BincangMuslimah.Com – Don Tapscott dalam bukunya Grown Up Digital membagi demografi penduduk ke dalam 6 jenis yakni : Generasi Veteran (lahir pada 1945 dan sebelumnya), Baby Boomers (lahir pada 1946-1964), Generasi X (lahir pada 1965-1976), Generasi Y (lahir pada 1977-1997), Generasi Z (lahir pada 2001-2010) dan Generasi Alpha (lahir pada 2010-sekarang).
Peran Generasi Millenial Saat Ini
Dari setiap generasi memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing. Fenomena kemunculan generasi Z dan Alpha secara otomatis menggantikan masa Generasi Y atau yang kita kenal dengan Generasi Millenial. Saat ini jumlah Generasi Milenial yang berusia produktif antara 23-37 tahun di seluruh dunia berkisar 1,8 milyar.
Di Indonesia, berdasarkan data daru Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok ini menyumbang 23,95 % dari total penduduk di Indonesia pada 2018. Jumlah ini mengalami penurunan pada 2019, yakni menjadi 23,77, artinya hampir seperlima pendudukan Indonesia adalah kelompok milenial.
Saat ini perputaran perekonomian berada di tangan Generasi Milenial. Hal ini dapat terlihat dari munculnya para pemuda yang mempunyai pengaruh secara global, seperti Nadiem Makarim, CEO Gojek yang saat ini menjadi Menteri Pendidikan Indonesia (35 tahun). William Tanuwijaya CEO Tokopedia (37 tahun), Achmad Zaky CEO Bukalapak (32 tahun), dan Mark Zuckerberg pendiri Facebook (34 tahun).
Apabila Generasi Y saat ini sedang memegang roda perputaran ekonomi, maka Generasi Z masih dalam proses pendidikan. Mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi dan sebagian sudah mulai masuk dunia kerja. Apabila melihat dari pesatnya kemajuan teknologi saat ini, prediksi terhadap Generasi Z akan menjadi generasi yang lebih terpelajar dan pintar daripada generasi sebelumnya.
Perbedaan Pola Asuh Generasi Alpha dan Generasi Sebelumnya
Lantas bagaimanakah dengan Generasi Alpha yang saat ini kebanyakan dari mereka baru berusia kurang dari 10 tahun? Apa perbedaan generasi ini dengan yang sebelumnya dan bagaimana pola pendidikan yang tepat bagi mereka?
Melansir dari rri.co.id, menurut Christine Carter, seorang ahli strategi pemasaran memprediksi bahwa generasi ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi ekonomi dunia. Mengapa demikian? Karena mereka sudah merasakan hidup yang sejahtera dan tercukupi sejak kecil dibandingkan generasi sebelumnya. Meskipun masih belia, mereka akan menghabiskan 18 juta dollar pertahun untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Bahkan Peter Mc. Donald mengatakan bahwa generasi ini akan lebih pintar karena akses mereka terhadap informasi sangat mudah.
Menurut Novita Tandry, seorang psikolog anak dan remaja -sebagaimana dilansir dari gtkmadrasah.kemenag.go.id-, mengatakan bahwa pola pendidikan bagi Generasi Alpha berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Orang tua perlu melakukan adaptasi agar pola yang digunakan sesuai dengan kecenderungan mereka.
Anak-anak Generasi Alpha sudah akrab dengan teknologi, internet dan gadget sejak kecil atau bahkan sebelum mereka lahir. Hal ini memicu ketergantungan yang tinggi terhadap penggunaan teknologi. Apabila kita menginginkan generasi ini menjadi generasi yang hebat bahkan melebihi generasi-generasi sebelumnya, sebagai orang tua dan pendidik kita harus memahami pola pendidikan yang tepat bagi mereka sehingga kelak mereka mampu menjadi generasi perombak peradaban yang positif dengan kecanggihan teknologi yang mereka kuasai.
Hal ini sesuai dengan sebuah ungkapan yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib yang berbunyi :
Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.
Dalam ungkapan di atas terlihat bahwa Islam telah mengamanatkan pola pendidikan yang kontekstual terhadap zaman, ketika zaman berubah maka tantangannya juga berubah baik tantangan dalam bertahan hidup, pergaulan, menuntut ilmu, bekerja dan lain sebagainya sehingga pola pendidikannya juga harus berubah.
Teknologi dan perkembangan zaman memang memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian generasinya. Akan tetapi Allah menurunkan syariat Islam untuk cocok dan relevan pada setiap tempat dan waktu. Menyikapi hal ini, dalam mendidikan Generasi Alpha, kita tetap harus berpegang teguh pada bagaimana pola mendidikan anak dalam Islam yang baik dan benar. Bedanya pada fasilitas, sarana dan ‘cara’ namun prinsipnya tidak berubah.
Bagaimana Pola Pendidikan yang Tepat Untuk Generasi Alpha?
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai pola pendidikan dan metode yang tepat bagi mereka, diantaranya :
Pertama, penanaman akidah Islam yang kuat. Hal ini penting dan utama karena sebagai benteng diri bagi mereka nantinya. Dalam pendidikan, Islam meletakkan pendidikan akidah sebagai hal yang paling penting, sebagaimana Allah gambarkan bagaimana seriusnya Nabi Ya’qub dalam hal ini, Firman Allah:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah; 133)
Pola Asuh yang Sesuai dengan Perkembangan Teknologi
Betatapun majunya sebuah teknologi apabila yang menjalankan bukan orang yang memiliki benteng yang kuat maka hal tersebut hanya akan mendatangkan dampak yang negatif.
Kedua, mendidik berpikir kritis dan membekali kemampuan literasi digital. Hal ini penting karena generasi alpha sangat akrab dengan internet. Di mana di sana menyediakan banyak sekali akses informasi dengan sangat mudah. Sehingga generasi ini harus memiliki kemampuan berpikir kritis dan literasi digital yang kuat. Sehingga mereka mampu menguji setiap permasalahan, informasi/sumber berita yang mereka dapatkan dengan bijak untuk kemudian menggunakannya.
Ketiga, penyesuaian kurikulum. Penggunaan kurikulum harus yang sesuai dengan dinamisnya kondisi pendidikan saat ini, jadi kurikulumnya tidak bisa statis namun harus fluid. Di dalamnya terdapat penekanan tidak hanya ilmu agama dan umum namun juga akhlakul karimah / attitude juga cara bersosialisasi dengan lingkungan.
Attitude menjadi point yang harus diperhatikan karena mereka terbiasa berpikir praktis dan kurang memperhatikan nilai-nilai. Selanjutnya ketergantungannya yang tinggi terhadap gadget membuatnya kurang mampu bersosialisasi dan memiliki sikap induvidualis yang tinggi, Untuk itu orang tua dan pendidik harus mampu berperan aktif sehingga tumbuh kembang anaknya sesuai dengan zamannya namun tetap tidak lepas dari kontrol agama.
Keempat, pengkayaan model pembelajaran dan penggunaan active learning yang berbasis teknologi. Hal ini tentu menjadi sebuah keharusan mengingat mereka memiliki daya eksplorasi yang sangat tinggi. Proses pembelajaran harus lebih dominan pada kontekstualisasi dari pada teori.
Semoga kita mampu menjadi orang tua dan pendidik yang baik dan bijak untuk anak-anak kita. Agar kelak mereka menjadi generasi yang bertakwa, memiliki bekal agama yang kuat serta memiliki penguasaan yang tinggi terhadap teknologi. Sehingga kelak mereka mampu menjadi generasi yang bermanfaat serta berdaya guna.