BincangMuslimah.Com – Sebagaimana harta, memiliki anak juga merupakan sebuah nikmat dan kesenangan bagi setiap orangtua. Namun demikian, selayaknya sebuah nikmat pula, di dalamnya terdapat ujian yang diberikan Allah kepada hambaNya. Allah menjelaskan dalam firman berikut:
زين للناس حب اللشهوات من اللنساء والبنين والقناطير زوالقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والانعام والحرث ذالك متاع الحيات الدنيا والله عنده حسن المئاب
Artinya: “Dijadikan indah pada pandangan (manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan. Antara lain: wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak. Kuda pilihan, bintang-binatang ternak, sawah, dan ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik. (Q.S Ali Imran: 14)
Dikaruniakan anak oleh Allah merupakan nikmat yang patut kita syukuri, namun jangan lupa, di dalam nikmat itu pula kita harus pandai mengolah ujian tersebut dengan sebaik-baiknya terlebih di era digital ini. Memiliki anak berarti kita harus siap bertanggung jawab atas segala kebutuhan lahir beserta batinnya. Baik dari nafkah, hingga ke pendidikannya. Lantas, bagaimana cara mendidik anak secara islami sebagai bagian dari ikhtiar kita dalam mengolah ujian atas kenikmatan tersebut?
Pertama. Jangan Sampai Komunikasi dengan Anak-anak Merenggang
Terlebih, mendidik di era digital saat ini di mana dunia maya seolah lebih nyata dari dunia nyata, komunikasi antar-anak dan orangtua tak sedikit yang merenggang. Mencari jawaban tersebut, tentunya, kita harus kembali kepada panutan kita Rasulullah SAW. Dimulai dari sikap dan tauladan Nabi Muhammad yang lembut dan penyayang. Sikap rahmah dan cinta kasih yang dicontohkan beliau tak hanya pada sebagian golongan tertentu saja, tetapi kepada semua umat dan golongan. Termasuk golongan anak-anak.
Pernah Rasulullah menggendong cucunya dan lalu jubah beliau dikencingi. Abu Laila yang melihat kejadian itu terkejut dan langsung berusaha mengambil cucu Rasul dari gendongannya. Namun Rasulullah menolak memberikan cucunya pada Abu Laila, Rasulullah pun berkata agar Abu Laila tak bicara keras agar tak menakuti anak-anak.
Rasulullah kemudian mengatakan bahwa apa-apa yang mengotori jubahnya, bisa hilang dengan cepat jika dicuci. Namun trauma anak kecil dari kata-kata kasar dan hardikan, belum tentu bisa hilang dalam waktu cepat.
Begitulah Rasulullah, kelembutannya dalam mendidik menjadi panutan. Berbicara lembut ada baiknya kita lakukan meski dalam kondisi marah sekalipun, termasuk dalam mendidik anak-anakmendidik anak-anak. Sehingga hal tersebut menghilangkan sekat antara orangtua dan anak.
Kedua. Ketahui Trend yang Digandrungi Anak-anak agar Tahu Cara Memfilternya
Maraknya game online dan sosial media saat ini memang tak dapat dihindari. Dunia digital pun kini bukan hanya milik orang dewasa, tapi juga anak-anak. Hal tersebut pun patut kita syukuri, karena teknologi jika digunakan dengan positif, justru akan menghasilkan kebaikan.
Orangtua harus bisa memfilter terhadap konten yang dapat membahayakan anak-anak mudah berseliweran di dunia maya. Orangtua yang gagap akan kemajuan teknologi, alih-alih ingin membentengi anak dari hal-hal negatif, justru banyak kecolongan karena tak sama sekali bisa masuk ke dalam dunia anak-anak mereka.
Ketiga. Menggali Informasi dari Aktifitas yang dilakukan Anak
Ada baiknya setiap orangtua mengajak kembali anak-anaknya untuk berkomunikasi kembali di ruang-ruang keluarga. Seperti berbincang di waktu makan malam, waktu hendak tidur, ataupun waktu belajar dan hari libur sekolah.
Karena, ruang dan waktu inilah yang terkadang dibutuhkan anak-anak secara hakiki tanpa pernah mereka sebutkan secara lisan. Orangtua juga harus pandai menggali informasi sebanyak-banyaknya dari aktifitas yang dilakukan anak. Siapa temannya, apa aplikasi yang diunduhnya, hingga bagaimana pelajaran sekolah.
Keempat. Sisihkan Waktu Luang untuk Anak
Jangan sampai, karena kelalaian orantua dalam mengawasi dan menyisihkan waktu untuk mendidik anak di era digital ini, orangtua justru main hakim sendiri begitu melihat anaknya tak berhenti-henti memainkan gadget. Tak sedikit orangtua yang bahkan menghardik anaknya karena terlalu sibuk dengan dunia digitalnya sendiri. Hal ini jika dilakukan, selain tak akan berdampak hal positif ke anak, justru akan menimbulkan trauma padanya.
Kelima. Menihilkan Superioritas Antara Orangtua dan Anak
Berbicaralah rendah (lembut) jika engkau mencintai anakmu. Barangkali, ajaran cinta yang Rasulullah tunjukkan kepada anak-anak seolah menihilkan superioritas antara ayah dan anak. Namun begitu, tak ada satupun keturunan Rasulullah yang tak menaruh hormat dan bakti pada sosok beliau yang penuh kasih.
Percayalah, mencintai dan menyayangi merupakan bagian dari seni mengikuti jejak Rasul. Jika tak ada sekat antara orangtua dan anak, niscaya anak akan lebih senang menghabiskan waktu di dunia nyata dengan orangtua daripada asyik di dunia maya.
Semoga dalam setiap nikmat dan karunia (anak-anak) yang Allah berikan pada kita, itu bisa menjadi lahan surga untuk kita semua. Amin ya Rabbal-alamin.
Wallahu a’lam
*Artikel ini pernah dimuat BincangSyariah.Com
Pingback: Lima Kiat Mendidik Anak di Era Digital | Alhamdulillah Shollu Alan Nabi #JumatBerkah - Ajeng .Net