Ikuti Kami

Kajian

Prinsip Ekonomi dalam Islam; Bukan Sekadar Mencari Harta

Prinsip Ekonomi dalam Islam

BincangMuslimah.Com – Bagi Yusuf Al Qardhawi ekonomi adalah harapan untuk menjadi ilmu. Faktanya, yang pasti bukanlah pengetahuan atau kebenaran abadi. Ekonomi adalah ilmu dan terus diperbarui dari waktu ke waktu. Seperti halnya kemanusiaan lainnya, ilmu ekonomi adalah ilmu yang  masih  dalam proses “penerimaan atau penolakan”.

Pemikiran ekonomi Yusuf al-Qardhawi lebih dititikberatkan kepada penjelasan perbedaan antara prinsip ekonomi dalam Islam dengan ekonomi hasil teori manusia yang kebanyakan menitikberatkan pada prinsip mencari harta saja. Perbedaannya  terletak pada nilai dan akhlak, hal ini meliputi urgensi, kedudukan dan dampaknya dalam berbagai bidang ekonomi seperti produksi, konsumsi, perputaran, dan peredaran.

Dalam pandangan Yusuf Qardhawi, ekonomi Islam termasuk dalam  “Ekonomi Ilahiah”, “Ekonomi Kemanusiaan”, “Ekonomi Akhlak”, dan “Ekonomi Pertengahan” (Yusuf Al Qaradhawi, 1997). Sebagai refleksi atau penegasan makna serta nilai dari cabang, buah, dan keempat ekonomi tersebut. Penjabaran dari empat ekonomi di atas yakni : 

Ekonomi Ilahiah

Disebut ekonomi Ilahiah karena berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, tujuan, metode, dan kegiatan ekonomi terikat pada prinsip-prinsip Tuhan yang sesuai dengan syariat Allah SWT. Dasar dari surat Al-Qur’an terkait diberikan dalam firman Allah Q.S. al-Mulk : 15, Q.S. al-Baqarah : 168, Q.S. al- A’raf : 31-32, Q.S. al-Isra’ : 29, Q.S. Saba’ : 15. Berdasarkan prinsip-prinsip Tuhan, umat Islam selalu mematuhi aturan Allah ketika bermuamalah. 

Oleh karena itu, ia akan menghindari segala sesuatu yang dilarang, ia tidak akan menimbun, zalim, menipu, serta memberi atau menerima suap. Jika seorang Muslim memiliki harta, ia tidak berperilaku sesuai keinginannya, karena hartanya belum tentu miliknya. Makna ekonomi Ilahiah berikutnya ialah menggunakan kegiatan ekonomi sebagai sarana penopang dan menjadi hamba bagi aqidah dan risalahnya. Yusuf Qardhawi juga menegaskan bahwa ekonomi merupakan komponen dari Islam,  bagian yang intens dan vital. 

Baca Juga:  Ternyata Ada Tradisi Nyepi dalam Islam

Ekonomi Islam yang Rabbani ini juga menjelaskan adanya aturan internal atau hati nurani yang ditanamkan dalam diri seorang muslim. Oleh karena itu, Yusuf Qardhawi menyadari pentingnya pendidikan agama dalam rangka membimbing perekonomian ke arah yang diinginkan Islam dan mengelolanya secara syariah. 

Iman memberi pemiliknya  hati yang  mencintai kebenaran, menginginkan kebaikan, dan menginginkan kehidupan setelah dunia ini. Oleh karena itu, seorang mukmin yang mempunyai harta tidak akan membiarkan harta mengendalikannya.

Ekonomi Akhlak

Menurut Yusud Al-Qardhawi, ekonomi dan akhlak tidak dapat terpisahkan. Hal tersebut berlandaskan pada risalah Islam, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw : “Sesungguhnya tiadalah aku diutus, melainkan hanya untuk menyempurnakan akhlak.” Interpretasi dari ekonomi tersebut yakni umat Islam tidak bisa semaunya sendiri melakukan apa yang disenangi atau menguntungkannya (secara individu atau kolektif). Hal ini karena umat Islam terikat oleh keyakinan dan akhlak dalam semua kegiatan ekonomi yang mereka lakukan. 

Ekonomi Kemanusiaan  

Dalam pembahasan ekonomi kemanusiaan ini, Al Qardhawi dari sudut pandang Islam menjelaskan jika manusia adalah tujuan dari kegiatan ekonomi dan merupakan sarana dan pelakunya, yaitu diberikan kepada mereka oleh Allah Dijelaskan melalui penggunaan ilmu. Disisi lain, dari akumulasi nilai kemanusiaan  dalam ekonomi Islam, ia menulis tentang seperangkat nilai yang melahirkan warisan berharga dan peradaban tertentu. Nilai ini termasuk dalam pengertian zakat yang diperintahkan oleh Allah. 

Selain itu, ekonomi manusiawi yang disebutkan Yusuf Qardhawi dikatakan membawa kehidupan yang baik bagi masyarakat. Dari sudut pandang Islam, kehidupan yang baik terdiri dari dua elemen yang saling melengkapi: elemen material dan elemen spiritual. Ringkasnya, harta yang membuat kaum muslimin bahagia adalah cukup baginya dan harta yang mencegahnya dari meminta-minta kepada orang lain.

Baca Juga:  Pandangan Islam Tentang Perempuan yang Bekerja di Ruang Publik

Ekonomi Pertengahan

Ekonomi pertengahan berarti keadilan yang didukung Islam antara individu dan masyarakat. Sistem ekonomi Islam bukanlah kapitalis atau sosialis. QS. Ar-Rahman : 7-9, yang berbunyi : “Dan Allah meninggikan langit, dan Dia meletakkan neraca (keadilan) supaya kamu tidak melampaui batas, dan tegakkanlah timbangan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” Nilai-nilai pertengahan dan keseimbangan yang dibuat oleh Islam terkait dengan dua aspek diantaranta, harta dan kepemilikan. 

Kekayaan hanyalah sarana untuk mengapai kebajikan berupa relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama manusia. Al-Qardhawi juga menyanggah pandangan orang-orang yang mengaku ahli tasawuf yang mengatakan bahwa pertumbuhan kekayaan merupakan penghalang kepada Allah dan hukuman, dan menyimpannya dianggap bertentangan dengan tawakkal. Hal ini didasarkan pada niat dan dampak. Maka jelas bahwa prinsip ekonomi dalam Islam tidak hanya berasas pada “mencari harta” saja tapi menjadi perantara berbuat kebaikan.

Rekomendasi

Kisah Annemerie Schimmel Kisah Annemerie Schimmel

Kisah Annemerie Schimmel, Orientalis yang Terpesona dengan Islam

fomo media sosial islam fomo media sosial islam

Upaya Menghindari Fomo dalam Kacamata Islam

doa setelah membaca Alquran doa setelah membaca Alquran

Doa yang Dibaca Setelah Membaca Alquran

Sejarah Pensyariatan Azan Pertama Kali

Ditulis oleh

Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

Anjuran Bagi-bagi THR, Apakah Sesuai Sunah Nabi?

Video

QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial

QS At-Taubah Ayat 103: Manfaat Zakat dalam Dimensi Sosial

Kajian

Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri

Sedang Haid, Apa Tetap DiAnjurkan Mandi Sunnah Idulfitri

Ibadah

Anjuran Saling Mendoakan dengan Doa Ini di Hari Raya Idul Fitri

Ibadah

Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri? Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri?

Bolehkah Menggabungkan Salat Qada Subuh dan Salat Idulfitri?

Ibadah

kisah fatimah idul fitri kisah fatimah idul fitri

Kisah Sayyidah Fatimah Merayakan Idul Fitri

Khazanah

Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah

Kesedihan Ramadan 58 Hijriah: Tahun Wafat Sayyidah Aisyah

Muslimah Talk

Kapan Seorang Istri Dapat Keluar Rumah Tanpa Izin Suami? Kapan Seorang Istri Dapat Keluar Rumah Tanpa Izin Suami?

Ummu Mahjan: Reprentasi Peran Perempuan di Masjid pada Masa Nabi

Muslimah Talk

Trending

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Video

Ketentuan dan Syarat Iktikaf bagi Perempuan

Video

tips menghindari overthingking tips menghindari overthingking

Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadhan (Bagian 3)

Ibadah

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid

Tuan Guru KH Zainuddin Abdul Madjid: Pelopor Pendidikan Perempuan dari NTB

Kajian

malam jumat atau lailatul qadar malam jumat atau lailatul qadar

Doa Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah pada Siti Aisyah

Ibadah

Anjuran Saling Mendoakan dengan Doa Ini di Hari Raya Idul Fitri

Ibadah

mengajarkan kesabaran anak berpuasa mengajarkan kesabaran anak berpuasa

Parenting Islami : Hukum Mengajarkan Puasa pada Anak Kecil yang Belum Baligh

Keluarga

Puasa Tapi Maksiat Terus, Apakah Puasa Batal?

Video

Connect