BincangMuslimah.Com – Nabi saw. tidak hanya memiliki anak-anak kandung. Beliau juga memiliki anak-anak tiri. Di antaranya adalah Zainab binti Abi Salamah (Abdullah) bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Ia adalah anak tiri Rasulullah saw. setelah beliau menikah dengan Ummu Salamah yang telah memiliki empat anak: Umar, Salamah, Durrah, dan Zainab.
Ketika itu, Ummu Salamah ditinggal wafat oleh suaminya (Abu Salamah), sementara Zainab masih menyusu kepadanya. Asma’ binti Abi Bakar pun ikut menyusui Zainab yang masih kecil. Ia menjadi anak susuan yang paling Asma’ cintai.
Saat lahir, nama asli Zainab adalah Barrah. Lalu, Rasulullah saw. mengganti namanya dengan nama Zainab karena nama Barrah adalah salah satu nama yang dilarang. Hal ini pun ia ajarkan kepada orang lain yang hendak menamai anaknya dengan nama Barrah sebagaimana terekam dalam hadis berikut.
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ قَالَ سَمَّيْتُ ابْنَتِى بَرَّةَ فَقَالَتْ لِى زَيْنَبُ بِنْتُ أَبِى سَلَمَةَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنْ هَذَا الاِسْمِ وَسُمِّيتُ بَرَّةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ ». فَقَالُوا بِمَ نُسَمِّيهَا قَالَ « سَمُّوهَا زَيْنَبَ ». رواه مسلم.
Artinya: Dari Muhammad bin Amru bin Atha’, ia berkata, “Aku memberi nama putriku “Barrah”. Lalu Zainab binti Abi Salamah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang nama ini, dulu aku diberi nama Barrah, lalu Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu mengangap dirimu telah suci, Allah lah yang lebih tahu siapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu.” Para sahabat bertanya, “Lalu, nama apakah yang harus kami berikan kepadanya.” Beliau bersabda, “Namai ia Zainab.” (H.R. Muslim)
Zainab binti Abi Salamah dikenal sebagai salah satu sahabat perempuan yang banyak meriwayatkan hadis dari guru-gurunya. Di antara gurunya adalah Ummahatul Mukminin: istri-istri Nabi saw., yaitu: ibunya (Ummu Salamah), Zainab binti Jahsy, Aisyah, dan Ummu Habibah.
Sementara murid-muridnya adalah Urwah, Ali bin Ali Husain, Al-Qasim bin Muhammad, Abu Qilabah, Kulaib bin Wail, Muhammad bin Amru bin Atha’, Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, Irak bin Malik, anaknya; Abu Ubaidah bin Ubdillah bin Zam’ah, dan masih banyak lagi.
Hadisnya tersebar dalam kitab-kitab hadis, khususnya enam kitab hadis induk; Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibn Majah.
Adapun di antara hadis yang telah ia riwayatkan adalah sebagai berikut:
عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ امْرَأَةُ أَبِي طَلْحَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي مِنْ الْحَقِّ هَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا هِيَ احْتَلَمَتْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ إِذَا رَأَتْ الْمَاءَ رواه البخاري.
Artinya: Dari Zainab binti Abi Salamah dari Ummu Salamah: Ummul Mukminin, ia berkata, “Ummu Sulaim; istrinya Abu Thalhah datang menemui Rasulullah saw., lalu ia bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari perkara yang baik. Apakah bagi perempuan wajib mandi besar jika ia mimpi (basah)?” Maka Rasulullah saw. menjawab, “Iya, jika ia melihat air (keluar air mani).” (H.R. Al-Bukhari)
Dikisahkan bahwa Amru bin Syuaib pernah mendatangi Zainab binti Abi Salamah yang bercerita kepadanya, Rasulullah saw. pernah duduk di samping Ummu Salamah, sedangkan Hasan dan Husein di sisi-sisi beliau, sementara Fatimah di pangkuannya. Beliau berkata, “Semoga rahmat dan berkah Allah atas kalian ahlul bait, sesungguhnya Allah Maha Memuji dan Maha Mulia.” Padahal, aku dan Ummu Salamah sedang duduk juga di rumah beliau. Ummu Salamah pun menangis dan Rasulullah saw. melihatnya. Lalu, beliau berkata, “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab, “Engkau mengistimewakan mereka dan meninggalkanku serta anak perempuanku.” Rasulullah saw. pun bersabda, “Engkau dan anakmu juga termasuk ahlul bait.” Kisah ini menunjukkan bahwa ahlul bait tidak terbatas pada sayyidah Khadijah, Fatimah, Ali, dan keturunannya, tetapi seluruh keluarga Nabi saw.
Zainab binti Abi Salamah tidak hanya dikenal sebagai sahabat perempuan yang meriwayatkan hadis, ia juga dikenal sebagai ahli fikih. Abu Rafi berkata, “Ketika aku menyebut perempuan di Madinah yang ahli fikih maka aku menyebut Zainab binti Abi Salamah.”
Perempuan yang menikah dengan Abdullah bin Zam’ah bin Al-Aswad Al-Asadi ini wafat di Madinah sekitar tahun antara 71-80 H. Hal ini disebabkan karena ada yang mengatakan ia meninggal pada tahun 73 H dan 74 H. Saat itu, sahabat Ibnu Umar r.a. turut hadir untuk menghormati jenazahnya. Wa Allahu a’lam bis shawab.