagaimana Allah telah menjabarkan dalam firman-Nya surat Al-Baqarah ayat 184:

…فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ َ..…

“.…Maka siapa di antara kamu yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin….”

 

Kemudian terdapat polemik yang muncul saat ini perihal bagaimana jika sudah bertemu ramadhan selanjutnya tapi masih memiliki qada puasa tahun lalu yang belum terlaksana? Apakah hanya mengganti puasa saja, atau dengan membayar fidyah sesuai ketentuan di Al-Qur’an ?

 

Kelompok Yang Melaksanakan Qada dan Fidyah

Dalam mengganti hutang puasa, perlu adanya pertimbangan antara illat hukum dengan kondisi dan konsekuensi yang ada pada suatu orang atau kelompok. Hal ini akan mempengaruhi hasil hukum bagi seseorang tersebut akan hanya mengganti dengan puasa saja, atau dengan kewajiban membayar fidyah. Beberapa dari mereka terbagi menjadi dua kelompok:

Pertama, orang yang memiliki udzur syar’i (halangan)

Kelompok ini adalah orang-orang yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa dengan halangan yang diperbolehkan dalam hukum Islam. Maka kelompok ini masih harus mengganti hutang puasa dengan “mengqada puasanya saja, tidak perlu membayar fidyah”.

Baca Juga:  Tanya Ustazah: Bolehkah Shalat Tarawih 8 Rakaat dengan 2 Kali Salam?

Allah telah menyebutkan beberapa di antara mereka dalam surat Al-Baqarah ayat 184. Kemudian Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani merincikannya kembali dalam Kasyifatussaja:“Enam orang berikut ini diperbolehkan berbuka puasa di siang hari bulan Ramadhan. Mereka adalah pertama musafir, kedua orang sakit, ketiga orang jompo (tua yang tak berdaya), keempat wanita hamil (sekalipun hamil karena zina atau jimak syubhat [kendati wanita ini berjimak dengan selain manusia tetapi ma’shum])”.

Kedua, orang  yang tidak memiliki udzur syar’i

Kelompok yang kedua adalah orang-orang yang tidak memiliki halangan mendesak dalam kacamata hukum islam. Salah satunya adalah orang yang menunda atau menangguhkan mengganti puasa hingga bertemu lagi dengan ramadhan selanjutnya. Maka kelompok ini wajib “menqada puasa dan sekaligus menunaikan fidyah”.  beberapa di antaranya juga seperti wanita hamil dan menyusui, yang tidak berpuasa karena khawatir akan anaknya saja. Maka ia tetap mengganti puasa dan membayarkan fidyah, karena sejatinya ia sendiri masih mampu melaksanakan puasa.

Dalam hal ini yang perlu menjadi highlight adalah fidyah menjadi bentuk sanksi dan tanggung jawab baginya. Karena tidak melaksanakan puasa padahal tidak sedang ada hal yang menyulitkan dari diri sendiri.

Seperti misalnya ibu yang masih dalam masa kehamilan dan harus menyusui berturut-turut. Juga sakit kronis berkepanjangan, sakit yang tidak ada harapan sembuh dan lain sebagainya. Sehingga ia tidak memiliki kesempatan berpuasa hingga tiba Ramadhan selanjutnya.

Dalam kitab Fathul Muin, Syekh Zainuddin Al-Malibari menjelaskan bahwa seseorang yang tidak sempat menqada puasa hingga bertemu ramadhan berikutnya, maka hukumnya dirincikan (tafsil). Jika tanpa adanya udzur maka wajib untuk qadla’ puasa dan membayar fidyah: “Wajib bagi orang yang menunda qadha Ramadhan hingga datang Ramadhan berikutnya tanpa ada udzur yang mengharuskan penundaan itu terjadi, sebagaimana orang yang masih mempunyai waktu senggang dari sakit dan bepergian yang cukup untuk melaksanakan qadhanya, membayar fidyah satu mud untuk satu hari qadha dari bulan Ramadhan setiap tahun. Lalu fidyah dilipatkan sejumlah berapa kali Ramadhan terlewati. Demikian  menurut pendapat yang mu’tamad.”

Ulama’ Empat Madzhab tentang Orang Yang Menunda Qada

Jumhur ulama mengatakan orang yang demikian hendaknya mengganti puasanya dan membayar fidyah sesuai dengan jumlah hari ia tidak berpuasa. Namun masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan Imam al-Arba’ah:

Baca Juga:  Pakaian terkena Percikan Air Genangan, Apakah bisa untuk Salat?

Pendapat Madzhab Hanafiyah adalah seorang yang menunda qada hingga telah masuk ke ramadhan berikutnya, tidak wajib membayar fidyah dan hanya qadha” puasanya saja. (al-Mabsuth, jilid 3).

Pendapat Madzhab Malikiyah adalah wajib menqadla’ hari-hari yang ditinggalkan puasanya dan memberi makan orang miskin setiap hari sebanyak 1 mud, sesuai dengan hari-hari puasa yang ditinggalkan (Bidayatul Mujtahid, jilid 1).

Madzhab Syafi’iyah berpendapat orang yang tidak membayar puasa hingga masuk ramadhan selanjutnya dengan tanpa udzur, maka orang tersebut wajib menqada puasanya dan membayar fidyah sesuai jumlah hari yang ditinggalkan.namun, terlebih dahulu berpuasa untuk ramadhan kedua baru menqada untuk ramadhan yang lalu (Raudlatut Thalibin, jilid 2).

Pendapat Madzhab Hanabilah adalah wajib qada bagi orang yang mengakhirkan qada bukan karena udzur hingga melewati dua ramadhan (Al-Mughni, jilid 4).

Dari sini kita mampu menarik kesimpulan bahwa orang yang menunda atau belum sempat mengganti puasanya hingga tiba ramadhan berikutnya, “dengan tidak adanya alasan syar’i atau mendesak”. Maka ia memiliki kewajiban menqada puasanya sekaligus membayar fidyah.

Demikian referensi pendapat dari para Ulama yang dapat menjadi pedoman bagi kita. Hal ini untuk mengupayakan yang terbaik dalam pemenuhan ibadah yang kita jalankan. Hingga sampai pada Ridho Allah SWT, Amiin.

 

Rekomendasi

Ditulis oleh

Mahasiwi Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Mahasantriwati Pesantren Luhur Sabilussalam.

10 Komentar

10 Comments

Komentari

Terbaru

Kalau Ganteng Pasti Mau’: Saat Candaan Berisiko Membungkam Korban Pelecehan Seksual Kalau Ganteng Pasti Mau’: Saat Candaan Berisiko Membungkam Korban Pelecehan Seksual

Kalau Ganteng Pasti Mau’: Saat Candaan Berisiko Membungkam Korban Pelecehan Seksual

Muslimah Talk

Benarkah Perempuan Tercipta Dari Tulang Rusuk Laki-laki? Benarkah Perempuan Tercipta Dari Tulang Rusuk Laki-laki?

Benarkah Perempuan Tercipta Dari Tulang Rusuk Laki-laki?

Kajian

Refleksi Al-Quran Surah An-Nisā’ ayat 34: Tentang Kepemimpinan Laki-Laki Atas Perempuan Refleksi Al-Quran Surah An-Nisā’ ayat 34: Tentang Kepemimpinan Laki-Laki Atas Perempuan

Refleksi Al-Quran Surah An-Nisā’ ayat 34: Tentang Kepemimpinan Laki-Laki Atas Perempuan

Kajian

Ruby Kholifah: Pejuang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Muslimah Talk

Abigail Adams: Ibu Negara yang Memperjuangkan Perempuan dari Gedung Putih Abigail Adams: Ibu Negara yang Memperjuangkan Perempuan dari Gedung Putih

Abigail Adams: Ibu Negara yang Memperjuangkan Perempuan dari Gedung Putih

Muslimah Talk

Tahirih Qurrat al-Ayn: Cendekiawan, Penyair, dan Martir Perjuangan Hak Perempuan Tahirih Qurrat al-Ayn: Cendekiawan, Penyair, dan Martir Perjuangan Hak Perempuan

Tahirih Qurrat al-Ayn: Cendekiawan, Penyair, dan Martir Perjuangan Hak Perempuan

Khazanah

Perluasan Makna Aurat; Perspektif Al-Qur’an Surah Al-A’raf Ayat 26 Perluasan Makna Aurat; Perspektif Al-Qur’an Surah Al-A’raf Ayat 26

Perluasan Makna Aurat; Perspektif Al-Qur’an Surah Al-A’raf Ayat 26

Kajian

Laki-Laki dan Perempuan Memang Berbeda, Tapi Kesetaraan Gender Bukan Soal Biologi: Mari Intip Apa yang Diperjuangkan Laki-Laki dan Perempuan Memang Berbeda, Tapi Kesetaraan Gender Bukan Soal Biologi: Mari Intip Apa yang Diperjuangkan

Laki-Laki dan Perempuan Memang Berbeda, Tapi Kesetaraan Gender Bukan Soal Biologi: Mari Intip Apa yang Diperjuangkan

Muslimah Talk

Trending

Melihat Spirit Keislaman melalui Shalawat yang Dibawakan Gus Azmi dan Syubbanul Muslimin

Muslimah Daily

menabuh rebana perayaan maulid menabuh rebana perayaan maulid

Hukum Menabuh Rebana Ketika Peraayaan Maulid

Kajian

Ruby Kholifah: Pejuang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Muslimah Talk

Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara

Perjalanan Sri Mulyani dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Negara

Muslimah Talk

Mengapa Suara Perempuan Baru Didengar Setelah Viral? Mengapa Suara Perempuan Baru Didengar Setelah Viral?

Mengapa Suara Perempuan Baru Didengar Setelah Viral?

Muslimah Talk

Benarkah Perempuan Tercipta Dari Tulang Rusuk Laki-laki? Benarkah Perempuan Tercipta Dari Tulang Rusuk Laki-laki?

Konsep Kesetaraan Gender Menurut Amina Wadud Muhsin

Muslimah Talk

Kemenag Gelar Bincang Syariah Goes to Campus di Universitas Indonesia; Merayakan Maulid dengan Kesadaran Ekologis Kemenag Gelar Bincang Syariah Goes to Campus di Universitas Indonesia; Merayakan Maulid dengan Kesadaran Ekologis

Kemenag Gelar Bincang Syariah Goes to Campus di Universitas Indonesia; Merayakan Maulid dengan Kesadaran Ekologis

Berita

Pihak yang Dirugikan, Perempuan Justru Punya Peran Tersembunyi ‘Lestarikan’ Patriarki Pihak yang Dirugikan, Perempuan Justru Punya Peran Tersembunyi ‘Lestarikan’ Patriarki

Pihak yang Dirugikan, Perempuan Justru Punya Peran Tersembunyi ‘Lestarikan’ Patriarki

Muslimah Talk

Connect