BincangMuslimah.Com – Kalau kamu mendengar nama Ibnu Hajar, siapa yang ada di benakmu? Ibnu Hajar al-Asqalany atau Ibnu Hajar al-Haytami? Kalau mendengar nama Ibnu Hajar, seringkali yang kita ingat adalah pengarang kitab Fathul Bari, kitab penjelas hadis Shahih Bukhari. Sebenarnya, terdapat duo “Ibnu Hajar” dalam literatur Islam.
Pertama, ialah Ibnu Hajar al-Asqalany yang bernama asli Syihabuddin Abu al-Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud al-Kunnani al-‘Asqalany al-Mishri. Beliau berkebangsaan Mesir dan bermazhab Syafi’i dalam fikih. Dijuluki Ibnu Hajar karena disandarkan pada salah satu nama kakek buyutnya dan nama al-‘Asqolan dinisbatkan pada suatu daerah di Israel yang merupakan asal kakek buyutnya.
Ibnu Hajar lahir pada bulan Sya’ban tahun 773 Hijriah. Ayahnya wafat saat usianya 4 tahun, dan bahkan ibunya sudah lebih dahulu meninggalkannya. Lalu beliau dirawat oleh seorang pedagang kaya berkebangsaan Mesir bernama Zakiyuddin al-Khurrubi.
Pada usianya yang kesembilan, Ibnu Hajar sudah menghatamkan hapalan Alquran. Selain itu beliau juga menghapalkan beberapa kitab dari berbagai cabang keillmuan sejak kecil. Lalu mulai belajar ilmu sastra dan sejarah, kemudian jatuh cinta pada ilmu hadis yang kelak mengantarkannya pada keahlian dan masyhur sebagai ahli hadis.
Selama hidupnya, beliau menimba ilmu dari berbagai ulama. Seperti kepada al-Qadhi Abu Hamid al-Makkiy di Mekkah. Kepadanya ia menimba cabang ilmu hadis baik matan, sanad, ‘ilal, isthilahnya. Sampai ia dijuluki “Amirul Mukminin fii al-Hadis”, pemimpin orang mukmin dalam ilmu hadis.
Tak hanya menempuh pendidikan di satu tempat, Ibnu Hajar juga mengembara sampai Syam (sekarang Syiria, Iran, dan Palestina) dan Yaman. Di negara-negara tersebut Ibnu Hajar menimba ilmu kepada guru-guru yang alim.
Ibnu Hajar melahirkan banyak karya, terutama dalam ilmu hadis seperti Fathul Bari, Tahdzib at-Tahdzib, Taqrib at-Tahdzib, Lisanul Mizan, al-Ishobah fii Tamyiiz as-Shahabah, Nukhbatul Fikri fii Mustholah Ahli al-Atsar wa Syarhuha. Beliau wafat pada bulan Dzulhijjah tahun 852 Hijriah.
Beda halnya dengan Ibnu Hajar al-Asqolany yang terkenal sebagai ulama ahli bidang hadis, Ibnu Hajar al-Haitami adalah ulama yang menekuni bidang fikih, kalam, dan tasawuf. Beliau bernama lengkap Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Hajar as-Salmunti al-Haitami al-Azhari al-Wa`lii as-Sa’di al-Makki al-Anshari asy-Syafi’i.
Beliau lahir di kota yang sama dengan Ibnu Hajar al-Asqolany yaitu, Mesir tepatnya di daerah Mahallah abi al-Haitam di Mesir bagian barat pada Rajab 909 H. Nama Ibnu Hajar dinisbatkan kepada salah satu nama kakek buyutnya. Bahkan konon, beliau merupakan sosok yang sangat pendiam dan jarang bicara kecuali hal yang penting. Maka itulah ia juga dijuluki Ibnu Hajar, hajar berarti batu. Sosoknya yang jarang bicara diseumpakan seperti batu.
Beberapa gurunya adalah Syekh Zakariya al-Anshari, Syaikh Abdul Haq as-Sanbathi, Syihabuddin ar-Ramli, Asy-Syihab bin an-Najjar al-Hanbali, dan beberapa guru lainnya. Karya-karyanya begitu banyak, di antaranya adalah Tuhfatul Muhtaj, Fathul Jawwad, al-Imdad, al-‘Ubbad, al-Fatawa, Fatawa al-Haditsyiah, dan a-Zawajir fi Ightiraf al-Kaba`ir.
Beliau wafat pada bulan Rajab tahun 974 H di Makkah al-Mukarromah.
Demikian duo Ibnu Hajar dalam literatur Islam yang memiliki banyak karya dan ulama produktif pada masanya. Beberapa karyanya dikaji hingga saat ini di setiap pesantren bahkan universitas.