BincangMuslimah.Com – Salah satu kegiatan ibadah yang hanya di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih. Shalat sunnah yang dilakukan selepas shalat Isya, rakaatnya bermacam-macam ada yang mengerjakan 8 rakaat dengan tiga witir ada pula yang mengerjakan 20 rakaat dengan tiga witir. Imam Taqiyyuddin dalam karangan kitabnya Kifayah Al-Akhyar, bahwasannya tarawih merupakan kesunnahan sebagimana Nabi juga melakukan hal ini.
وأما الصلاة التراويح فلا شك في سنيتها وانعقد على ذالك قاله غير واحد عبرة بشواهد الأقوال
Artinya: Adapula shalat tarawih tidak diragukan lagi dalam permasalahan Sunnah. Para ulama bersepakat mengenai hal tersebut, yang tidak hanya dikatakan (riwayatkan) oleh satu perawi saja, dan juga tidak menjadi pendapat yang menyimpang.
Mesir merupakan salah satu negara Timur Tengah yang mana mayoritas masyarakatnya muslim, di mana 90% dari penduduknya beragama Islam. Uniknya, berbeda dengan Indonesia yang berkeyakinan satu Mazhab, yaitu Imam Syafi’i, Mesir sebaliknya. Masyarakat Mesir sangat tinggi toleransinya terhadap perbedaan mazhab, karena masyarakat Mesir berkeyakinan pada empat mazhab, Imam Syafi’i, Imam Hanbali, Imam Maliki dan Imam Hanafi. Perbedaan mazhab inilah yang menjadi keunikan di Mesir. Berikut adalah tiga hal kebiasaan shalat tarawih di Mesir.
Pertama, setiap masjid-masjid di Mesir sepakat bahwasannya setiap tarawih wajib membaca satu juz setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan di seluruh masjid-masjid di Mesir, meskipun jumlah rakaat yang berbeda, baik 8 maupun 20 wajib membaca satu juz setiap harinya. Hal ini disepakati disepakati oleh seluruh imam-imam masjid di seluruh kawasan Kairo khususnya, mereka mempunyai standarisasi terhadap tarawih yang dilakukan di setiap masjidnya.
Walaupun terkesan lama, rasanya sama sekali tidak membosankan, karena kita akan disuguhkan dengan bacaan qiraah sab’ah atau pelafalan yang berbeda-beda setiap harinya. Lantunan yang memanjakan telinga nan merenyuhkan hati.
Kedua, pembacaan doa qunut mulai di hari pertama tarawih. Tentunya kebiasaan ini berbeda dengan Indonesia, yang mana pembacaan doa qunut hanya dilakukan setiap 15 hari di akhir Ramadhan. Akan tetapi, di seluruh masjid di Mesir memulai pembacaan qunut sejak tarawih hari pertama.
Selain pembacaan doa qunut pada umumnya, juga pembacaan qunut nazilah atau doa qunut yang diamalkan ketika umat Islam mengalami problematika, seperti keamanan, bencana alam, bencana manusia dan masalah lainnya. Imam di masjid juga menghadiahkan doa qunut nazilah untuk saudara-saudara yang di Palestina dan keamanan negara Mesir sendiri.
Ketiga, tarling atau tarawih keliling. Mahasiswa Indonesia di Mesir atau yang disebut Masisir mempunyai kebiasaan dari tahun ke tahun yaitu tarling. Kebiasaan ini tidak diketahui secara pasti kapan munculnya, akan tetapi sudah menjadi hal yang selalu ada di setiap ramadhan.
Karena Mesir mempunyai sejarah yang luas, tentunya banyak peninggalan-peninggalan, seperti penamaan jalan, bangunan yang disandarkan pada tokoh yang berpengaruh, salah satunya yaitu masjid-masjid. Tujuan adanya tarling ini adalah melihat kembali sejarah dan perjuangan para ulama dalam menyebarkan Islam di Mesir. Karena salah satu peninggalan ulama pada masa dahulu yang tertinggal adalah bangunan masjid dan makam-makam. Ini sebagai simbol bahwa ulama pada masa dahulu benar-benar pernah tinggal di Mesir. Seperti Masjid Imam Syafi’i yang memperlihatkan bahwa Imam Syafi’i benar-benar pernah singgah di Mesir. Selain Imam Syafi’i seperti benteng Salahuddin yang dibangun oleh panglima Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dalam melindungi dari tentara Salib.
Demikian adalah kebiasaan shalat tarawih yang dilakukan oleh masyarakat Mesir setiap tahunnya. Jika kalian datang ke Mesir ketika ramadhan, jangan lupa untuk mencoba bernapak tilas di masjid-masjid peninggalan sejarah.