BincangMuslimah.Com – Seluruh alam menyambut dengan penuh sukacita kelahiran bayi laki-laki yang kemudian dinamai Muhammad. Apalagi sang kakek, kebahagiaan Abdul Muthalib tak terbendung ketika ia mendengar salah seorang utusan mengabari bahwa menantunya telah melahirkan seorang cucu ke dunia.
Saat itu, Sayyidah Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki, tepatnya pada 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah. Mendengar kabar kelahiran sang cucu, Abdul Muthalib langsung bergegas dengan perasaan bahagia yang teramat sangat. Ia tak sabar ingin menemui cucunya itu.
Melalui kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum, Safi al-Rahman Mubarakfuri menceritakan, tatkala Abdul Muthalib menemui cucunya, ia langsung menggendong bayi mungil itu menuju Ka’bah, seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya.
فَيَزْعُمُونَ أَنَّ عَبْدَ الْمُطَّلِبِ أَخَذَهُ، فَدَخَلَ بِهِ الْكَعْبَةَ، فَقَامَ يَدْعُو اللَّهَ، وَيَشْكُرُ لَهُ مَا أَعْطَاهُ، ثُمَّ خَرَجَ بِهِ إلَى أُمِّهِ فَدَفَعَهُ إلَيْهَا
Artinya: Mereka mengklaim bahwa Abdul Muthalib mengambilnya dan membawa ke Ka’bah. Kemudian dia berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya atas apa yang telah Dia berikan kepadanya. Setelah itu, ia keluar menemui ibunya dan memberikannya kepadanya.
Setelah keluar dari Ka’bah, penduduk setempat bertanya kepada Abdul Muthalib perihal nama cucu yang ia gendong. Abdul Muthalib menjawab bahwa nama cucunya adalah Muhammad. Tidak puas sampai di situ, mereka kembali bertanya alasan pemberian nama Muhammad, nama yang terdengar asing di telinga masyarakat Arab pada saat itu. Abdul Muthalib mengungkapkan bahwa arti nama yang ia beri adalah orang yang terpuji, dengan harapan cucunya itu dipuji, baik di bumi maupun di langit.
Keterangan yang sama juga terdapat dalam kitab Kasyifatus Saja karya Imam Nawawi al-Bantani. Dengan nama Muhammad, Abdul Muthalib berharap agar cucunya dipuji di langit dan di bumi. Nama ini ia berikan ketika hari ketujuh kelahiran Nabi.
وَالْمُسَمَّى لَهُ بِذَالِكَ جَدُّهُ عَبْدُ الْمُطَلِّبِ فِي سَابِعِ وِلَادَتِهِ لِمَوِتِ أَبِيْهِ قَبِلَهَا, فَقِيْلَ لَهُ: لِمَ سَمَّيْتَهُ مُحَمَّدًا وَلَيْسَ مِنْ أسْمَاءِ آبَائِكَ ولَا مِنْ قْوْمِكَ ؟ فَقَألَ : رَجَوْتُ أنْ يُحْمَدَ فِي السَّمَاءِ والْأَرْضِ. وَقَدْ حَقَّقَ رَجَاءَهُ.
Artinya: Abdul Muthalib memberi nama Muhammad pada hari ketujuh karena ayahnya telah meninggal dunia sebelumnya. Ditanyakan kepada Abdul Muthalib: “Kenapa kau menamainya Muhammad, padahal nama itu bukan dari nenek moyangmu atau kaummu?” Ia berkata: “Aku berharap ia (Muhammad) dipuji di langit dan di bumi.” Allah merealisasikan harapannya.
Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa pemberian nama Muhammad itu berasal dari ibunya setelah mendapatkan kabar dari malaikat.
وَقِيْلَ: الْمُسَمَّى لَهُ بِذالِكَ أُمُّهُ. أَتَاهَا مَلَكٌ فَقَالَ لَهَأ: حَمَلْتِ بِسَيِّدِ الْبَشَرِ, فَسَمِّيْهِ مُحَمَّدًا
Artinya: Dikatakan bahwasanya yang memberikan nama Muhammad ialah ibunya (Sayyidah Aminah). Malaikat mendatanginya dan berkata: “Kamu mengandung pemimpin manusia, namailah ia Muhammad.”
Betapa besar kebahagiaan yang dirasakan Abdul Muthalib atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Kita sebagai umatnya juga hendaknya ikut berbahagia atas kelahiran Nabi di muka bumi. Ialah cahaya kebenaran, membawa umat manusia ke jalan kebenaran.
1 Comment