Ikuti Kami

Muslimah Talk

Menyoal Etika Jawa; Apakah Sebuah Keharusan?

Menyoal Etika Jawa; Apakah Sebuah Keharusan?
Menyoal Etika Jawa; Apakah Sebuah Keharusan? (Foto: SMP IT MTA Karanganyar)

BincangMuslimah.Com – Suatu kelompok majemuk terdiri dari beberapa individu yang berkumpul dalam waktu yang lama menghasilkan sebuah etika atau moral tertentu yang menjadi pembeda dengan kelompok lainnya. Dalam bahasa Yunani, ethos berarti karakter; kebiasaan, tabiat, dan watak. Tujuan etika dalam Yunani klasik sebagai sandaran untuk mencapai kebahagiaan. Menurut Franz Magnis Suseno, etika diartikan sebagai ilmu atau refleksi sistematik mengenai pendapat-pendapat, norma-norma, dan istilah-istilah moral. Singkatnya, etika yaitu norma di suatu masyarakat tertentu yang dilakukan secara berulang-ulang.

Dari beberapa etika yang ada, etika yang diusung Jawa mempunyai corak unik, yaitu meliputi hubungan antar individu, masyarakat, dan alam semesta. Salah satu bentuk etika yang ada di Jawa yaitu unggah-ungguh atau norma yang mengatur laku (baca: perilaku tindakan dan ucapan) hubungan antara kaum muda dan tua. Dengan begitu, apakah ketaatan terhadap etika Jawa akan mendekatkan pada kebahagian dan memperkecil laku amoral dalam masyarakat atau sebaliknya? Saya menyimpulkan ada dua hal. Dari hal di atas, saya mengategorikan dua dasar dibentuknya etika masyarakat

Pertama, Rukun 

Prinsip ini menjunjung tinggi ‘keselarasan’ dan ‘ketenangan atau tentram’. Masyarakat sepakat bahwasanya hidup ideal mereka dengan menjunjung kerukunan di setiap lapisan masyarakat. Bertindak rukun berarti menghindari suatu perbuatan yang menimbulkan ketegangan-ketegangan seperti menghindari perselisihan, baik terhadap tua maupun muda. 

Akan tetapi, dalam masyarakat Jawa bukan hanya menciptakan keselarasan, melainkan lebih untuk tidak mengganggu keselarasan yang sudah diyakini secara turun-temurun. Prinsip kerukunan ini mengarah pada hal yang kurang baik, seperti hubungan orang tua dan anak. Dalam masyarakat Jawa mematuhi orang tua sebagai kebenaran mutlak, maka dari itu anak harus mengamini apa yang telah diajarkan. Tidak adanya komunikasi yang seimbang (diskusi atau mengutarakan pendapat) inilah yang perlu digaris bawahi. Hal tersebut bukan di lingkup keluarga saja, tapi juga masyarakat secara umum. 

Baca Juga:  RUU TPKS Akhirnya Disahkan: Angin Segar Bagi Perempuan, Ketahui Poin-Poinnya

Keluarga sebagai unit terkecil digadang sebagai faktor utama dalam membentuk dan mengembangkan etika individu Jawa. Dari contoh unggah-ungguh di atas, kita mengenal perasaan ‘sungkan’ dan ‘patuh’. Sifat yang sangat melekat dengan masyarakat Jawa, sebagai orang yang sudah lama di Jawa, sifat sungkan ini melekat secara spontanitas. Mungkin sifat ini terasa berbeda jika dibandingkan masyarakat dari Barat yang lebih terbuka. Akan tetapi, sifat sungkan dan patuh inilah yang sering disalahkangunakan untuk selalu diam terhadap apa yang terjadi. Sikap seperti inilah yang menjadikan masyarakat Jawa sedikit kaku perihal saran dan masukan dari masyarakat yang lebih muda. 

Kedua, hormat 

Prinsip ini mengatur interaksi antar masyarakat, mengatur laku individu agar sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Bahwasannya kehidupan masyarakat diatur berdasarkan hierarki yang sudah ada. Pandangan tersebut tentu berdasarkan cita-cita untuk mencapai masyarakat yang baik, di mana setiap orang dengan posisinya mencapai kehidupan yang selaras. Batasannya dengan tata krama sosial, yang mana seseorang yang berkedudukan tinggi harus dihormati; orang tua. Sedangkan mereka yang berkedudukan rendah harus patuh; anak atau orang muda. 

Kesadaran akan klasifikasi di masyarakat Jawa sangat kental, hal tersebut bisa kita lihat dalam percakapan bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, ada tingkatan bahasa sebagai bentuk penghormatan yaitu kromo dan ngoko. Kromo, atau bahasa paling halus yang biasanya digunakan terhadap orang yang lebih tua, seperti anak kepada Ayah-Ibu. Sedangkan ngoko digunakan dalam interaksi terhadap seseorang yang sudah akrab. Fungsi lain dari kromo adalah meminimalisir adanya umpatan, berbicara dengan nada tinggi terhadap orang yang lebih tua.

‘Orang tua’ di masyarakat Jawa mempunyai banyak makna, selain untuk ayah-ibu, biasanya digunakan terhadap orang yang menempati kelas sosial yang lebih tinggi, umur dan sebagainya. Sikap hormat yang terjadi di kalangan masyarakat Jawa ini berkembang di kehidupan sehari-hari yang mendapat pengaruh oleh hierarki. 

Baca Juga:  Maimunah binti Al-Harits: Perempuan Terakhir yang Dinikahi Rasulullah

Dari hal di atas, kita telah melihat bahwasannya masyarakat Jawa mengatur interaksi-interaksinya dengan prinsip-prinsip di atas dengan tata krama yang sedemikian rupa. Lalu, apakah etika Jawa yang diusung masyarakat dulu masih sesuai dengan zaman ini?

Kalian bisa kolaborasi buat bantu Bincangmuslimah.com terus menyajikan artikel-artikel yang bermanfaat dengan berbelanja minimal 150.000 di Allofresh. Dapatkan rangkaian cashback dengan download aplikasinya di sini dan masukan kode AFBM12 saat berbelanja.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Mahasiswi Universitas Al-Azhar, Kairo jurusan Akidah dan Filsafat.

Komentari

Komentari

Terbaru

puasa wajib segera diganti puasa wajib segera diganti

Bolehkah Menggabungkan Puasa Qadha Ramadhan dan Puasa Sunnah Rajab?

Kajian

Hukum Memakai Pakaian Sinterklas Hukum Memakai Pakaian Sinterklas

Hukum Memakai Pakaian Sinterklas karena Tugas Kerja

Kajian

Bagaimana Cara Self-healing Ala Rasulullah? Bagaimana Cara Self-healing Ala Rasulullah?

Cara Self-Healing Ala Rasulullah

Muslimah Talk

Bolehkah Salat Menggunakan Pakaian atau Alat Salat yang Terkena Lumpur? Bolehkah Salat Menggunakan Pakaian atau Alat Salat yang Terkena Lumpur?

Bolehkah Salat Menggunakan Pakaian atau Alat Salat yang Terkena Lumpur?

Kajian

Rekonfigurasi Makna Nushuz: Relasi Dua Arah Hubungan Suami–Istri Menurut Quraish Shihab Rekonfigurasi Makna Nushuz: Relasi Dua Arah Hubungan Suami–Istri Menurut Quraish Shihab

Rekonfigurasi Makna Nushuz: Relasi Dua Arah Hubungan Suami–Istri Menurut Quraish Shihab

Kajian

Self Reward Menurut Pandangan Islam Self Reward Menurut Pandangan Islam

Mindfulness dalam Islam: Hadir Sepenuhnya Bersama Allah

Muslimah Talk

toleransi dan keberagamaan mesir toleransi dan keberagamaan mesir

Pengalaman Toleransi dan Keberagamaan di Mesir

Muslimah Daily

Menerima Bingkisan Natal Muslim Menerima Bingkisan Natal Muslim

Hukum Menerima Bingkisan Natal bagi Muslim

Kajian

Trending

Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib

Hukum Menyetubuhi Istri yang Sedang Istihadah

Kajian

pendarahan sebelum melahirkan nifas pendarahan sebelum melahirkan nifas

Apakah Darah yang Keluar Setelah Kuret Termasuk Nifas?

Kajian

Perempuan Istihadhah mandi shalat Perempuan Istihadhah mandi shalat

Wajibkah Perempuan Istihadhah Mandi Setiap Hendak Shalat?

Kajian

toleransi dan keberagamaan mesir toleransi dan keberagamaan mesir

Pengalaman Toleransi dan Keberagamaan di Mesir

Muslimah Daily

air ketuban air ketuban

Keluar Darah saat Hamil, Termasuk Darah Haid atau Istihadhah?

Ibadah

Langkah mengesahkan Pernikahan Siri Langkah mengesahkan Pernikahan Siri

Langkah Hukum Mengesahkan Pernikahan Siri

Kajian

keringanan tidak puasa, pendidikan prenatal ibu hamil keringanan tidak puasa, pendidikan prenatal ibu hamil

Empat Pendidikan Prenatal yang Harus Ibu Hamil Tahu

Muslimah Daily

hukum menggagalkan pertunangan haram hukum menggagalkan pertunangan haram

Bolehkah Istri Menjual Mahar Nikah dari Suami?

Kajian

Connect