BincangMuslimah.Com – Hidup adalah perjalanan seseorang yang dimulai dari hari kelahiran hingga hari kematian. Perjalanan tersebut diharapkan menjadi perjalanan yang indah dan selamat hingga tiba hari akhir di dunia. Meskipun banyak dari manusia yang mengharapkan perjalanan hidupnya menjadi indah dan selamat, tetapi hanya sebagian saja yang mampu mengubah harapan tersebut menjadi kenyataan.
Mengenai ini, ada tiga nasihat bijak yang bisa menjadi penyelamat hidup dari Syaikh Syihabuddin Umar Suhrawardi dalam kitabnya, Awariful Ma’arif,
وثلاث منجيات: فخشية الله في السر والعلانية والحكم بالحق عند الغضب والرضا والاقتصاد عند الفقر والغنى
Tiga hal yang menyelamatkan adalah takwa kepada Allah dalam kondisi sepi atau ramai, berkata baik saat marah dan senang, serta bersikap sederhana baik dalam keadaan kaya atau miskin.
Takwa kepada Allah
Point pertama adalah tetap takwa kepada Allah, dalam kondisi sepi atau ramai. Takwa dengan menjalankan kewajiban secara bersama-sama atau menjaga sikap dengan tidak melanggar ajaran syariat Islam saat ramai adalah suatu hal yang lebih muda mudah daripada harus tetap takwa saat kondisi sepi.
Kita memang bisa lebih takwa dan giat ketika ada CCTV manusia yang mengintai. Padahal kita juga mengetahui bahwa Allah maha melihat dan teliti atas apa yang telah kita kerjakan. Oleh karena itu setiap kali kita ingin untuk melakukan kejahatan atau hal yang dilarang oleh-Nya, maka dengan sigap dan cepat kita beristighfar dan muhasabah diri. Yang demikian itu akan menjadikan hidup kita menjadi selamat.
Berkata baik saat marah maupun senang
Adapun point kedua adalah berkata baik saat sedang marah dan senang. Bisa berkata-kata dengan baik dan santun memang satu hal yang disukai oleh Allah dan juga manusia. Namun yang demikian itu perlu dilatih dengan rentan waktu yang cukup lama. Mengapa demikian? Karena untuk berkata baik ketika senang adalah hal yang mudah, tetapi ketika kondisi sedang tidak baik-baik saja maka terasa amat sulit untuk mengeluarkan rangkaian kata yang baik-baik. Sehingga alternatif lain ketika kondisi sedang marah adalah diam.
Karakter manusia yang bisa mengeluarkan kata-kata yang baik dalam segala keadaan inilah yang bisa menjadikan manusia selamat dalam melintasi perjalanan kehidupan di dunia.
Tetap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin
Nasihat terakhir adalah bersikap sederhana dalam keadaan kaya atau miskin. Hidup sederhana adalah hidup yang mengedepankan kebijaksanaan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hidup sederhana juga bukan berarti akan terus merasa kekurangan, tapi mengajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Allah mengingatkan dalam QS. Al Furqan ayat 67,
وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Artinya: “Dan orang-orang yang baik adalah apabila menyalurkan (hartanya), maka ia tidak tidak berlebihan dan tidak terlalu pelit. Dan adalah (pembelanjaan itu) di antara kedua itulah yang baik.”
Untuk bisa mengambil sikap sederhana, kita perlu membiasakan diri sedini mungkin dan memilih lingkungan yang mendukung. Terlebih di jaman sekarang yang apa-apa harus dipotret dan share, rasanya cukup sulit untuk mengambil pilihan hidup sederhana. Bahkan fenomena orang yang kurang mampu saja masih ada yang memilih kehidupan yang glamour demi kebutuhan galeri dan sharing ke berbagai platform digital.
Jika tiga nasihat penyelamat hidup di atas bisa diaplikasikan dalam setiap lintasan kehidupan, in sya Allah kita sudah mengantongi sebuah kunci selamat. Tidak mudah memang, namun tidak ada kata mustahil untuk kita yang masih mengantongi harapan pada Allah. Karena memang tiada daya dan upaya melainkan datangnya dari Allah. Harapannya adalah semoga kita senantiasa bisa takwa, berkata baik, dan sederhana dalam keadaan apapun.