BincangMuslimah.Com – Kelahiran seorang anak merupakan berkah bagi kedua orang tuanya. Tentunya kehadiran sang buah hati menjadi hal yang paling dinanti-nanti. Setelah sembilan bulan menunggu, akhirnya ibu dan ayah bisa bersua dengan separuh jiwanya.
Hanya saja, situasi membahagiakan ini sempat terselip suatu kejadian yang kerap disebut Pospartum Blues. Di mana adanya depresi yang dialami oleh ibu usai melahirkan anak. Selain diakibatkan transisi yang cukup drastis, kondisi ini muncul karena ketidakseimbangan hormonal pasca melahirkan.
Gejala yang kerap ditunjukkan biasanya ibu merasa cemas, waktu tidur yang terganggu, pola makan yang tidak teratur, hingga menangis terus menerus. Ada pula perasaan tidak mampu mengurus anak sampai merasa dirinya tidaklah berguna.
Namun fenomena ini ternyata tidak hanya dirasakan oleh ibu saja. Ayah juga berisiko mengalami Postpartum Blues . Jika merujuk pada data Badan Kesehatan Dunia atau WHO disebutkan bahwa gangguan Postpartum Blues dialami sebanyak 20 persen oleh perempuan. Sedangkan laki-laki mencapai 12 persen.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya depresi pada laki-laki setelah dirinya menjadi seorang ayah. Pertama, tidaklah jauh-jauh dari kondisi kondisi ekonomi. Ketika bertambahnya anggota keluarga yang baru, tentu kebutuhan dalam rumah bertambah.
Terkadang situasi ini memberikan tekanan, terutama mereka yang memiliki kondisi ekonomi menengah ke bawah. Kedua, adanya kekhawatiran seorang laki-laki yang baru saja bertransisi menjadi seorang ayah.
Ada keraguan yang muncul dalam dirinya. Apakah ia sebagai laki-laki mampu menjadi seorang ayah. Sudah cukupkah bekal yang dibutuhkan, dan bagaimana jika ada sesuatu hal yang tidak dimengerti. Masih banyak lagi yang dapat menimbulkan buah pikiran.
Kekhawatiran ini dapat berujung pada ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh. Memicu beberapa hormon salah satunya Kortisol. Pada dasarnya hormon ini sangat berguna pada tubuh karena menjaga tekanan darah dan mengubah fungsi gula menjadi energi.
Namun ketika diproduksi secara berlebihan, hormon Kortisol dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Di antaranya masalah tidur, tekanan gula yang tidak stabil, masalah respon imun dan sebagainya. Semakin cemas dan khawatir, maka produksi hormon ini akan berlipat ganda.
Ada beberapa tanda yang bisa mengidentifikasikan seorang ayah mengalami Postpartum Blues. Di antaranya seperti mudah merasa marah, timbulnya perasaan depresi dan frustasi.
Selain gejala yang sering tampak adalah lebih sering mengurung diri, mudah alami stres, sulit berkonsentrasi dan terkadang berisiko melakukan bentuk kekerasan. Pada tahap yang tidak tertangani, ayah dapat mengalami depresi hingga berujung ingin mengakhiri nyawa sendiri.
Sayangnya, sedikit sekali yang menyadari isu postpartum blues pada ayah. Banyak yang beranggapan jika hal ini hanya terjadi pada ibu saja. Sehingga banyak kasus ini yang tidak tertangani secara baik.
Sebagian ayah mungkin ada yang bisa melewati postpartum blues. Namun beberapa malah melarikan permasalahan ini pada hal yang tidak baik. Seperti mencoba obat-obatan terlarang, melakukan tindak kekerasan hingga memutuskan untuk mengakhiri nyawanya.
Laki-laki hingga saat ini memang masih sungkan membicarakan permasalahan kesehatan mental. Banyak hal yang melatarbelakangi kenapa hal ini bisa terjadi. Sehingga beberapa permasalahan seperti postpartum blues ini pun tidak tertangani secara baik.
Sama halnya ibu, menjadi seorang ayah bukanlah perkara mudah. Seorang ayah dituntut untuk siap siaga dengan kemungkinan yang terjadi. Selain itu ia pun memberikan dukungan secara psikologi pada ibu dan membantu mengurus beberapa pekerjaan rumah tangga.
Di lain hal, menjadi ayah pertama kali butuh mental yang kuat. Manusia butuh waktu dalam menyesuaikan perubahan. Untuk menghindari situasi tidak diinginkan dari Postpartum Blues maka ada beberapa upaya yang bisa dilakukan.
Pertama, jangan sungkan untuk saling bertukar pikiran bersama pasangan. Terkadang laki-laki merasa enggan dan ingin menanggung permasalahan sendiri. Alangkah indahnya jika bisa berbagi keluh kesah.
Selain bisa meringankan beban yang menekan, bisa saja ada solusi dari permasalahan yang tengah dihadapi. Kedua, tidak perlu ragu mengakui jika diri sedang mengalami depresi. Tidak sedikit yang berpandangan jika laki-laki yang mempunyai masalah kesehatan mental adalah lemah.
Padahal tidak demikian. Gangguan kesehatan mental itu bisa saja terjadi siapa saja. Sehingga tidak perlu menyangkal dan menerima. Sehingga tidak sungkan untuk meminta pertolongan pada pihak profesional jika memang dibutuhkan.
Keempat, bertukar pikiran dengan orang-orang terdekat. Seperti saudara atau pertemanan antar lelaki. Bisa saja mereka pernah punya problem yang serupa sehingga bisa saling bertukar pikiran.
Ketiga, jangan ragu untuk meminta bantuan atau penanganan profesional seperti psikiater. Sehingga ayah bisa mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengantisipasi dampak buruk dari Postpartum Blues ini.
Di sisi lain, Islam sejatinya juga memberikan beberapa cara menghadapi pelbagai masalah yang rasanya sulit diselesaikan. Salah satu upaya untuk menentramkan hati setelah berusaha dengan berobat adalah menyerahkan segalanya pada Allah.
Dengan mengingat Allah, maka hati menjadi tenang. Hal ini disampaikan banyak di dalam Al-Quran Surah Ar-Ra’ad ayat 28.
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Menurut Zubadut Tafsir Min Fathil Qadir oleh Syaikh dr Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, Mudaris Tafsir Universitas Islam Madinah ayat ini mempunyai artian jika hati akan mendapatkan ketenangan ketiga mengingat Allah.
Bagaimana cara mengingat Allah? Upaya yang bisa dilakukan seperti berzikir, membaca Al-Quran, mengucapkan tahmid, tahlil dan sebagainya. Dengan mengingat Allah, diri merasa tidak sendiri dan hati merasa aman dan tenang.
Dari tulisan ini maka dapat ditarik kesimpulan jika ayah juga bisa mengalami postpartum blues usai kelahiran sang buah hati. Kasus ini tidak hanya terjadi pada ibu saja, sehingga perlu ada perhatian terkait hal ini. Sehingga ayah bisa pula mendapatkan penanganan yang sepatutnya.
1 Comment