Ikuti Kami

Muslimah Talk

Problematika Kesiapan Menikah di Zaman Now

Problematika Kesiapan Menikah di Zaman Now
freepik.com

BincangMuslimah.Com – Kesiapan menikah bukan hanya soal cinta, tapi mencakup berbagai aspek penting yang perlu dipertimbangkan secara matang. Kesiapan menikah di zaman now menjadi sangat penting karena tantangan kehidupan berumah tangga semakin kompleks.

Di tengah arus informasi yang cepat, gaya hidup yang dinamis, serta tekanan sosial dan ekonomi, pernikahan sebagai komitmen jangka panjang membutuhkan kedewasaan berpikir dan sikap.

Tanpa kesiapan yang matang, pernikahan rentan terhadap perselisihan dan bahkan perceraian. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental, keuangan, serta masa depan anak jika sudah memiliki keturunan. Oleh karena itu, kesiapan menikah bukan hanya keinginan, tetapi sebuah keharusan dengan pertimbangan secara serius.

 

Perubahan Makna Pernikahan di Era Modern

Perubahan makna pernikahan di era modern mencerminkan dinamika sosial, budaya dan teknologi yang terus berkembang.

Salah satu perubahan paling mencolok adalah bergesernya peran gender dalam pernikahan. Jika dahulu suami dianggap sebagai pencari nafkah utama dan istri sebagai pengurus rumah tangga, kini banyak pasangan yang berbagi tanggung jawab secara lebih setara.

Perempuan semakin aktif dalam dunia kerja, sementara laki-laki juga mulai terlibat lebih banyak dalam urusan domestik dan pengasuhan anak. Hal ini membawa makna pernikahan menjadi lebih fleksibel.

Selain itu, isu-isu seperti penundaan usia menikah juga mencerminkan adanya kebebasan individu yang lebih besar dalam menentukan arah hidup mereka.

Namun di balik semua perubahan ini, pernikahan tetap memiliki makna penting sebagai simbol komitmen. Maka dari itu, perubahan makna pernikahan di era modern bukan berarti kehilangan nilai, melainkan penyesuaian terhadap realitas dan kebutuhan zaman.

 

Kesiapan Fisik, Emosional dan Mental

Kurangnya kematangan emosional menjadi salah satu tantangan besar dalam pernikahan di era modern. Banyak pasangan yang memasuki pernikahan dengan ekspektasi tinggi, membayangkan hubungan yang selalu harmonis, romantis, dan tanpa konflik.

Baca Juga:  Yenny Wahid, Penerus Estafet Keberagaman

Ketika kenyataan menunjukkan bahwa pernikahan melibatkan kerja sama, kompromi, dan kadang pertengkaran, sebagian pasangan menjadi kecewa. Hal ini menunjukkan bahwa emosional pasangan seringkali belum cukup matang untuk menghadapi kompleksitas hubungan jangka panjang.

Kematangan emosional mencakup kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi sendiri serta memahami perasaan pasangan. Ketahanan mental dibutuhkan untuk menghadapi tekanan kehidupan rumah tangga, seperti masalah ekonomi, perbedaan pola asuh, atau intervensi keluarga besar. Ketika ketahanan ini lemah, pasangan cenderung mudah menyerah atau saling menyalahkan saat menghadapi kesulitan.

Fenomena meningkatnya angka perceraian di kalangan pasangan muda juga menjadi indikator lemahnya kesiapan mental dan emosional dalam menjalani pernikahan. Banyak yang belum memiliki keterampilan menyelesaikan konflik secara dewasa atau tidak memiliki mekanisme untuk menghadapi stres bersama.

Karena itu, penting bagi individu untuk membekali diri dengan pemahaman mendalam tentang makna pernikahan, keterampilan komunikasi yang sehat, dan kesadaran akan pentingnya tumbuh bersama pasangan.

 

Tantangan Ekonomi dan Kemandirian Finansial

Tingginya standar ekonomi di era modern menjadi salah satu penyebab utama mengapa banyak orang menunda pernikahan. Tekanan sosial untuk memiliki rumah sendiri, kendaraan, pesta pernikahan mewah, membuat banyak individu merasa belum pantas menikah.

Fenomena generasi sandwich juga turut memperparah kondisi ini. Istilah ini mengacu pada individu yang harus menanggung beban finansial dua generasi sekaligus: orangtua yang sudah lansia dan anak-anak yang masih bergantung. Banyak anak muda belum bisa fokus membangun kehidupan sendiri karena harus membantu ekonomi keluarga inti mereka.

Selain itu, tantangan dalam mencapai kemandirian finansial juga berkaitan dengan ketidakstabilan pekerjaan, gaji yang tidak sebanding dengan biaya hidup, serta kurangnya akses terhadap peluang ekonomi yang merata.

Baca Juga:  Begal Payudara di Duren Sawit; Stop Menyalahkan Pakaian yang Dikenakan Korban Pelecehan Seksual

Realitas ini membuat pernikahan menjadi sesuatu yang tampak jauh dari jangkauan, bukan karena tidak ada pasangan, tapi karena merasa belum cukup “mapan”.

 

Peran Keluarga dan Budaya dalam Pernikahan

Pengaruh keluarga, budaya, dan adat memainkan peran besar dalam membentuk kesiapan seseorang untuk menikah, baik dalam mempercepat maupun menghambat proses tersebut.

Kesiapan sosial seseorang pun sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan keluarga mendukung atau justru menghambat proses tersebut. Dukungan emosional dan psikologis dari keluarga bisa membuat seseorang merasa lebih percaya diri dan stabil dalam mengambil keputusan menikah.

Penting juga menyadari bahwa pernikahan bukan hanya menyatukan dua individu, tetapi juga menyatukan dua keluarga dengan nilai, kebiasaan, dan budaya yang mungkin sangat berbeda. Maka, kesiapan menikah bukan hanya soal hubungan pribadi, tetapi juga kesiapan untuk membangun hubungan antar keluarga.

Karena itu, kesiapan menikah tidak bisa dilihat secara individual semata. Faktor eksternal seperti latar belakang keluarga, nilai-nilai budaya, dan dukungan sosial juga sangat menentukan. Semua aspek ini harus dipertimbangkan secara seimbang agar pernikahan dapat berjalan harmonis dan berkelanjutan.

 

Rekomendasi

Mahasiswa Magister Studi Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Komentari

Komentari

Terbaru

keringanan tidak puasa, pendidikan prenatal ibu hamil keringanan tidak puasa, pendidikan prenatal ibu hamil

Empat Pendidikan Prenatal yang Harus Ibu Hamil Tahu

Muslimah Daily

Bagaimana Cara Mengurus Jenazah Korban Bencana? Bagaimana Cara Mengurus Jenazah Korban Bencana?

Bagaimana Cara Mengurus Jenazah Korban Bencana?

Kajian

Gerakan Keulamaan Perempuan: Komitmen KUPI untuk Meneguhkan Berpihak Pada Kemanusiaan Gerakan Keulamaan Perempuan: Komitmen KUPI untuk Meneguhkan Berpihak Pada Kemanusiaan

Gerakan Keulamaan Perempuan: Komitmen KUPI untuk Meneguhkan Berpihak Pada Kemanusiaan

Berita

UP-X онлайн-казино : способы оплаты — карты и кошельки

Tak Berkategori

Ulama Nusantara ; Kiai Sholeh Darat Ulama Nusantara ; Kiai Sholeh Darat

Tapak Tilas Jejak Mahaguru Ulama Nusantara di Kakap Darat (Eps. 1)

Diari

Rosita Istiawan: Perempuan yang Menyulap Lahan Kritis Menjadi Lahan Organik Rosita Istiawan: Perempuan yang Menyulap Lahan Kritis Menjadi Lahan Organik

Rosita Istiawan: Perempuan yang Menyulap Lahan Kritis Menjadi Lahan Organik

Muslimah Talk

Ekofeminisme tafsir Saleh Darat Ekofeminisme tafsir Saleh Darat

Nilai-nilai Ekofeminisme dalam Tafsir Kyai Saleh Darat

Kajian

Fikih Kebencanaan : Bagaimana Salat saat Situasi Bencana Alam? Fikih Kebencanaan : Bagaimana Salat saat Situasi Bencana Alam?

Fikih Kebencanaan : Bagaimana Salat saat Situasi Bencana Alam?

Kajian

Trending

Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib Hukum Berhubungan Intim saat Belum Mandi Wajib

Hukum Menyetubuhi Istri yang Sedang Istihadah

Kajian

pendarahan sebelum melahirkan nifas pendarahan sebelum melahirkan nifas

Apakah Darah yang Keluar Setelah Kuret Termasuk Nifas?

Kajian

Darah nifas 60 hari Darah nifas 60 hari

Benarkah Darah Nifas Lebih dari 60 Hari Istihadhah?

Kajian

flek cokelat sebelum haid flek cokelat sebelum haid

Muncul Flek Coklat sebelum Haid, Bolehkah Shalat?

Kajian

Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Apakah Darah Kuning dan Hitam Disebut Darah Haid?

Kajian

Perempuan Istihadhah mandi shalat Perempuan Istihadhah mandi shalat

Wajibkah Perempuan Istihadhah Mandi Setiap Hendak Shalat?

Kajian

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

Nikah Siri Sah dalam Islam? Ini Kata Pakar Perbandingan Mazhab Fikih

Keluarga

Darah Haid yang Terputus-putus Darah Haid yang Terputus-putus

Rumus Menghitung Darah Haid yang Terputus-putus

Kajian

Connect