Ikuti Kami

Keluarga

Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri

Pasangan Bukan Tempat Rehabilitasi: Mengapa Hubungan Tidak Bisa Menggantikan Proses Pemulihan Diri
Freepik.Com

BincangMuslimah.Com – Menikah kerap dianggap sebagai balik titik seseorang untuk berubah. Mereka yang tadinya dipandang ‘nakal’ dan kadang kala bersikap ‘merugikan’ berubah menjadi baik usai menikah. Selain itu dengan menikah, ada anggapan semua trauma atau luka di masa lalu bakal sembuh.  Kondisi ini membuat sebagian orang mendorong pemuda-pemudi yang dianggap ‘bermasalah’ untuk menikah. Atau, menjadikan menikah sebagai alasan untuk ‘pulih’.

Namun, anggapan ini mulai menghadapi banyak kontra. Media sosial ramai dengan pernyataan bahwa hubungan romantis seharusnya tidak menjadi sarana untuk “memperbaiki” diri atau mengobati luka masa lalu. Mereka yang kontra sepakat jika seharusnya  mengatasi ‘beban itu’ melalui proses pemulihan pribadi, bukan sepenuhnya menyerahkan kepada pasangan.

Hubungan yang menjadi “tempat terapi” berisiko memunculkan pola ketergantungan emosional tidak sehat (codependency). Lambat laun kondisi ini bisa membebani salah satu pihak hingga memicu konflik yang berlarut-larut.

Pasangan Bukan Terapis: Membangun Hubungan Sehat Tanpa Membebani

Dalam hubungan romantis, berbagi cerita, pengalaman, bahkan trauma masa lalu adalah bentuk keintiman yang alami. Rasa aman dan dipercaya membuat kita ingin membuka diri. Penelitian menunjukkan bahwa berbagi secara sehat dapat memperkuat keintiman dan meningkatkan kedekatan emosional antar pasangan.

Namun, ada batas tipis antara berbagi sehat dan menjadikan pasangan sebagai “terapis pribadi”. Di sinilah masalah bisa muncul. Pasangan memang bisa menjadi pendengar yang baik, memberi dukungan, dan hadir dalam suka maupun duka.

Tetapi, melansir dari Verywellmind, menurut konselor Shandelle Hether-Gray, ketika memposisikan pasangan sebagai terapis, hubungan bisa berubah menjadi tidak seimbang. Pasangan pemberi dukungan bisa merasa terbebani, sementara yang menerima dukungan bisa menjadi terlalu bergantung.

Selain itu, pasangan membawa emosi dan kepentingan pribadi, berbeda dengan terapis profesional yang dilatih untuk memberi perspektif objektif serta menjaga batas etis.

Baca Juga:  Mana yang Lebih Utama, Berbakti kepada Orang Tua atau Istri?

Membebani pasangan dengan semua luka emosional kita bisa mengarah pada beberapa hal. Pertama, kodependensi: ketika satu pihak terlalu bergantung pada yang lain untuk regulasi emosi.

Dinamika satu arah, di mana salah satu pasangan lebih berperan sebagai “pengasuh” daripada pasangan sejajar. Dan terakhir, kelelahan emosional: pasangan bisa merasa kewalahan, menghindar, atau bahkan timbul kebencian.

Peran Terapi Profesional

Berbeda dengan pasangan, terapis di tempat rehabilitasi memberikan ruang aman, netral, dan terstruktur untuk mengolah trauma serta membangun strategi penyembuhan. Riset menunjukkan bahwa terapi dapat meningkatkan ketahanan emosional dan kualitas hidup dengan lebih efektif daripada hanya mengandalkan dukungan pasangan Hubungan yang sehat membutuhkan batas dan komunikasi jelas.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan seperti bedakan kapan berbagi untuk koneksi, kapan butuh bantuan profesional. Gunakan meta komunikasi, beri tahu pasangan apa yang Anda butuhkan (“Saya ingin curhat, bukan minta solusi”). Jaga dukungan tetap konstruktif tanpa membebani pasangan. Pertimbangkan jaringan sosial lain (teman, keluarga, komunitas) agar beban emosional tidak hanya jatuh pada pasangan.

Pasangan memang sumber dukungan emosional penting, tetapi mereka bukan pengganti terapis sebagai tempat rehabilitasi. Menjaga keseimbangan antara berbagi dan mencari bantuan profesional justru membuat hubungan lebih sehat, penuh cinta, dan berkelanjutan.

Sekali lagi, pasangan sangat berperan dalam mendukung secara emosional, tapi ini berbeda dengan penanganan psikologis profesional. Beban emosional yang berlebihan, tanpa pelatihan atau objektivitas, dapat menyebabkan stres dan bahkan memperburuk kondisi mental pasangan.

Berharap punya hubungan nan romantis mungkin tidak masalah. Namun perlu berhati-hati, ketika berharap pasangan dapat menjadi “obat” bagi luka batin atau trauma masa lalu. Bahwa hubungan tidak pernah bisa menggantikan proses pemulihan diri yang sejati.

Rekomendasi

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025 Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Hak-Hak Anak yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia

Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia

Ditulis oleh

Melayu udik yang berniat jadi abadi. Pernah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Jurnalistik (2014), aktif di LPM Institut (2017), dan Reporter Watchdoc (2019). Baca juga karya Aisyah lainnya di Wattpad @Desstre dan Blog pribadi https://tulisanaisyahnursyamsi.blogspot.com

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025 Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Jangan Sampai Terlewat! El-Bukhari Kembali Membuka Pendaftaran Sekolah Hadis 2025

Berita

Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali Hak-Hak Anak Yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Hak-Hak Anak yang Harus Dipenuhi Orang Tua Menurut Imam Ghazali

Keluarga

Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan

Bagaimana Hukum Salat Pakai Sarung Tangan bagi Perempuan

Ibadah

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Raya, Balita Sukabumi yang Tak Selamat Karena Cacingan Akut: Saat Kemiskinan Mengalahkan Hak Hidup Anak

Muslimah Talk

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia

Woman Support Woman Sebagai Prinsip Memanusiakan Manusia

Muslimah Daily

Amalan Rebo Wekasan Amalan Rebo Wekasan

Amalan Rebo Wekasan Menurut Pandangan Islam

Kajian

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Trending

Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan

Hadis Nabi: Sebaik-baiknya Kamu adalah yang Berperilaku Baik pada Perempuan

Kajian

Doa yang Diajarkan Nabi kepada Abu Bakar untuk Diamalkan Sehari-hari

Ibadah

Benarkah Islam Agama yang Menganjurkan Monogami?

Kajian

Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Muslimah Talk

Kenapa Harus Hanya Perempuan yang Tidak Boleh Menampilkan Foto Profil?

Diari

maria ulfah kemerdekaan indonesia maria ulfah kemerdekaan indonesia

Maria Ulfah dan Kiprahnya untuk Kemerdekaan Indonesia

Khazanah

Dunia Membutuhkan Sains dan Sains Membutuhkan Perempuan

Muslimah Daily

Nor “Phoenix” Diana: Gadis Pemalu Menjadi Pegulat Berhijab Pertama di Dunia Nor “Phoenix” Diana: Gadis Pemalu Menjadi Pegulat Berhijab Pertama di Dunia

Nor “Phoenix” Diana: Gadis Pemalu Menjadi Pegulat Berhijab Pertama di Dunia

Muslimah Talk

Connect