Ikuti Kami

Muslimah Talk

Keguguran, Pengalaman Perempuan yang Jarang Dibicarakan

keguguran pengalaman perempuan dibicarakan
Credit: Photo from Gettyimages.Com

BincangMuslimah.Com – Bagi perempuan yang memutuskan untuk mengandung, keguguran adalah peristiwa yang mungkin saja terjadi. Menurut dr. Keven Tali, Sp.OG dalam channel youtubenya, keguguran biasanya terjadi pada kehamilan yang berusia di bawah 20 minggu. Keguguran sering sekali menjadi pengalaman bagia sebagian perempuan, tapi jarang sekali dibicarakan.

Keguguran bukanlah kejadian biasa bagi perempuan, bahkan untuk sebagian perempuan bisa menjadi trauma. Saya sendiri pernah mengalami keguguran di usia kehamilan 6 minggu. Sebelumnya saya mengalami kram perut yang hebat disertai flek yang keluar dari jalan lahir. Esoknya saya periksakan ke dokter kandungan, dokter mengatakan bahwa janin saya sudah tidak bernyawa, dan harus segera dikuret.

Peristiwa itu berjalan begitu cepat, dan saya tidak bisa berpikir mengapa bisa terjadi. Selama proses kuretase saya dibius total, prosesnya cepat sekitar 30 menit. Namun, sebelumnya saya harus meminum obat perangsang mules untuk membantu pembukaan jalan lahir. Ketika tersadar entah mengapa saya menangis.

Mungkin itu adalah ekspresi kehilangan dan kebingungan atas beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Saya sangat beruntung karena di tengah keterpurukan pasca keguguran, tak ada satupun keluarga ataupun kerabat yang menyalahkan saya. Ucapan berkabung juga saya dapatkan dari keluarga dan teman dekat. Dan tentu suami yang selalu menemani.

Dalam menghadapi keguguran, perempuan memerlukan support system yang kuat. Coba bayangkan, jika perempuan yang tubuhnya sedang sakit dan merasa kehilangan, disalahkan oleh orang di sekitarnya atas kematian calon anaknya. Ada pula yang dengan mudahnya mengatakan “udah gapapa cuma keguguran nanti juga hamil lagi!” Tidak ada yang berbelasungkawa apa lagi menyemangati.

Tidak semudah diucapkan. Padahal, pasca mengalami keguguran ibu bisa mengalami depresi, merasa bersalah, dan trauma yang berkepanjangan. Besar kemungkinan ibu akan merasa malu, dan menyalahkan diri sendiri. Hingga mengisolasikan dirinya sendiri.

Baca Juga:  Raden Ajeng Sutartinah dan Perannya dalam Perjuangkan Hak Pendidikan Perempuan

Bagi perempuan pekerja mereka tidak mendapatkan jatah cuti karena keguguran, padahal sudah ada aturannya. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 82 ayat 2 menyebutkan ‘pekerja atau buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan mendapatkan jatah istirahat selama satu setengah bulan.’

Namun sayangya, hak cuti keguguran masih belum mudah didapatkan perempuan. Mengutip laman Hukumonline, menurut Jumisih, Ketua Federasi Buruh Lintas Pabrik mengatakan kebanyakan buruh perempuan yang mengalami keguguran, hanya diberikan izin sakit selama tujuh hari. Ini sangat jauh dari aturan yang sebenarnya.

Padahal aturannya sudah jelas. Lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 93 ayat 2, ‘pekerja atau buruh perempuan yang tidak masuk kerja karena keguguran tetap dibayarkan gajinya.’ Dari pihak suami, jika istri mengalami keguguran dan suami tidak masuk kerja, maka akan tetap dibayarkan gajinya selama dua hari.

Tak hanya Indonesia, di beberapa negara juga sudah menerapkan aturan cuti bagi perempuan yang mengalami keguguran. Mengutip dari BBC News, Selandia Baru adalah negara yang pertama kali menerapkan aturan ini. Kemudian disusul oleh Nikaragua, Panama, Mauritius, India, dan Indonesia memberikan hak cuti dalam taraf yang berbeda.

Pada dasarnya, keguguran adalah pengalaman perempuan yang memerlukan perhatian. Selama ini, pengalaman itu hanya berada di ruang sunyi, dianggap remeh dan jarang dibicarakan. Sebaliknya, justru kita harus berempati pada sang ibu.

 

Rekomendasi

Pray the Devil Back Pray the Devil Back

Pray the Devil Back to Hell, Cerita Powerfull Perempuan Mengusung Perdamaian

Perempuan Bekerja saat Iddah Perempuan Bekerja saat Iddah

Bolehkah Perempuan Bekerja saat Masa Iddah?

butet manurung model barbie butet manurung model barbie

Butet Manurung, Dari Sokola Rimba Hingga Global Role Model Barbie

Peran Perempuan di Masa Depan dalam The Silent Sea Peran Perempuan di Masa Depan dalam The Silent Sea

Peran Perempuan di Masa Depan dalam The Silent Sea

Ditulis oleh

Alumni Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera (Indonesia Jentera School of Law).

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Mapan Dulu, Baru Nikah! Mapan Dulu, Baru Nikah!

Mapan Dulu, Baru Nikah!

Keluarga

Melatih Kemandirian Anak Melatih Kemandirian Anak

Parenting Islami ; Bagaimana Cara Mendidik Anak Untuk Perempuan Karir?

Keluarga

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect