BincangMuslimah.Com – Setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh lamanya, umat muslim di seluruh dunia merayakan hari kemenangan. Umat Islam memasuki bulan yang penuh berkah dan ampunan dari allah Swt. lewat ajang silaturahmi dan bermaaf-maafan, yakni bulan Syawal.
Selain istimewa sebab menjadi ajang silaturahmi umat muslim, bulan Syawal juga menjadi istimewa sebab di dalam ada amalan-amalan yang disunnahkan oleh Allah Swt. Salah satunya adalah ibadah puasa enam hari di bulan Syawal. Namun, haruskah puasa Syawal dilaksanakan langsung setelah Idulfitri?
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad Saw. menuturkan,
من صام رمضان ثم أتبعه ستاً من شوال كان كصيام الدهر
Artinya: “Barang siapa berpuasa Ramadhan lalu menambahkannya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama satu tahun lamanya.“
Imam An- Nasa’i dan Imam Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits ini dengan redaksi yang berbeda, yaitu:
من صام ستة أيام بعد الفطر كان تمام السنة، من جاء بالحسنة فله عشرًا مثلها
Artinya: “Barang siapa berpuasa Ramadhan lalu menambahkannya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama satu tahun lamanya. Siapa pun yang melakukukan kebaikan, maka ganjarannya sepuluh kali lipat dari yang dikerjakan.“
Sekalipun riwayat hadis kedua di atas marfu’, para ulama sepakat memperbolehkan menggunakannya sebagai acuan dalil sebab membahas perkara keutamaan atau fadhilah suatu amal.
Mengacu pada hadis kedua, alasan ganjaran puasa Syawal yang setara dengan berpuasa satu tahun, menjadi menjadi lebih jelas. Acuannya adalah, ganjaran setiap kebaikan dikalikan sepuluh dari ganjaran awal. Jika puasa Ramadhan ditunaikan selama sebulan penuh, maka dikalikan sepuluh ganjarannya menjadi sepuluh bulan ganjaran berpuasa. Kemudian ditambah enam hari puasa Syawal dikalikan sepuluh, menjadi dua bulan ganjaran puasa.
Dari situ lah perhitungan mengapa jika seseorang melakukan ibadah puasa Ramadhan secara penuh diikuti dengan puasa Syawal enam hari, mendapatkan ganjaran yang sama dengan berpuasa enam tahun.
Di balik itu, tentu ada hikmah mengapa orang-orang yang berpuasa enam hari Syawal diganjar dengan berlipat-lipat pahala. Imam Al-Munawi salah seorang ulama kenamaan mazhab Syafi’i menjelaskan, puasa bulan Syawal menjadi istimewa sebab saat itu besar keinginan umat muslim untuk bersenang-senang dengan berbagai makanan dan minuman.
Oleh karena hal itu, menjalankan ibadah puasa lagi setelah berpuasa selama sebulan penuh menjadi hal berat. Maka orang-orang yang berhasil menundukkan nafsu makan dan minum di bulan Syawal mendapatkan ganjaran yang berlipat.
Terkait tata cara pelaksanaannya, Imam Syafi’i mengutamakan untuk menyegerakan ibadah puasa Syawal setelah hari Idulfitri yakni mulai tanggal dua Syawal. Akan tetapi keutamaan ini bisa jika berbarengan dengan ibadah lain yang memiliki keutamaan lebih besar. Seperti silaturahmi ke sanak saudara, yang secara tradisi akan ada hidangan beraneka makanan dan minuman. Atau seseorang yang harus bekerja mencari nafkah dan kurang memungkinkan baginya untuk bekerja sambil berpuasa.
Sedangkan Imam Ahmad mengatakan puasa sunnah Syawal boleh dilaksanakan kapan saja di bulan Syawal, baik di awal, di tengah, atau di akhir sekalipun. Pelaksanaannya pun tidak harus dilakukan secara berturut-turut selama enam hari. Ia dapat dilakukan sesuai kemampuan seseorang.
Di antara faedah menjalankan ibadah puasa Syawal adalah sebagai penyempurna ganjaran puasa Ramadhan, selayaknya ibadah shalat rawatib (sunnah qobliyah dan ba’diyah) yang menyempurnakan shalat fardhu. Sekaligus sebagai bentuk rasa syukur seseorang atas limpahan nikmat yang diterima.
Demikianlah ulasan singkat terkait ibadah puasa sunnah bulan Syawal. Sekalipun bulan Ramadhan telah usai, semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang senantiasa taat kepada Allah Swt, menjalankan ibadah-ibadah yang dianjurkan secara istiqamah, dan menjadi hamba yang senantiasa bersyukur di segala keadaan.
4 Comments