Ikuti Kami

Kajian

Mendaur Ulang Air Mutanajis untuk Bersuci

Mendaur ulang air mutanajis
Source: Getyyimages.com

BincangMuslimah.Com – Air mutanajis adalah air yang mengandung najis sehingga membuat air tersebut tidak bisa digunakan untuk bersuci. Lantas apakah ada cara untuk mendaur ulang atau mengubah air mutanajis agar layak digunakan untuk bersuci?

Pembagian air mutanajis

Air mutanajis dibagi menjadi dua kategori:   

Pertama, air yang kurang dari dua kulah dan terkena najis, baik airnya berubah maupun tidak maka tidak bisa digunakan untuk bersuci. Namun, apabila air tersebut hanya dijatuhi bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti semut, air tetap dihukumi suci dan dan bisa menyucikan.

Kedua, air yang lebih dari dua kulah dan dijatuhi najis serta terdapat perubahan pada air tersebut walaupun perubahannya hanya sedikit, air ini dihukumi najis dan dan tidak bisa digunakan untuk bersuci.

Cara mendaur ulang air mutanajis untuk bersuci 

Air mutanajis bisa digunakan sebagai alat bersuci dengan syarat sebagai berikut: 

Pertama, apabila air mutanajis tersebut kurang dari dua kulah maka bisa menjadi suci dengan cara dicampur dengan air yang lain (meskipun juga merupakan air mutanajis). Setelah ditambahkan, air tersebut menjadi dua kulah dengan catatan tidak adanya perubahan pada air tersebut, baik dari segi warna, rasa, maupun baunya.

Kedua, apabila air mutanajis tersebut merupakan air dua kulah atau lebih, cara menyucikannya adalah dengan menghilangkan perubahan pada air tersebut dengan cara ditambah ataupun dikurangi airnya (sementara sisanya masih dua kulah). Air yang dua kulah atau lebih ini juga bisa menjadi suci jika perubahan pada air tersebut hilang dengan sendirinya.

Syaikh Zainuddin al-Malibari berkata di dalam kitab Fathul Mu’in:

والماء القليل إذا تنجس يطهر ببلوغه قلتين ولو بماء ‌متنجس حيث لا تغير به والكثير يطهر بزوال تغيره بنفسه أو بماء زيد عليه أو نقص عنه وكان الباقي كثيرا

Baca Juga:  Hamil di Luar Nikah, Bolehkah Aborsi?

Artinya: “Air yang sedikit (kurang dari dua kulah) apabila terkena najis, maka bisa menjadi suci dengan bertambahnya air itu menjadi dua kulah (meskipun tambahannya juga merupakan air mutanajis) sekiranya tidak ada perubahan pada air tersebut. Sementara air yang banyak (dua kulah atau lebih) bisa menjadi suci dengan hilangnya perubahan padanya dengan sendirinya atau dengan ditambahkan atau dikurangi airnya (dengan catatan sisanya masih berjumlah dua kulah atau lebih).”

Imam ar-Ruyani di dalam kitab Bahr al-Mazhab menjelaskan lebih rinci mengenai hukum air mutanajis serta cara membuatnya kembali menjadi suci sehingga bisa digunakan sebagai alat bersuci.

Di dalam kitab tersebut beliau mengatakan bahwa air mutanajis adakalanya kurang dari kulah, adakalanya hanya berjumlah dua kulah, dan adakalanya lebih dari dua kulah. 

Pertama, jika air tersebut kurang dari dua kulah, maka air mutanajis tidak bisa digunakan untuk bersuci, baik ada perubahan pada air tersebut maupun tidak. Sementara cara untuk menyucikannya adalah dengan menambahkan air sehingga mencapai ukuran dua kulah atau dengan menggali mata air di dalamnya.

Kedua, jika air tersebut hanya sebanyak dua kulah, maka air tersebut masih bisa digunakan untuk bersuci jika tidak berubah. Sedangkan jika terdapat perubahan, maka air itu tidak bisa digunakan untuk bersuci. 

Adapun cara untuk menyucikannya adalah dengan tiga cara: pertama, dengan hilangnya perubahan tersebut dengan sendirinya; kedua, dengan menggali mata air di dalamnya, dan; ketiga, dengan menambahkan air sehingga membuat perubahan pada air tersebut menjadi hilang.

Ketiga, Jika air tersebut lebih dari dua kulah, maka air tersebut bisa digunakan untuk bersuci selama tidak terdapat perubahan di dalamnya. 

Air yang lebih dari dua kulah bisa disucikan dengan empat cara: pertama, dengan hilangnya perubahan tersebut dengan sendirinya, kedua, dengan menggali mata air di dalamnya, ketiga, dengan menambahkan air ke dalamnya sehingga membuat perubahan pada air tersebut menjadi hilang, dan keempat, dengan cara menguras airnya dengan catatan air tersebut tidak kurang dari dua kulah setelah dikuras.

Baca Juga:  Apakah Ludah dan Upil Itu Najis?

Demikianlah penjelasan mengenai cara mensucikan air mutanajis, sehingga membuatnya bisa digunakan sebagai alat bersuci. Wallahu a’lam.

Rekomendasi

ludah dan upil najis ludah dan upil najis

Apakah Ludah dan Upil Itu Najis?

Pengertian thaharah dan macam-macamnya Pengertian thaharah dan macam-macamnya

Macam-macam Air Bersuci Beserta Pembagiannya

Ditulis oleh

Mahasantri Ma'had Aly Salafiyah Syafi'iyah Situbondo.Pegiat kajian Tafsir dan Fikih Perempuan.

Komentari

Komentari

Terbaru

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

CariUstadz Dakwah Perspektif Perempuan CariUstadz Dakwah Perspektif Perempuan

Berkolaborasi dengan KUPI, CariUstadz Tingkatkan Dakwah Perspektif Perempuan 

Berita

yukabid perempuan nabi musa yukabid perempuan nabi musa

Yukabid, Sosok Perempuan di balik Kisah Nabi Musa

Khazanah

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Sekilas tentang Sholihah Wahid Hasyim, Ibunda Gusdur

Kajian

Definisi anak menurut hukum Definisi anak menurut hukum

Definisi Anak Menurut Hukum, Umur Berapa Seorang Anak Dianggap Dewasa?

Kajian

Trending

Surat Al-Ahzab Ayat 33 Surat Al-Ahzab Ayat 33

Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 33; Domestikasi Perempuan, Syariat atau Belenggu Kultural?

Kajian

perempuan titik nol arab perempuan titik nol arab

Resensi Novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi

Diari

Fatimah az zahra rasulullah Fatimah az zahra rasulullah

Sayyidah Sukainah binti Al-Husain: Cicit Rasulullah, Sang Kritikus Sastra

Kajian

Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah Nyai Khoiriyah Hasyim mekkah

Nyai Khoiriyah Hasyim dan Jejak Perjuangan Emansipasi Perempuan di Mekkah

Kajian

Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia Laksminingrat tokoh emansipasi indonesia

R.A. Lasminingrat: Penggagas Sekolah Rakyat dan Tokoh Emansipasi Pertama di Indonesia

Muslimah Talk

Teungku Fakinah Teungku Fakinah

Zainab binti Jahsy, Istri Rasulullah yang Paling Gemar Bersedekah

Kajian

Mahar Transaksi Jual Beli Mahar Transaksi Jual Beli

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 4; Mahar Bukan Transaksi Jual Beli

Kajian

Doa berbuka puasa rasulullah Doa berbuka puasa rasulullah

Beberapa Macam Doa Berbuka Puasa yang Rasulullah Ajarkan

Ibadah

Connect