Ikuti Kami

Khazanah

Ruhiyyah Hasan Alqulayni Bersama Puisi-puisinya Yang Terus Hidup

fisik perempuan

Penyair bernama Ruhiyyah Hasan Alqulayni lahir pada awal bulan Maret tahun 1915 di Kota Dasuq di Mesir. Ayahnya seorang tokoh agama yang berpengaruh yang berperan dalam tumbuh kembang Ruhiyyah. Ia lalu mengirimkan Ruhiyyah ke kota Tanta di Mesir untuk menempuh pendidikan sekolah dasar. Lalu setelahnya ia melanjutkan pendidikan menengah atas di Kota Iskandariyah. Ceritanya terangkum dalam kumpulan cerita sastrawan perempuan karya Isa Futuh dengan judul Adiibat ‘Arabiyyat.

Di masa sekolah, ia aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi, terutama organisasi pergerakan perempuan. Pengalaman tersebutlah yang menumbuhkan kesadaran dan spirit perjuangan pada diri Ruhiyyah. Pasca lulus dari sekolah tingkat atas (SLTA), Ruhiyyah melanjutkan belajarnya di perguruan tinggi di Mesir, Cairo University pada tahun 1942 dengan mengambil jurusan Sastra Arab.

Setelah kelulusannya di perguruan tinggi, ia melanjutkan perjalanan dan petualangannya ke negeri Iraq untuk mengajar di sana. Ruhiyyah mengabdikan dirinya di bidang pendidikan di salah satu sekolah tingkat SLTA khusus perempuan. Setelah bertahun-tahun mengamalkan ilmunya dan meraup pengalaman dalam dunia pendidikan, Ruhiyyah kembali ke tanah kelahiran.

Di Kairo ia juga kembali mengajar di sekolah dasar. Aktivitasnya selalu melibatkan dirinya dengan banyak perempuan untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi murid dan perkembangan ilmuan. Di antara teman-teman seperjuangannya adalah Sayyidah Duriyyah Syafiq, pelopor dari Harokah Tahrirul Mar`ah (pergerakan pembebasan perempuan) di Mesir. Tidak hanya perempuan, ia juga akrab dengan Khalil Shabat, sejarawan dan jurnalis Mesir, dan juga Ibrahim bin ‘Abdah di majalah Bintu Nail.

Pada tahun 1945, Ruhiyyah mendapat kepercayaan sebagai pemimpin redaksi di kolom perempuan di koran Aljumhuriyyah bersama Sayyidah ‘Awathif Albadri. Semasa hidupnya, Ruhiyyah Hasan Alqulayni memegang beberapa jabatan dan aktif di dalamnya. Keuletannya, kecerdasannya, serta kapabilitasnya sebagai pemimpin membuat ia banyak dipercaya dalam banyak urusan. Pada tahun 1957 jabatannya yang semulanya berada di Kementrian Pendidikan beralih ke Kementrian Perguruan Tinggi yang bertugas melakukan rekonsiliasi majalah-majalah yang berkaitan dengan kebudayaan luar.

Baca Juga:  Sejarah Pensyariatan Azan Pertama Kali

Tidak berhenti di situ, ia lalu dipindahtugaskan ke Kementrian Kebudayaan pada tahun 1961 dan menjadi Ketua Umum. Di masa jabatannya itulah, Ruhiyyah berperan dalam memberdayakan para sastrawan Mesir, seperti menjamin tunjangan dan membantu dalam mempublikasikan karya. Seperti Mahmud Abul Wafa, Gamila Alayli. Atas perhatiannya pada para sastrawan ia dipuji oleh banyak sastrawan lainnya dan sejarawan. Salah satunya adalah Wadi’ Palestina dalam catatan sejaarahnya (26 Maret 1994) menyebutkan, “bahwa ia (Ruhiyyah Hasan Alqulayni) merupakan orang yang mulia dalam setiap urusan dan bidangnya. Ia senantiasa berupaya melakukan khidmat kepada para sastrawan dan membantu mereka dengan materi dan moral.

Aktivitasnya sebagai ahli dalam bidang sastra juga diakui saat ia menjadi anggota konferensi bersama sastrawan dan penyair di Iraq, Iskandariyah, Beograd, dan Sudan. Ia telah menelurkan beberapa karya, di antaranya buku Nisa ‘Arabiyyat yang berisi kumpulan puisi tentang perjuangan perempuan Arab yang menuntut kebebasan dan perolehan hak-hak sebagai manusia. Aktivitasnya dalam berkarya juga dipuji oleh temannya, Dr. Abdul Fattah ad-Didi. Ia mengatakan bahwa Ruhiyyah bisa mewakili para sastrawan lainnya (dalam karyanya).

Selain menulis buku, ia juga menuliskan puisinya di beberapa majalah, misal Atssaqofah dan Arrisalah dan menjadi penulis tetap di sana. Selain itu ia juga akhirnya menjabat sebagai anggota perpuisian untuk mengembangkan konten-konten sastra. Ruhiyyah juga telah menuliskan 10 Diwan (kumpulan puisi). Di antaranya Anghom Halimah, Laka Anta, Hamasatu Ruh, Hanin, Ibtihalat Qalb, ‘Abrol Qalb dan beberapa lainnya. Ia dinobatkan sebagai pelopor perkembangan ilmu sastra Arab di Mesir bersama Jalilah Ridho, Gamila Alayli, Malik Abdul Aziz, Hasan Kamil Asshayrifi, dan lain-lain.

Puisi-puisinya sarat akan makna perjuangan, nasionalisme, cinta, dan emosi lainnya. Lalu pada masa akhir hidupnya, ruh dalam puisinya bertransformasi menjadi puisi yang memiliki ruh spiritual dan sufi yang membicarakan tentang akhirat, taqwa, ketuhanan, iman, pengampunan, sujud, shalat, dan lain-lain. Ia melewati banyak masalah dalam hidupnya, menikah dalam waktu yang singkat karena suaminya meninggal, dan disusul kepergian putranya. Pengalaman-pengalaman dalam hidupnya menumbuhkan nurani dan mengasah rasanya yang lantas ia tuangkan dalam puisi-puisinya.

Baca Juga:  Nyai Siti Zubaidah, Penulis Risalah Shalat Tarawih

Salah satu puisinya yang bertemakan nilai spiritual serta kepasrahan akibat cinta yang dipendam dan kegagalannya adalah:

أنا ما قصدتك مرة إلا زذللت الصعابا

وإذا لجأت إليك يصبح مطلبي أملا مجابا

إن قلت يا ربي ترد مع الرضاء لي الجوابا

لبيت أمرك يا إلهي هل ترى أخشى الحسابا؟

الليل يعرفني سهادل بالتقى دمعا مذابا

والفجر يشهد كيف أتلو بالضراعات الكتابا

فإذا هفوت فعفوك المرجو يلهمني الصوابا

أني اتجهت أراك يا ربي فتكشف لي الحجابا

Tak sekalipun aku bermaksud kecuali untuk menaklukkan kesulitan

Apabila aku memohon pertolongan kepada, maka permohonanku menjadi harapan yang terjawab

Jika aku berkata wahai Tuhanku berilah aku jawaban beserta ridhoMu

Aku memenuhi perintahmu, adakah Engkau melihatku takut akan hari perhitungan?

Malam mengetahuiku yang terjaga dalam ketakwaan dengan bercucur air mata

Fajarpun menyaksikanku bagaimana aku mengeja Alquran dengan sungguh

Apabila aku lalai, ampunanMu lah yang kuharapkan agar menuntunku dalam kebenaran

Sungguh, aku menghadapMu, melihatMu, wahai Tuhanku, singkaplah hijab itu untukku

Penyair kenamaan ini wafat pada tahun 1980 meninggalkan sejarah dan karya. Meski telah wafat, tapi Ruhiyyah Hasan Alqulayni bersama puisi-puisinya yang terus hidup.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Sarjana Studi Islam dan Redaktur Bincang Muslimah

Komentari

Komentari

Terbaru

Silaturahmi dalam Momen Lebaran Silaturahmi dalam Momen Lebaran

Menjalin Silaturahmi dalam Momen Lebaran

Kajian

Macam Manusia Imam Al-Ghazali Macam Manusia Imam Al-Ghazali

Empat Macam Manusia Menurut Imam Al-Ghazali

Kajian

kisah yahudi maulid nabi kisah yahudi maulid nabi

Enam Hal Penting yang Perlu Digarisbawahi tentang Poligami Rasulullah

Kajian

memelihara semangat setelah ramadhan memelihara semangat setelah ramadhan

Tips Memelihara Semangat Ibadah Setelah Ramadhan

Muslimah Talk

golongan manusia kedudukan terbaik golongan manusia kedudukan terbaik

Golongan Manusia yang Mendapatkan Kedudukan Terbaik di Sisi Allah

Kajian

kisah puasa sayyidah maryam kisah puasa sayyidah maryam

Memetik Hikmah dari Kisah Puasa Sayyidah Maryam dalam Alquran

Khazanah

Tradisi Takbiran Menggunakan Petasan Tradisi Takbiran Menggunakan Petasan

Pendapat Para Ulama tentang Tradisi Takbiran Menggunakan Petasan

Kajian

Makna Pentingnya Zakat Fitrah Makna Pentingnya Zakat Fitrah

Makna dan Pentingnya Zakat Fitrah

Kajian

Trending

doa terhindar dari keburukan doa terhindar dari keburukan

Doa yang Diajarkan Rasulullah kepada Aisyah agar Terhindar Keburukan

Ibadah

Surat Al-Ahzab Ayat 33 Surat Al-Ahzab Ayat 33

Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 33; Domestikasi Perempuan, Syariat atau Belenggu Kultural?

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Doa berbuka puasa rasulullah Doa berbuka puasa rasulullah

Beberapa Macam Doa Berbuka Puasa yang Rasulullah Ajarkan

Ibadah

Hukum Sulam Alis dalam Islam

Muslimah Daily

Doa Setelah Shalat Witir

Ibadah

kisah yahudi maulid nabi kisah yahudi maulid nabi

Enam Hal Penting yang Perlu Digarisbawahi tentang Poligami Rasulullah

Kajian

Niat puasa malam hari Niat puasa malam hari

Mengapa Niat Puasa Boleh Dilakukan sejak Malam Hari?

Ibadah

Connect