Ikuti Kami

Kajian

Hukum Istri Meminta Barang Mewah

istri Meminta Barang Mewah
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Akibat sering melihat temannya dibelikan barang bermerek oleh pasangannya, membuat sebagian istri meminta barang-barang mewah kepada suaminya.  Lantas, bagaimanakah hukum istri meminta barang-barang mewah?

Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menyatakan bahwasanya seorang suami diharuskan untuk memberikan nafkah sesuai dengan kemampuannya. Hal ini karena Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang hamba melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya.

Sebagaimana dalam keterangan Allah SWT dalam surat At-Talaq Ayat 7 berikut;

لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهٗ فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ اٰتٰىهُ اللّٰهُ ۗ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا مَآ اٰتٰىهَاۗ سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا ࣖ

Artinya : “Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.”

Dalam menafsiri ayat diatas beberapa ulama mengharuskan kepada seorang istri untuk merasa cukup dengan apa yang telah diberikan oleh suaminya dengan tidak meminta melebihi kemampuan suaminya. Sebagaimana dalam kitab Tafsir At-Tahrir Wat Tanwir Ibnu Asyur, juz 29, halaman 331 berikut,

والمقصود منه إقناع المنفق عليه بأن لا يطلب من المنفق أكثر من مقدرته . ولهذا قال علماؤنا : لا يطلق على المعسر إذا كان يقدرعلى إشباع المنفق عليها وإكسائها بالمعروف ولو بشظف ، أي دون ضر .

Artinya : “Maksud ayat tersebut adalah merasa cukupnya orang yang diberi nafkah dengan tidak menuntut nafkah melebihi kemampuannya. Dalam hal ini ulama dari kalangan kami berpendapat bahwa orang yang dalam keadaan miskin tidak ditalak jika dia masih mampu sekadar mengenyangkan orang yang dinafkahi dan memberikan pakaian yang baik walaupun dengan kesulitan, artinya tidak sampai terjadi dharar.”

Baca Juga:  Nilai-nilai Ekofeminisme dalam Tafsir Kyai Saleh Darat

Namun demikian, seorang istri diperbolehkan untuk meminta barang yang melebihi nafkah pada umumnya seperti meminta barang-barang mewah, apabila suaminya mampu untuk memberikan nafkah tersebut. Hal ini karena nafkah itu dipandang dari sisi pemberi nafkah bukan dari orang yang dinafkahi.

Sebagaimana dalam penjelasan kitab Al-Mu’tamad, juz 4 halaman 280 berikut,

إن نفقة الزوجة مقدرة بحسب حال الزوج في اليسار و الإعسار دون الإعتبار لحال الزوجة لأن النفقة تتبع الإستطاعة و هي عائدة إلى حال المنفق لا إلى حال المنفق عليه لقوله تعالى : لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا  و الله أعلم.

Artinya : “Sesungguhnya nafkah istri itu dilihat dari sisi suami dalah hal mampu dan tidaknya bukan dari sisi istri. Hal ini karena nafkah itu sesuai dengan kemampuan dari si pemberi nafkah bukan dari orang yang dinafkahi.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala : Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. Wallahu a’lam.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa seorang istri diharuskan untuk merasa cukup dengan apa yang telah diberikan oleh suaminya dengan tidak meminta nafkah melebihi kemampuan suaminya.

Namun demikian, seorang istri diperbolehkan untuk meminta barang yang melebihi nafkah pada umumnya, seperti meminta barang-barang mewah, apabila suaminya mampu untuk memberikan nafkah tersebut.

*Artikel ini pernah diterbitkan di Bincangsyariah.com.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Redaksi bincangmuslimah.com

1 Komentar

1 Comment

Komentari

Terbaru

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan

Mengenal Lebih Jauh Macam-macam Pendekatan Gender

Kajian

Kisah cinta Zainab binti Rasulullah Kisah cinta Zainab binti Rasulullah

Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Muslimah Talk

Hukum kremasi jenazah mualaf Hukum kremasi jenazah mualaf

Hukum Kremasi Jenazah Mualaf

Kajian

Rembuk Ide Rembuk Ide

El-Bukhari Institute Gelar Rembuk Ide, Bahas Moderasi Beragama untuk Gen Z

Berita

Bincang Thaharah; Wudhu Tidak Berurutan, Apakah Tetap Sah?

Video

Perbedaan Haji dan Umrah Perbedaan Haji dan Umrah

Tiga Perbedaan Haji dan Umrah

Ibadah

Syarat-syarat dikabulkannya doa Syarat-syarat dikabulkannya doa

Fungsi dan Syarat-syarat Dikabulkannya Doa  

Ibadah

Larangan bagi Perempuan Haid Larangan bagi Perempuan Haid

Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Kajian

Trending

Doa keguguran Doa keguguran

Kehilangan Buah Hati Akibat Keguguran, Baca Doa yang Diajarkan Rasulullah Ini

Ibadah

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

10 Hadis Tentang Keutamaan Menikah

Kajian

Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat

Doa agar Terhindar dari Prasangka Buruk pada Allah

Ibadah

Mengenal Rufaidah al-Aslamiyah: Perawat Perempuan Pertama dalam Sejarah Islam

Muslimah Talk

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

Ibadah

Resensi Buku Pernah Tenggelam Resensi Buku Pernah Tenggelam

Resensi Buku Pernah Tenggelam: Halu Berlebihan Menenggelamkan Keimanan?

Diari

Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah

Kisah Bulan Madu Rasul dengan Shafiyah binti Huyay

Muslimah Talk

muslimah mencukur habis rambutnya muslimah mencukur habis rambutnya

Bolehkah Muslimah Mencukur Habis Rambutnya?

Kajian

Connect