BincangMuslimah.Com- Rasululullah memanfaatkan bulan haji sebaik mungkin untuk memperkenalkan diri, bahwa ia adalah seorang nabi dan rasul. Pada bulan ini juga Rasul menyiarkan ajaran Islam di Masjidil Haram kepada para peziarah yang berasal dari berbagai suku, baik dari dalam maupun dari luar Mekkah.
Syiar Rasulullah di Musim Haji
Sebagaimana Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat-nya mengisahkan, bahwa “Rasulullah menanti-nanti kedatangan musim haji setiap tahunnya, lalu membuntuti para jamaah haji di tempat singgah mereka di Ukaz, Majinnah, dan Dzul Mijaz. Beliau memohon bantuan perlindungan mereka agar dapat menyampaikan risalah Tuhannya, dengan imbalan masuk surga.
Namun, beliau tidak mendapatkan seorang pun yang sudi menolongnya. Ketika bertemu mereka, beliau bersabda, “Wahai orang-orang, ucapkanlah Laa ilaaha illallaah, niscaya kalian beruntung dan dengannya kalian menguasai bangsa Arab dan menundukkan bangsa ‘ajam (non-Arab). Jika kalian beriman, kalian akan menjadi raja-raja di surga.””
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Mudirk. Ia berkata, “Aku naik haji bersama ayahku. Tatkala kami berada di Mina, tiba-tiba muncul satu jamaah. Aku bertanya kepada ayahku, ‘Siapakah mereka ini?’”
Ayahku menjawab, “Pemimpinnya adalah orang yang keluar agamanya.” Ternyata orang yang dimaksud ayahku adalah Rasulullah Saw. yang sedang bersabda, ‘Wahai manusia, ucapkanlah Laa ilaaha illallaah, niscaya kalian akan beruntung.’”
Di setiap langkah Rasul Saw. untuk bersyiar di musim haji selalu menghadapi rintangan-rintang dari kaum Quraisy. Satu di antaranya adalah pamannya sendiri, Abdul ‘Uzza Abu Lahab b. Abdul Muthalib. Ia kerap melontarkan hasutan kepada kabilah-kabilah yang dikunjungi Rasul. “Wahai para kabilah, laki-laki in ingin mengajak kalian berpaling dari al-Lata dan al-Uzza, juga mengajak sekutu kalian berpaling dari jin dari Bani Malik bi Uqaisy. Ia meminta kalian menerima bidah dan jangan patuh padanya kesesatan yang ia bawa. Jadi, jangan patuh padanya, dan jangan dengarkan perkatannya.”
Rasul Saw. senantiasa melakukan strategi tersebut. Ia selalu mendatangi para kabilah di musim haji, memperkenalkan diri sebagai nabi dan rasul, serta mengajak mereka untuk beriman kepada Allah dan memeluk Islam. Terlebih jika ada tokoh ternama atau bangsawan Arab, Rasul Saw. pasti memberikan perhatian khusus.
Dakwah Rasul Saw. Membuahkan Hasil
Dakwah di musim haji akhirnya membuahkan hasil. Pada saat itu, di musim haji, Rasul Saw. berada di al-‘Aqabah dan bertemu dengan 6 orang kelompok kaum Khazraj dari Madinah. Rasul pun menerangkan kepada mereka tantang Islam, membacakan ayat Alquran, dan mengajaknya untuk masuk Islam. Mereka menerima dan menyatakan diri memeluk Islam.
Alasan yang melarbelakangi mereka mengimani kenabiannya adalah ancaman kaum Yahudi. Perlu diketahui bahwa kaum Yahudi di Madinah lebih banyak dibanding di Mekkah, dan mereka suka berbuat adu domba serta kerusuhan. Ancaman yang mereka lontarkan adalah , “Seorang Nabi akan segera diutus. Waktunya segera tiba. Kami akan mengikutinya. Dan bersamanya sebagai pemimpin kami, kami akan membunuh kalian seperti yang terjadi pada kaum Ad dan Iram.”
Dengan begitu, kaum Khazraj berpikir kalau nabi yang dibicarakan oleh kaum Yahudi adalah Rasul Saw. Maka, mereka tanpa berdebat satu sama lain, langsung mengiyakan ajakan Rasul, sebab tidak ingin didahului oleh kaum Yahudi. Nyatanya, meskipun kaum Yahudi mengetahui soal kenabian itu, mereka selalu mengkhianati Rasul Saw.
Sekembalinya mereka ke Madinah, keenam kaum Khazraj itu mulai menyebarkan kenabian Rasul Saw. Ternyata dakwah mereka berhasil, sehingga di musim haji tahun berikutnya datanglah 12 orang menghadap Rasul Saw. di ‘Aqabah, empat (ada yang menyatakan lima) orang di antaranya adalah yang datang pada tahun haji sebelumnya.
Hijrah dari Mekah ke Madinah
Keduabelas orang tersebut lantas menyatakan ikrar sumpah setia, atau yang terkenal dengan baiat ‘Aqabah Pertama (Baiatun Nisa’). Dalam baiat tersebut tidak menyinggung soal jihad secara fisik (peperangan), isinya terekam dalam surah al-Mumtahanah ayat 12.
Ketika keduabelas orang tersebut akan kembali ke Madinah, Rasul Saw. menyertakan Mush’ab b. Umair yang bertugas untuk membacakan Alquran (al-muqri’), mengajarkan Islam, dan memberikan pemahaman kepada penduduk Madinah.
Dakwah yang ditugaskan kepada Mush’ab itu juga membuahkan hasil. Di tahun haji setelahnya, ada sekitar 70 orang lebih yang berbait kepada Rasul Saw. di tempat yang sama, ‘Aqabah. Ketika rombongan yang cukup itu kembali ke Madinah, mereka mulai menyiarkan Islam, sehingga kuatlah Islam di Madinah.
Ketika merasa Islam sudah kuat di sana, Rasul pun melakukan hijrah bersama para pengikutnya, tentunya ini juga atas perintah melalui wahyu. Jadi, hijrahnya Rasul, bukan serta merta keluar dari Mekkah untuk meminta bantuan, seperti halnya di Thaif. Akan tetapi, Rasul membentuk komunitas Islam terlebih dulu di Madinah.
Jika mengamati dengan seksama, itu adalah strategi cemerlang Rasul Saw., yakni dengan memanfaatkan bulan haji untuk bertemu dan bertatap muka dengan rombongan dari luar Mekkah guna menyiarkan agama Islam.