BincangMuslimah.Com – Peningkatan kasus kekerasan seksual terhadap anak dari tahun ke tahun menjadi kenyataan yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Simfoni KemenPPPA), tercatat ada 10.932 kasus kekerasan seksual terhadap anak sepanjang tahun 2023 dan kekerasan seksual menjadi kasus tertinggi sejak tahun 2019 hingga 2023. Karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mengenalkan pendidikan seksual pada anak sedini mungkin agar mereka mengetahui bagaimana perilaku seksual yang sehat serta mencegah terjadinya pelecehan seksual.Â
Pendidikan seks pada anak yang dilakukan oleh orang tua dapat membuat anak merasa nyaman dan aman. Orang tua yang mengambil peran aktif dalam mengajarkan anak tentang seks secara positif sesuai dengan usianya dapat membantu anak memahami bahaya kekerasan seksual.
Adapun beberapa edukasi seksual yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap anak adalah sebagai berikut:
Ajarkan perbedaan fisik antara laki-laki dan anak
Mengajarkan pendidikan seks kepada anak bisa dimulai sedini mungkin, tepatnya dimulai saat masuk play group (usia 3-4 tahun). Pada usia ini, anak sudah mengerti tentang anatomi organ tubuh dan dapat dilanjutkan dengan pengenalan organ reproduksi. Ajarkan pula anak terkait perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan.Â
Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, menjadi satu usaha untuk menghindarkan mereka dari resiko negatif perilaku seksual. Anak akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya. Pembelajaran pendidikan seks pada anak contohnya adalah mengatakan bahwa alat kelaminnya adalah milik pribadi dan bukan mainan. Tidak boleh dijadikan mainan oleh siapa pun, baik itu ibu, ayah, bahkan dokter.Â
Ajarkan rasa malu pada anak
Rasa malu yang dimaksud adalah perasaan yang membentengi seseorang untuk melakukan hal yang tidak terhormat dan tidak bermoral. Menanamkan rasa malu bisa dengan mengajarkan anak tentang batasan-batasan dalam pergaulan. Hal ini bisa dimulai dengan mengajarkan anak untuk berganti baju di tempat tertutup dan tidak mengganggu privasi orang lain.Â
Alquran surah an-Nur [24]: 30-31 dan QS al-Mu’minun [23]: 5-7 menunjukkan dengan jelas bahwa Islam sangat memperhatikan pendidikan anak untuk mengerti budaya malu. Ajaran bahwa malu merupakan akhlak yang terpuji bahkan disebutkan dalam hadis Nabi bahwa malu sebagian dari iman.Â
Edukasi anak tentang privasi bagian-bagian anggota tubuh
Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada anak terkait bagian tubuh tertentu yang orang lain tidak boleh melihat dan menyentuhnya, terutama organ reproduksi. Dengan begitu, sejak dini anak akan terbiasa menjaga tubuhnya dari setiap kemungkinan yang membahayakan bagian yang sensitif tersebut.Â
Ajarkan kepadanya jika ada orang lain yang ingin menyentuh mereka di area tubuh sensitif tersebut, mereka berhak menolak dengan tegas, berteriak, ataupun menghindar jika merasa terancam. Ia harus segera melapor kepada orang tua, teman terdekat, atau orang dewasa lain yang mereka percayai.Â
Selain menjaga privasi tubuhnya, hal penting yang harus diperhatikan oleh orang tua ialah mengajarkan kepada anak tentang etika memandang lawan jenis (ghaddul bashar). Dengan memahami ghaddul bashar anak akan mengetahui mana yang boleh untuk dilihat dan mana yang tidak.Â
Ajaran menundukkan pandangan atau “ghaddul bashar” seharusnya dilakukan oleh semua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini lantaran kejahatan seksualitas sering kali bermula dari pandangan mata yang disertai dengan hawa nafsu. Ketika laki-laki maupun perempuan mampu menundukkan pandangan terhadap lawan jenis sekaligus mengontrol hawa nafsunya, tidak ada lagi klaim yang menyatakan perempuan adalah penyebab seseorang melakukan pelecehan seksual.Â
Jelaskan anak tentang pelecehan seksual dan kemungkinan orang terdekat sebagai pelakunya
Beritahu anak bahwa pelaku kekerasan seksual bisa berasal dari orang yang mereka kenal sehari-hari, seperti guru, mentor, bahkan kerabat dekat—figur-figur yang sebetulnya telah mendapat kepercayaan dari si anak. Oleh karena itu, anak harus tetap waspada terhadap orang-orang terdekatnya.Â
Dampingi anak saat bermain gawai dan menonton tayangan media
Tidak semua tontonan memiliki unsur pendidikan bagi anak, entah yang di televisi atau media daring seperti YouTube. Oleh sebab itu, selain harus cerdas memilah dan memilih tontonan bagi anak, orang tua juga bisa memberikan ketentuan dan batasan terkait aktivitas menonton.
Selain mengawasi dan mendampingi dalam bermain gawai, orang tua juga dapat meminimalisir kebiasaan tersebut dengan mengajak anak untuk bermain bersama atau mengajak jalan-jalan. Selain bermain, bisa pula melibatkan anak untuk beraktivitas dengan orang tua seperti memasak bersama, membersihkan rumah bersama, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa hal yang bisa orang tua ajarkan untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak. Selain melakukan pengawasan dan mengajarkan pendidikan seks kepada anak sedini mungkin sebagai upaya untuk melindungi dan mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap dirinya, orang tua juga perlu mengajarkan mereka agar tidak menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap orang lain.[]
Artikel ini merupakan kerja sama antara INFID melalui program PREVENT x Konsorsium INKLUSI dengan Bincang Muslimah sebagai bagian dari kampanye menyebarkan nilai dan semangat toleransi, kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta inklusivitas. Tulisan ini juga dimuat di laman INFID dengan tautan https://infid.org/pendidikan-seksual-pada-anak-membentuk-sikap-yang-sehat-dari-usia-dini/
1 Comment