Ikuti Kami

Muslimah Daily

Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-1

BincangMuslimah.Com – Bagi sebagian kita merasa membacakan buku cerita akan lebih mudah dibandingkan dengan bercerita langsung kepada anak. Nah, dalam tulisan ini kita akan terfokus pada aktivitas bercerita dengan lisan atau tradisi oral dan bagaimana langkah-langkah persiapannya.

Sebelum kita bahas mengenai bagaimana langkah-langkahnya, tahukah kita bercerita secara langsung dapat memberikan pengalaman tanpa terbatas dengan kata yang ada dalam buku, juga ada ‘rasa’ yang tersalurkan saat kita saling bertatap muka dan bercerita langsung kepada anak.

Selain itu, aktivitas bercerita secara langsung juga dapat memberi kesempatan kepada anak untuk menggali imanjinasi mereka lebih dalam. Seperti kita tahu, imajinasi adalah hal yang penting dan dibutuhkan anak agar anak mampu berkreasi, mencipta sesuatu dan punya cita-cita yang tinggi di masa depan.

Bercerita secara langsung juga akan menjadi hal yang mudah layaknya ketika kita membacakan buku cerita jika kita tahu caranya. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Rona Mentari, aktifis pendongeng Indonesia dalam kelasnya di Fammi Class.

Pertama, pilih cerita yang tepat. Tepat di sini tidak hanya bagi anak, tetapi juga bagi orang tua selaku pembawa cerita, maka pilihlah cerita yang juga kita sukai. Mengapa demikian? Hal ini mungkin sederhana, namun kalau cerita yang kita bawakan adalah cerita yang kita sukai, maka kita akan bisa membawakannya sepenuh hati dan kita semua tahu, apa yang dilakukan dari hati akan sampai ke hati pula.

Cerita memiliki banyak jenis mulai dari fabel, legenda, tale atau cerita pribadi orang tua masa kecil bisa kita gunakan sebagai bahan cerita. Selanjutnya kita perlu membuat semacam ‘story bubble’ atau gelembung/lingkaran cerita. Di sana kita tulis beberapa kata kunci yang dapat memudahkan kita untuk menyampaikan cerita secara langsung kepada anak.

Baca Juga:  Dwi Handayani: Berkarya dengan Menularkan Positive Vibes di Instagram

Mungkin kita akan menemukan beberapa cerita berdasarkan keyword yang kita tulis pada story buble tadi, dari situ kita dapat memilih mana cerita yang paling tepat untuk disampaikan kepada anak pada waktu tertentu.

Tahap ini menjadi sangat penting untuk dilakukan, apalagi ketika oarang tua sudah mengetahui bakat dan kecenderungan anak, pilihlah cerita yang sesuai agar mereka antusias dalam mendengarkan cerita yang kita bawakan. Akan lebih baik dengan menambahkan sesuatu yang disukai anak. Contohnya bila anak menyukai warna hijau, gunakan warna tersebut sebagai warna baju tokoh utama cerita yang kita bawakan.

Kalau kita sulit menemukan cerita yang berhubungan dengan kesukaan anak, kita bisa berkreasi sendiri. Misalnya mereka suka kucing, buatlah cerita di mana kucing menjadi tokoh utama sehingga anak tertarik untuk mengikuti cerita kita.

Selain itu, durasi waktu dalam bercerita menjadi penting untuk kita perhatikan agar anak tidak merasa bosan dengan cerita karena terlalu lama atau justru membuat anak tidak ‘merasakan’ ceritanya karena durasi yang terlalu cepat.

Lalu berapakah durasi yang ideal untuk bercerita kepada anak? Menurut Rona Mentari bisa kita gunakan usia anak sebagai patokan (usia x menit), kalau usianya 5 tahun berarti 5 menit dan seterusnya. Standar umumnya 3 sampai 15 menit, mengingat setiap anak memiliki tingkat fokus yang berbeda-beda, masimail 15 menit jangan sampai lebih.

Kita sebagai orang tua tentu tahu bagaimana anak kita, bagaimana tingkat fokus dan lainnya. Kalau belum berarti perlu banyak latihan dan sering mempraktikkan. Ingat,  kita kenal sebuah istilah ‘’kita bisa karena terbiasa.

Penting juga dalam pemilihan cerita ini menyesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka, kita perlu mempertimbangkan usia anak dengan jumlah tokoh yang akan kita angkat dalam cerita. Contohnya, untuk anak usia 0-4 tahun kita beri 2 karakter saja, usia 5-7 bisa hingga 3 karakter dalam satu cerita, 7 tahun ke atas bisa 3 karakter lebih. Tapi sekali lagi, orang tualah yang paling memahami anak mereka masing-masing. Intinya, hindari pemberian cerita yang kompleks dan banyak karakter kepada anak yang belum siap, buatlah kebiasaan bercerita menjadi sesuatu yang simple and fun.

Langkah selanjutnya, membaca cerita itu berulang kali jika ceritanya dari buku atau menuliskannya bila cerita tersebut adalah cerita buatan kita berdasarkan pengalaman masa kecil kita. Setidaknya sebelum bercerita kita sudah membaca cerita tersebut minimal 3 kali.

Baca Juga:  Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-2 (end)

Hal ini penting untuk kita lakukan sebelum bercerita kepada anak agar kita paham betul tentang isi cerita karena orang tua perlu bersiap-siap untuk menghadapi ragam respon dan pertanyaan yang akan diberikan anak, bahkan mungkin pertanyaan itu tidak pernah kita bayangkan sebelumnya walaupun kita hanya akan bercerita kepada satu anak.

Semakin sering kita membaca, maka akan semakin tinggi tingkat pemahan kita, semakin kuat daya imajinasi dan kita tidak akan lupa dengan cerita itu. Hal ini memiliki korelasi yang kuat dengan langkah selanjutnya.

Lantas, apa langkah tersebut? Langkah-langkah yang lain penulis bahas pada tulisan selanjutnya. Selamat membaca.

(Bersambung)

Rekomendasi

Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-2 (end)

Parenting Islami : Dongeng Bisa Jadi Sarana Penyelamat Masa Depan Anak

Ditulis oleh

Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, Peneliti Pendidikan Islam

Komentari

Komentari

Terbaru

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect