Ikuti Kami

Kajian

Menjawab Pertanyaan, “Benarkah Allah Ada di Langit?”

allah ada di langit
gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Seringkali saya menemukan orang-orang dewasa yang masih kebingungan saat ditanya anak kecil, “Allah ada di mana?” Lantas dengan gamblangnya menjawab, “Allah ada di langit”, sambil menunjukkan jari ke atas. Dan tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang jawabannya tersebut. Entah apakah saat menjawab pertanyaan tersebut mereka benar-benar memahami hakikat wujud Allah SWT. dan menjawab sekadarnya sehingga mudah dimengerti anak kecil, ataupun mereka menjawab sesuai yang diyakini selama ini tanpa mengerti kebenaran aslinya.

Sebagai muslim yang mengimani Allah SWT, kita juga meyakini bahwa Dia tidak serupa dengan makhluknya. Manusia yang wujudnya tercipta dari tanah, lantas ia memiliki kepala, tangan dan kaki, maka wujud Allah SWT. tidak demikian. Manusia yang memiliki tubuh tinggi, pendek, gemuk dan kurus, maka Allah SWT. tidak demikian.

Ketika kita menyifati seseorang dengan kebaikannya, maka sifat baik Allah SWT. tidak serupa dengan sifat baik manusia. Begitu pun dalam perbuatannya-Nya (af’âl), tidak ada campur tangan makhluk di dalamnya. Allah SWT, menciptakan alam semesta dengan kehendak dan kuasa-Nya sendiri. Tanpa ada wujud lain yang membantunya. Demikian lah maksud ketidakserupaan Allah SWT. dengan makhluk-Nya.

Keyakinan kita akan hal tersebut lantas mengharuskan kita untuk meyakini bahwa Allah SWT. tidak bertempat. Sebab pengertian ‘tempat’ tidak pernah lepas dari keberadaan makhluk. Misalnya, saya katakan “buku itu ada di bawah meja”. Pernyataan tersebut membenarkan keberadaan buku ada di bawah meja dan meja ada di atas buku, serta menunjukkan keberadaan kedua benda tersebut saling bersandar satu sama lain. Sehingga buku yang bertempat tersebut dapat dinilai besar kecilnya (terukur). Oh, buku itu lebih kecil dari meja. Atau buku itu lebih besar dari meja. Atau pun buku itu sama besarnya dengan meja. 

Baca Juga:  Dalil Kehidupan Manusia Setelah Kematian

Sedangkan wujud Allah SWT. mustahil menyerupai buku tersebut. Mustahil kita membandingkan Dzat Allah SWT. dengan makhluknya. Sehingga tidak mungkin kita menyandarkan tempat bagi-Nya. Sebagaimana Allah SWT. lah yang menciptakan seluruh alam semesta. Maka tidak mungkin kita mengandaikan Allah SWT. ada di dalam ciptaannya. Di langit sekalipun.

Barangkali yang membuat sebagian kita membenarkan Allah SWT. ada di langit atau di atas adalah nash-nash Alquran dan hadits yang menggunakan redaksi al-‘uluw (secara bahasa bermakna tinggi) untuk mensifati Allah SWT. Akan tetapi, makna yang dimaksud dalam lafadz al-‘uluw tersebut adalah kehebatan, kebesaran, serta tingginya kedudukan (kekuasaan) Allah SWT. di atas makhluk-Nya. Bukan menunjukkan bahwa Allah SWT. bertempat di atas.  

Adapun hadits yang menceritakan tentang Rasulullah SAW. saat bertanya keberadaan Allah SWT. kepada seorang budak perempuan, juga seringkali disalah pahami. Ketika ditanya demikian oleh Rasulullah SAW, perempuan tersebut lantas menunjukkan jarinya ke langit. Melihat jawaban tersebut, seketika Rasulullah SAW. memerdekakannya. Hadits ini tidak kemudian menetapkan bahwa Allah SWT. ada di atas atau di langit. 

Menurut Imam Nawawi, saat itu Rasulullah SAW. sedang menguji keimanan budak perempuan tersebut dengan menanyakan keberadaan Allah SWT. Sekalipun pertanyaan tersebut mengarah pada pengandaian Allah SWT. berada di suatu tempat, sedang itu tidak dibenarkan. Adapun yang perempuan tersebut maksud dengan mengarahkan jari ke atas adalah, sebab kiblatnya muslim saat berdoa yakni ke arah atas atau ke langit (dengan menengadahkan tangan dan menghadap ke atas). Sebagaimana ka’bah menjadi kiblat sholat umat Islam. 

Sehingga pernyataan bahwa Allah SWT. bertempat di ‘Arsy, Allah SWT. duduk di singgasana ‘Arsy, Allah SWT. bertempat di langit, dan pernyataan serupa lain adalah aqidah Musyabbihah yang tidak dibenarkan. 

Baca Juga:  Tidak Bersalaman Saat Covid, Apakah Melanggar Sunnah Nabi?

Jika ada seseorang yang menanyakan, “Allah ada di mana?” maka cukup kita jawab bahwa Allah SWT. tidak menyerupai makhluk-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Surat al-Syura, “laisa kamitslihi syaiun wa huwa al-samî’u al-bashir”.  Lalu kita ajak orang tersebut untuk bertafakur tentang sifat-sifat yang pantas disandarkan kepada Allah SWT. dan sifat-sifat makhluk yang tidak mungkin dapat disandarkan kepada-Nya. 

Lantas bagaimana sebenarnya hakikat Allah SWT? Benarkah Allah ada di langit? “Tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT.” 

Rekomendasi

Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat

Cara Ulama Salaf Memahami Teks Sifat

muktazilah kebolehan melihat Allah muktazilah kebolehan melihat Allah

Bantahan terhadap Muktazilah tentang Kebolehan Melihat Allah

percaya pada ramalan zodiak percaya pada ramalan zodiak

Bolehkah Percaya pada Ramalan Zodiak?

Imam Abu al-Hasan Muktazilah Imam Abu al-Hasan Muktazilah

Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari; dari Muktazilah Hingga Kemunculan Mazhab Asy’ari

Ditulis oleh

Tanzila Feby Nur Aini, mahasiswi Universitas al-Azhar, Kairo di jurusan Akidah dan Filsafat. MediaI sosial yang bisa dihubugi: Instagram @tanzilfeby.

Komentari

Komentari

Terbaru

Anak Meninggal Sebelum Hari Ketujuh, Masihkah Diakikahi?

Ibadah

Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir Surah ar-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Surah al-Ra’du Ayat 28: Menjaga kesehatan Mental dengan Berzikir

Muslimah Daily

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Dua Pendapat Imam As-Syafi’i Mengenai Air Musta’mal

Ibadah

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect