Ikuti Kami

Diari

Kisah Sang Pendengki dalam Ihya Ulumuddin

Sang Pendengki Ihya Ulumuddin

BincangMuslimah.Com – Imam Ghazali mengisahkan tentang sosok Sang Pendengki dalam kitabnya yang terkenal Ihya Ulumuddin. Diceritakan bahwa terdapat seorang raja yang memerintah sebuah negeri. Pada suatu hari, datanglah seorang alim yang tulus hati ke istananya. Atas pinta sang raja, si alim pun menasihatinya.

“Balaslah orang yang berbuat baik dengan lebih baik lagi,” demikian sang alim menasihati, “Tetapi jangan hiraukan orang yang mendengki. Abaikanlah! Sebab kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya sendiri”.

Di istana itu juga ada seorang wazir yang memang seorang pendengki. Dia selalu iri melihat setiap tamu yang diperlakukan istimewa oleh sang raja, tak terkecuali pada seorang alim yang bijaksana ini. Melihat senyum tulus di wajah sang alim, hatinya tak terbendung untuk merencanakan sesuatu.

Begitu sang alim pergi dari hadapan raja, si wazir pun mengantarkannya ke luar istana. Sekembalinya mengantarkan, dia kembali pada raja dan berkata, “Wahai raja, orang bijak tadi mengatakan padaku bahwa mulut baginda sungguh bau. Saranku, cobalah besok baginda panggil ia kembali. Jika di dekat baginda ia menutup hidung, maka benar bahwa ia telah mengannggap mulut baginda sungguh bau.” 

Sang raja terkaget mendengarnya. Baru kali ini ia merasa terhina oleh seseorang yang bukan siapa-siapa. Keesokan harinya, sang wazir mengundang penasehat tulus itu untuk sarapan di rumahnya. Dihidangkannya bawang-bawangan dan masakan berbau tajam. Mulut sang alim tulus hati menjadi bau tak sedap.

Tak lama kemudian, sebagaimana yang telah direncanakan sang wazir, datanglah panggilan pada sang penasehat untuk menghadap raja di istananya.

Setelah memberikan nasehat seperti yang sudah-sudah, raja meminta sang alim untuk mendekat. “Kemarilah wahai penasehat, mendekatlah kepadaku!”

Sang alim ragu untuk mendekat, ia ingat bahwa di rumah wazir, ia telah menghabiskan beberapa bawang-bawaangan. Tak ada pilihan lain, akhirnya ia mendekat dengan menutup mulutnya khawatir sang raja mencium bau tak sedap dari mulutnya. Sang raja murka, “Ternyata benar. Dia melecehkanku dan menganggap mulutku bau. Dia sungguh telah menghinaku!” ucapnya dalam hati.

Baca Juga:  Perempuan Kerap Jadi Victim Blaming dalam Kasus Pelecehan Seksual

Maka, sang raja pun menulis sebuah surat untuk memberikannya pada sang nasehat yang masih tak mengerti untuk apa ia diminta mendekat. “Bawalah surat ini pada salah seorang petugasku, dia akan memberikan hadiah yang sangat berharga untukmu.”

Sebenarnya, surat yang ditulis raja bukanlah perintah untuk pemberian hadiah. Karena tersinggung dengan sikap sang penasehaat, Raja memberi perintah lain pada pejabat ‘Jika pembawa surat ini datang padamu, maka sembelihlah ia. Kuliti tubuhnya dan bakarlah badannya. Sementara kepalanya, bawalah langsung ke hadapanku!”

Begitu keluar dari istana, sang penasehat disambut oleh wazir pendengki yang menjebaknya. “Apa yang dilakukan baginda kepadamu, saudaraku?” tanyanya

“Alhamdulillah,” ujar sang penasehat berseri, “Beliau menyuruhku membawa surat ini kepada seorang petugas istana yang akan memberikanku hadiah dari sang raja.”

“Wah,” ujar sang pendengki takjub, “Bagaimana jika engkau beristirahat saja di kediamanku dan biarkan aku yang akan mengurus semuanya”.

“Waduh, saya sungguh merepotkan anda,” kata sang penasehat tak enak hati.

“Tentu saja tidak,” ulas sang wazir dengan senyum liciknya, “Ini merupakan tanggung jawab saya sebagai tuan rumah. Lagi pula tuan penasehat belum mengenal betul seluk beluk istana ini.”

Nah, pastinya kita telah tahu bagaimana akhir dari kisah ini. Allah berfirman dalam surat Faatir ayat keempat puluh tiga, “Rencana yang jahat tidak akan menimpa selain pada orang yang merencanakannya sendiri”. Wallahu A’lam bis shawab…

Begitulah cuplikan kisah Sang Pendengki yang tercantum dalam Kitab Ihya Ulumuddin. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.

Rekomendasi

Empat Macam Manusia Menurut Imam Al-Ghazali

melebur dosa ghibah doa melebur dosa ghibah doa

Tips Agar Tidak Melakukan Ghibah Dari Imam Ghazali (2)

Ditulis oleh

Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat dan mahasiswa Pasca Sarjana UIN Jakarta Minat Kajian Tafsir dan Hadis Nabawi

Komentari

Komentari

Terbaru

Cara Mengatasi Orang yang Nyinyir Menurut Imam Syafi’i

Muslimah Daily

Menilik Hak Politik Penyandang Disabilitas dalam Pemilu

Kajian

Na’ilah Hasyim Sabri, Mufassir Perempuan Asal Palestina

Muslimah Talk

Pernikahan Mencegah Zina Pernikahan Mencegah Zina

Quraish Shihab: Pernikahan Anak Usia Dini Bukan Cara Bijak Mencegah Zina

Khazanah

Surah an-Najm Ayat 45-46: Penentuan Jenis Kelamin pada Bayi Surah an-Najm Ayat 45-46: Penentuan Jenis Kelamin pada Bayi

Surah an-Najm Ayat 45-46: Penentuan Jenis Kelamin pada Bayi

Kajian

Pentingnya Bermazhab dalam Islam

Ibadah

Antara Jamaah dan Khusu’, Mana yang Lebih Diutamakan? Antara Jamaah dan Khusu’, Mana yang Lebih Diutamakan?

Antara Jamaah dan Khusu’, Mana yang Lebih Utama?

Ibadah

Surah Yasin 10-11 Surah Yasin 10-11

Tadabbur Surah Yasin Ayat 10-11: Rasul Berdakwah dengan Kasih Sayang

Kajian

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

Baayun Maulud, Budaya Masyarakat Banjar saat Memperingati Hari Kelahiran Nabi

Kajian

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar   pembelaan al-Qur'an terhadap perempuan, Fathimah dari Nisyapur: Ahli Makrifat Terbesar  

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Islam

Kajian

suami suara tuhan suami suara tuhan

Pengertian Keluarga Sakinah dan Makna Perkawinan dalam Islam

Keluarga

Cara Mengatasi Orang yang Nyinyir Menurut Imam Syafi’i

Muslimah Daily

Menilik Hak Politik Penyandang Disabilitas dalam Pemilu

Kajian

Connect