BincangMuslimah.Com – Orang tua adalah support system utama bagi anak. Jika mereka tak hadir selama masa pertumbuhan anak, maka anak akan kehilangan sosok penduduk penting dalam hidupnya. Orang tua tak mesti bersifat biologis, tapi juga bisa orang tua asuh, keluarga, atau guru. Menjadi orang tua supportif adalah dengan terus mendukung hal-hal baik yang dilakukan oleh anak.
Ternyata, hal ini juga dilakukan oleh Rasulullah. Tidak hanya pada anak-anak biologisnya, tapi juga sahabat-sahabatnya yang menjadi muridnya. Cara menjadi orang tua supportif adalah dengan melakukan apresiasi melalui pujian. Atau mengarahkan kepada hal-hal baik dengan kalimat-kalimat yang baik dan penuh kelembutan.
Misal, pada saat Rasulullah memuji Ibnu Mas’ud dengan mengatakan bahwa ia adalah anak yang cerdas. Peristiwa ini terjadi saat Ibnu Mas’ud menjadi penjaga ternak. Begini hadisnya,
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ غُلَامًا يَافِعًا أَرْعَى غَنَمًا لِعُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ وَقَدْ فَرَّا مِنْ الْمُشْرِكِينَ فَقَالَا يَا غُلَامُ هَلْ عِنْدَكَ مِنْ لَبَنٍ تَسْقِينَا قُلْتُ إِنِّي مُؤْتَمَنٌ وَلَسْتُ سَاقِيَكُمَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ عِنْدَكَ مِنْ جَذَعَةٍ لَمْ يَنْزُ عَلَيْهَا الْفَحْلُ قُلْتُ نَعَمْ فَأَتَيْتُهُمَا بِهَا فَاعْتَقَلَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسَحَ الضَّرْعَ وَدَعَا فَحَفَلَ الضَّرْعُ ثُمَّ أَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ بِصَخْرَةٍ مُنْقَعِرَةٍ فَاحْتَلَبَ فِيهَا فَشَرِبَ وَشَرِبَ أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ شَرِبْتُ ثُمَّ قَالَ لِلضَّرْعِ اقْلِصْ فَقَلَصَ فَأَتَيْتُهُ بَعْدَ ذَلِكَ فَقُلْتُ عَلِّمْنِي مِنْ هَذَا الْقَوْلِ قَالَ إِنَّكَ غُلَامٌ مُعَلَّمٌ قَالَ فَأَخَذْتُ مِنْ فِيهِ سَبْعِينَ سُورَةً لَا يُنَازِعُنِي فِيهَا أَحَدٌ
Artinya: dari Ibnu Mas’ud berkata, “Dulu ketika aku berumur menjelang akil baligh aku menggembalakan kambing milik Uqbah bin Abu Mu’aith, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beserta Abu Bakar datang yang ketika itu sedang dalam pelarian dari orang-orang musyrik. Mereka berdua lalu berkata: “Wahai bocah, apakah kamu mempunyai susu untuk kami minum?” Aku menjawab, “Sesungguhnya aku adalah orang yang dapat dipercaya dan aku bukan orang yang memberi minuman kepada kalian berdua.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi: “Apakah kamu mempunyai anak hewan yang belum pernah dikawini oleh pejantan?” Aku menjawab, “Ya, aku punya.” Lantas aku pun memberikan kambing tersebut kepada mereka berdua. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mengikat anak hewan tersebut lalu mengusap-usap susunya dan berdo’a, tiba-tiba susunya menjadi banyak. Kemudian Abu Bakar membawanya ke sebuah batu besar dan memerahnya di sana. Rasulullah, Abu Bakar dan aku lalu meminum susu kambing itu, setelah itu beliau berkata kepada susu hewan itu: ‘Menyusutlah! ‘ Maka susu hewan itupun menyusut. Setelah itu aku mendatangi beliau dan berkata, ‘Ajarkanlah aku tentang ini.’ Lalu beliau berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya kamu adalah anak yang cerdas.’ Ibnu Mas’ud berkata, “Akupun mendengar tujuh puluh surat dari mulut beliau dan tidak ada seorangpun yang menyelisihinya.” (HR. Ahmad)
Pujian Rasulullah kepada Ibnu Mas’ud sekaligus menjadi doa untuknya. Pujian Rasul diberikan kepada Ibnu Mas’ud adalah karena ia menjadi penjaga ternak yang amanah dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan bertanya kepada Rasulullah. Sampai terbukti bahwa ingatannya terhadap wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad mampu dihapalkannya dengan baik. Begitu juga dengan kita saat menjadi orang tua. Kata-kata yang baik dan pujian adalah pendorong bagi diri anak sekaligus menjadi doa baginya di masa depan.
Begitulah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah agar menjadi orang tua supportif dengan memuji dan memberi apresiasi terhadap perilaku positif yang dilakukan olehnya. Agar kemudian apa yang dikatakan oleh orang tua menjadi harapan dan doa bagi anaknya di masa depan. Wallahu a’lam bisshowab.