BincangMuslimah.Com – Sejak diutusnya Nabi menjadi rahmat bagi alam semesta, perempuan telah memainkan peranan yang sangat penting dalam segala aspek. Tak terkecuali dalam dunia tasawuf. Muncul para perempuan sufi yang berbudi luhur dan sangat terhormat.
Pada mulanya, tasawuf merupakan suatu gerakan asketik murni yang berusaha menghadang dan menghalangi kecendrungan kaum muslim yang semakin meningkat pada hal-hal duniawi. Cabang mistik Islam ini muncul pada awal abad kedelapan, kira-kira satu abad setelah Nabi wafat.
Aliran tasawuf bertambah kuat dan jumlahnya semakin banyak pada periode ekspansi kekhalifahan dalam Islam. Dan bukan suatu hal yang remeh jika peranan utama dalam aliran ini jatuh di pundak perempuan. Nama Rabi’ah al-Adawiyyah atau biasa dikenal Rabi’ah dari kota Bashrah menandai awal gerakan tasawuf yang sesungguhnya dalam Islam.
Dialah yang diyakini telah mengubah asketisme yang suram menjadi mistisisme cinta kasih yang murni. Hingga saat ini, seorang perempuan yang berbudi luhur atau sangat terhormat dalam dunia tasawuf dapat digambarkan sebagai seorang ‘Rabi’ah kedua’.
Tidak lekang dalam benak kita semua bagaimana seorang Rabi’ah berlari melintasi Basrah dengan seember air di satu tangan dan obor menyala di tangan lainnya. Dan ketika semua orang bertanya, ia menjawab “aku ingin menuangkan air ke dalam neraka dan mengobarkan api di surga, sehingga kedua selabung ini lenyap dan tak seorang pun akan menyembah Tuhan karena takut akan neraka atau mengharapkan surga.”
Banyak kita temukan riwayat tentang Rabi’ah, seorang budak perempuan yang telah dibebaskan dari Bashrah yang pada saat itu menjadi pusat dari aliran tasawuf. Bahkan beberapa periwayatan, mengaitkan seorang sufi ternama yakni Hasan al-Bashri dengan perempuan sufi ini.
Muhammad Zihni, dalam kitabnya Masyahir an-Nisa menggambarkan kesempurnaan Rabi’ah dengan mengatakan“…dia, jelas lebih unggul dibanding para pria, dan itulah sebabnya dia juga disebut Mahkota Kaum Pria…”.
Rabiah bukanlah satu-satunya seorang sufi perempuan yang menyerahkan diri sepenuhnya pada kecintaan terhadap Tuhan. Kita juga mengenal Bahriyya al-Maushuliyyah, seorang perempuan yang tak henti-hentinya meratap hingga buta kedua matanya. Hal ini adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh para sufi sebab bagi mereka, melihat kekasih Ilahi adalah satu-satunya tujuan hidup. Mata, bagi mereka seharusnya tidak lagi menjadi selubung antara orang yang melihat dan apa yang dilihat.
Rihana al-Waliha, juga adalah seorang perempuan yang hidup dalam sujud-sujudnya yang panjang. Bahkan dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa dia dibawa ke rumah sakit jiwa sebab kecintaannya yang begitu menyeluruh sehingga mendorongnya mengabaikan aturan-aturan kepantasan umum yang berlaku saat itu.
Ada juga perempuan bernama Sya’wana, tokoh menarik lain di antara para sufi perempuan yang hidup di masa awal perjalanan tasawuf; dia juga terkenal Karena ratapannya yang tak kunjung putus. Bahkan seorang sufi besar Fudayl ibn Iyad diyakini pernah memintanya untuk mendoakannya.
Sufi yang shaleh, Bisyr al-Hafi serta ahli hadis Ahmad ibn Hanbal juga mendekati Aminahar-Ramliyyah untuk memintanya menjadi perantara, dan melalui dialah mereka mengetahui penangguhan hukuman mereka dari neraka.
Masih banyak lagi wanita ‘pemuja Tuhan’ lain yang tak dikenal. Para perempuan shalihah tak bernama yang berkali-kali muncul dalam literatur tasawuf klasik.
Banyak diantara mereka menyanyikan lagu-lagu pendek seperti yang dinyanyikan Rabi’ah. Meski bukan karya seni, semua ini merupakan contoh-contoh pertama dari lirik cinta mistik yang, pada abad-abad selanjutnya, menjadi ciri yang menandai seorang sufi yang penuh cinta kasih:
Kekasih itu tidak seperti yang lain;
Hanya Dia yang dapat menyentuh hatiku.
Dan meskipun tak terlihat dan tersentuh,
Dia selalu ada dalam hatiku.
Begitulah cara perempuan Sufi Suriah, Rabi’ah asy-Syamiyah mengemukakannya. Contoh lain dikutip oleh Jami:
Kekasih Tuhan itu sakit di dunia ini-
Penderitaannya tak kunjung reda;
Kesedihanlah satu-satunya pelipur hatinya
Sesiapa benar-benar mencintai Pencipta Agung
Berkelana keseluruh dunia bersama-Nya di dalam pikirannya-
Dan dikarunia penglihatan akan Dia!