BincangMuslimah.Com- Dalam kamus al-Munawwir Qurratu a’yun bermakna buah hati, biji mata, kesayangan dan kekasih. Berasal dari kata al-Qurra yaitu kedinginan, kesejukan, dan al-ainu yaang bermakna mata. Kemudian bermakna penyejuk hati, pelipur lara dan sumber kegembiraan bagi kedua orang tua. Sebagaimana telah Allah jelaskan dalam Qs. al-Furqan [25]: 74
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
”Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa Qurratu a’yun merupakan doa dan harapan yang dipanjatkan oleh semua orang tua agar keturunannya/anak-anaknya menjadi penyambung kebaikan dan ketakwaan dari orang tuanya. Sehingga tidak akan habis penerus dan generasi yang baik. Ayat diatas selain untuk keturunan, juga dipanjatkan untuk pasangan yang berkualitas sehingga dapat membangun keluarga Rabbani. Ciri-ciri keturunan yang memiliki sifat Qurrata a’yun diantaranya:
- Anak-anak yang shalih dan shalihah
Ciri-ciri dari nikmat Qurratu a’yun ialah diberikan anak yang shalih dan shalihah. Semua pasangan suami dan istri sangat mengharapkan anak-anaknya menjadi anak yang baik. Bagaimana tidak, anak yang shalih dan shalihah akan menjadi tabungan pahala bagi kedua orang tuanya kelak. Tidak ada orang tua yang berdoa keburukan untuk anak-anaknya. Pastilah selalu doa keselamatan dan kebaikan menyertainya.
- Anak yang taat beribadah
Shalat merupakan amalan yang akan dihisab oleh Allah swt di yaumul hisab kelak. Jika dalam keluarga taat beribadah kepada Allah swt, maka akan diberikan keselamatan dunia akhirat. Sebagaimana dalam Qs. Ibrahim ayat 40 “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat”. Nabi Ibrahim sangat berharp pada Allah swt agar mengabulkan doanya dan meminta ampun bagi dirinya dan kedua orang tuanya serta orang-orang beriman.
- Mencintai Allah dan Rasulullah
Rasa cinta pada Allah swt merupakan cinta yang paling tinggi. Selain itu juga bentuk rasa syukur yang paling indah dari seorang hamba kepada pencipta-Nya. Tidak ada gunanya berharap dengan sesama makhluk, karena akan menciptakan kesedihan. Selain rasa cinta pada Allah, cinta kepada Rasulullah merupakan pondasi keislaman. Mengenalkan sosok suri tauladan sepanjang masa sejak dini, seperti mengajak anak-anak bershalawat, menceritakan kisah-kisah sahabat Rasulullah dan sebagainya.
- Berbakti kepada kedua orang tua
Berbakti kepada kedua orang tua memiliki dampak yang besar dalam kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Dberbakti juga memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam. Allah swt dan Rasul-Nya menempatkan posisi yang istimewa sehingga berbuat kebaikan kepada mereka ialah perbuatan yang sangat mulia, dan sebaliknya sikap kedurhakaan kepada orang tua merupakan sifat yang hina.