BincangMuslimah.Com – Sebelum menguraikan bagaimana dongeng dan cerita bisa menjadi penyelamat masa depan anak kelak, Rona Mentari, aktivis pendongeng Indonesia dalam kelas parentingnya di Whatsup, Fammi Class, mengajak kita mengambil sebuah pelajaran dari sebuah bencana yang sangat memilukan yang terjadi di provinsi Aceh pada tahun 2004 silam yakni tsunami. Bencana ini menewaskan sekitar 170 ribu orang sehingga menjadi duka yang mendalam bagi warga Indonesia, khususnya Aceh.
Dari bencana yang memilukan itu, ternyata ada sebuah hikmah yang dapat kita ambil. Tahukan kita bahwa ada sebuah pulau kecil yang berada di dekat Kota Serambi Mekkah bernama Simeuleu, di mana pada saat kejadian tsunami terjadi di pulau tersebut terdapat 78 ribu orang yang tinggal di sana.
Logikanya, pulau kecil tersebut harusnya sudah luluh lantah ketika tsunami memporak porandakan Aceh, namun ternyata hanya 7 orang dari puluhan ribu warga yang meninggal. Jumlah sangat sedikit jika dibandingkan dengan daerah-daerah yang terkena dampak tsunami.
Tahukan kita bahwa ternyata ada jawaban luar biasa yang menyebabkan hal tersebut terjadi yaitu karena sebuah cerita rakyat yang disampaikan secara turun temurun dan masih berlangsung hingga hari ini yang biasa dikenal dengan ‘Smong’. Smong berasal dari bahasa lokal mereka yang berarti tsunami.
Smong merupakan cerita yang ditulis untuk mengabadikan peristiwa yang pernah mereka rasakan pada tahun 1907 silam. Cerita rakyat tersebut membahas mengenai bagaimana ciri-ciri tsunami, bagaimana cara menyelamtkan diri dari tsunami dan sebagai pengetahuan untuk anak cucu warga Pulau Simeulue bahwa tsunami adalah sebuah fenomena alam yang wajar terjadi. Sehingga masyarakat masyarakat di sana tidak panik ketika ciri-ciri itu muncul dan mereka tahu apa yang harus mereka lakukan.
Kalimat-kalimat yang ada dalam cerita rakyat itu sangat indah, mereka terbiasa mendongeng dengan nada. Di sini penulis sertakan cuplikan cerita rakyat Smong yang dilansir dari theconversation.com yang menjelaskan tanda-tanda terjadinya tsunami.
“Ini adalah kisah penuh hikmah, pada zaman dahulu kala, tahun tujuh. Para kakek kalian yang mengalaminya. Mereka menceritakan kisah ini, agar menjadi pengalaman hidup. Waktu itu hari Jum’at, masih termasuk pagi hari. Tiba tiba terjadi gempa bumi. Sangking kuatnya, orang-orang tidak dapat berdiri dan setelahnya air laut surut, ikan-ikan menggelepar di pantai sehingga menarik sebagian orang dan mengambilnya.
Tidak lama kemudian tampak gelombang besar dari tengah lautan, menuju ke daratan. Orang tua berteriak ‘Smong! Smong! Smong!’ Namun, banyak orang tidak sempat menyelamatkan diri ke atas gunung. Setelah Smong reda, orang-orang mencoba kembali ke desa dan menemukan banyak penduduk yang meninggal. Banyak korban tersangkut di atas pohon dan bahkan dijumpai pula korban yang terdampar di kaki bukit atau gunung”.
Cerita yang disampaikan dengan ekspresi kalimatnya yang indah membuat masyarakat di sana paham dan tetap tenang dalam menghadapi gejala-gejala alam sebagai pertanda akan terjadinya tsunami karena mereka sudah tahu apa yang harus mereka lakukan. Bahkan cerita rakyat Smong mengantarkan warga Pulau Simeuleu untuk mendapatkan International Strategy For Disaster Reduction karena dunia mengakui cerita rakyat Smong mampu menyelamatkan puluhan ribu jiwa penduduk yang ada di pulau tersebut dari tsunami.
Kalau cerita rakyat Smong dapat menyelamatkan anak-anak dan seluruh penduduk yang ada di pulau Simeuleu, maka diharapkan cerita yang orang tua sampaikan kepada anak hari ini bisa jadi penyelamat bagi masa depan anak.
Bagaimana mungkin? Mengapa harus orang tua yang bercerita?
Orangtua adalah orang yang memiliki kedekatan fisik paling dekat dengan anak. Anak lahir dari seorang ibu, dirawat dan dibesarkan oleh ibu dan ayahnya hingga mereka siap menghadapi dunia nyata.
Poin penting yang harus diperhatikan adalah, sangatlah penting bagi orang tua untuk mampu membuat anak merasa nyaman berada di rumah, sehingga kelak ketika mereka mendapatkan masalah mereka akan bercerita kepada orang tua dan tentunya orang tua akan memberikan nasihat yang terbaik karena orang tua akan selalu mengusahakan kebaikan bagi anaknya.
Dapat kita bayangkan, bagaimana senangnya kehidupan seorang anak ketika dia mampu mendapatkan suasana yang aman dan menyenangkan di rumah? Tentu ketika mereka sudah dewasa, apapun masalah dan cobaan yang mereka hadapi dalam hidupnya mereka akan kembali ke rumah.
Mereka akan berdiskusi dengan kedua orang tuanya karena mereka merasakan kenyamanan dan kehangatan dari kedua orang tuanya. Hal ini sangat baik. Dengan begitu mereka tidak perlu bercerita atau meminta solusi kepada orang lain yang bisa jadi akan menjerumuskan hidup dan merusak masa depannya kelak.
Nah, kedekatan dan rasa nyaman itu bisa kita tanamkan dalam diri anak ketika kita sebagai orang tua sudah mampu untuk membiasakan diri untuk bercerita dan berdongeng kepada anak. Apalagi kita tahu bahwa dongeng ternyata memiliki dampak yang sangat signifikan bagi kehidupan anak sebagaimana saya uraikan dalam tulisan sebelumnya.
Lantas, bagaimana langkah-langkah dalam mempersiapkan kebiasaan bercerita dan berdongeng ini? InshaAllah akan saya bahas pada tulisan selanjutnya.