Ikuti Kami

Muslimah Talk

Pernikahan Dini, Lebih Banyak Manfaat atau Mudhorat?

Luna dan Maxime: Apakah Sah Akad Nikahnya?
www.freepik.com

BincangMuslimah.Com- Pernikahan merupakan salah satu syariat yang disunnahkan dalam Islam. Akan tetapi hukum kesunnahan ini tidak bersifat mutlak karena harus mempertimbangkan kesiapan kedua belah pihak baik dalam hal ekonomi maupun kesiapan biologis. Akan tetapi, pada sebagian wilayah memiliki tradisi untuk menikahkan anaknya yang masih berusia dini dengan dalih agar si anak terhindar dari fitnah dan terhindar dari zina.

Hal ini kemudian juga menjadi pandangan bagi sebagian orang untuk menikahkan anaknya yang mungkin pada hakikatnya belum siap secara fisik dan mental. Oleh karena itu tulisan ini akan membahas tentang pernikahan dini dipandang dari sisi manfaat dan mudhoratnya dengan berkaca kepada pernikahan dini di masa Rasulullah dan masa sekarang.

 

Usia Ideal Menikah

 

Di dalam syariat Islam, sejatinya memang tidak menyebutkan secara eksplisit tentang batasan minimal usia seseorang untuk menikah. Akan tetapi, Islam memberikan batasan deskriptif dalam memberi kriteria seseorang yang sudah memasuki usia yang dianjurkan untuk menikah. Salah satunya sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Ibn Qasim di dalam kitab Fath al-Qarib al-Mujib fi Syarh Alfazh al-Taqrib halaman 224:

والنكاح مُستحَبٌّ لمن يحتاج إليه بتَوقَان نفسه للوطء، ويجد أُهْبَته كمَهر ونفقة

“Nikah itu disunnahkan bagi orang yang butuh untuk menikah karena adanya 2 hasrat. Yaitu Hasrat untuk melakukan hubungan suami istri dan adanya uhbah (biaya) seperti mahar dan nafkah.”

Sementara di dalam hukum di Indonesia disebutkan bahwa usia minimal menikah bagi laki-laki dan perempuan adalah ketika berusia 19 tahun. Sebagaimana yang disebutkan di dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 sebagai amandemen dari UU Nomor 1 Tahun 1974.

Kedua aturan ini menunjukkan bahwa untuk menjalani pernikahan, seseorang harus matang baik dalam hal biologis dan harus memiliki kecukupan dalam ekonomi, paling tidak ekonomi yang meliputi biaya mahar dan nafkah harian. Kondisi seperti inilah yang masuk sebagai usia ideal menikah.

Baca Juga:  Dr. Atiyatul Ulya: Kesadaran Emansipasi Perempuan Tumbuh Sejak Masa Nabi

Sedangkan pernikahan dini adalah pernikahan oleh laki-laki dan perempuan yang belum cukup umur untuk menikah, belum dewasa atau masih muda dan belum mampu untuk menjalankan kehidupan rumah tangga. Dalam kondisi seperti ini, jika sudah diputuskan untuk menikah, tentu akan memberikan dampak negatif bagi kedua belah pihak terutama bagi perempuan.

 

Dampak Pernikahan Dini

 

Pada zaman sekarang, sebagian orang menganggap pernikahan dini sebagai solusi agar anak terhindar dari fitnah dan zina bahkan sebagai bentuk dari penyelamatan terhadap ekonomi keluarga. Orang yang berpikiran seperti ini tentu akan memandang pernikahan dini sebagai perbuatan yang bermanfaat.

Padahal, di balik dari manfaat tersebut terdapat mudhorat/dampak negatif yang timbul dari pernikahan dini. Di antaranya berupa dampak negatif pada pendidikan, kesehatan dan biologis-psikologis.

Abdul Mufid menyebutkan dampak-dampak tersebut di dalam kajiannya tentang “Problematika Early Marriege (Pernikahan Dini) dalam Perspektif Hadis” yang secara ringkas sebagai berikut.

Pertama, pendidikan. Semangat belajar seseorang yang sudah menikah cenderung menurun karena harus menyelesaikan banyaknya tugas dan masalah di dalam rumah tangga. Hal ini berpotensi mengubur cita-cita anak yang ingin berpendidikan tinggi.

Kedua, kesehatan. Pernikahan dini sangat berdampak pada kesehatan perempuan. Karena saat perempuan menikah di usia dini, fisik perempuan sejatinya belum siap. Sehingga menyebabkan perempuan berpotensi terkena penyakit ginekologi seperti infeksi rahim dan kanker serviks.

Ketiga, biologis-psikologis. Anak usia dini pada hakikatnya belum siap untuk melakukan hubungan intim karena kemampuan reproduksi biologisnya belum matang. Hal ini bisa menyebabkan luka dan infeksi pada alat reproduksi. Saat usia ini, jika terjadi kehamilan juga bisa menyebabkan trauma seperti baby blues dan lain-lain. Menikah pada usia dini juga rentan menimbulkan pertengkaran yang berpotensi mengganggu kesehatan mental. Karena pada usia dini, seseorang masih memiliki emosi yang labil dan cara berpikir yang belum matang.

Baca Juga:  Bolehkah Mempelai Perempuan Menentukan Jumlah Mahar?

 

Pernikahan Dini di Masa Rasulullah

 

Pada zaman Rasulullah, pernikahan dini sudah terjadi. Bahkan Rasulullah mengalami sendiri yang menikahi Sayyidah Aisyah yang masih berumur 6 tahun. Hal ini sebagaimana riwayat oleh Imam Muslim di dalam kitab Sahih Muslim jilid 2 halaman 1039 Nomor 1422:

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: «‌تَزَوَّجَهَا ‌رَسُولُ ‌اللهِ ‌صَلَّى ‌اللهُ ‌عَلَيْهِ ‌وَسَلَّمَ ‌وَهِيَ ‌بِنْتُ ‌سِتٍّ، وَبَنَى بِهَا وَهِيَ بِنْتُ تِسْعٍ، وَمَاتَ عَنْهَا وَهِيَ بِنْتُ ثَمَانَ عَشْرَةَ

“Dari Aisyah ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw menikahinya ketika ia berumur 6 tahun, serumah dengannya ketika berumur 9 tahun dan ditinggal wafat oleh Rasulullah ketika berumur 18 tahun.”

Pada hadis ini terlihat bahwa Rasulullah memang menikahi Sayyidah Aisyah ketika ia masih berusia belia. Akan tetapi Rasulullah tidak langsung tinggal serumah dengannya. Melainkan menunggu Sayyidah Aisyah puber terlebih dahulu.

Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah melakukan perkawinan secara hakikat ketika kondisi Sayyidah Aisyah sudah matang baik secara fisik ataupun mental. Di samping, tradisi orang Arab melatarbelakangi alasan ini pada waktu tersebut, juga mimpi Rasulullah yang melihat Jibril menyampaikan petunjuk dari Allah untuk melangsungkan pernikahan dengan Sayyidah Aisyah yang berulang selama 3 malam berturut-turut.

 

Pernikahan Dini di Masa Sekarang

 

Beda halnya dengan pernikahan dini yang terjadi pada masa Rasulullah. Pada masa sekarang melangsukan pernikahan dini tanpa menunggu kematangan fisik, mental dan finansial anak. Tentu tidak menganjurkan hal ini karena akan menimbulkan dampak-dampak negatif.

Namun, belakangan viral pernikahan seorang influencer yang membuat para netizen khususnya yang berusia dini mengharapkan pernikahan di usia muda. Dalam konteks ini, perlu memahami tentang ketentuan awal anjuran menikah adalah sudah memiliki kesiapan fisik, mental dan finansial.

Baca Juga:  Review Film “The Stoning of Soraya”; Suara Perempuan yang Dibungkam

Sehingga pernikahan bukan hanya ikatan perjanjian mengarungi kehidupan saja, melainkan juga harus mempertimbangkan faktor ekonomi, psikologis dan biologis yang harus matang terlebih dahulu. Agar tujuan dari pernikahan untuk mendapatkan sakinah melalui mawaddah dan rahmah dapat terwujud.

Rekomendasi

kampanye pernikahan anak kampanye pernikahan anak

Soroti Aisha Wedding Terkait Pernikahan Anak, Berikut 3 Pernyataan KUPI

Islam menyunahkan Nikah muda Pernikahan di Bawah Umur Islam menyunahkan Nikah muda Pernikahan di Bawah Umur

Mengapa Agama Menjadi Legitimasi Pernikahan Anak?  

Hukum Puasa Mutih Bagi Calon Pengantin Hukum Puasa Mutih Bagi Calon Pengantin

Benarkah Alasan Pernikahan Dini Untuk Menghindari Zina?

Wawancara Dr. Nur Rofiah: Islam dan Pemanusiaan Penuh Perempuan ala Nur Rofiah Wawancara Dr. Nur Rofiah: Islam dan Pemanusiaan Penuh Perempuan ala Nur Rofiah

Wawancara Dr. Nur Rofiah: Bahaya Pernikahan Dini dari Kacamata Agama, Sosial, hingga Kesehatan.

Ditulis oleh

Alumnus Ponpes As'ad Jambi dan Mahad Ali Situbondo. Tertarik pada kajian perempuan dan keislaman.

Komentari

Komentari

Terbaru

Novel Guru Aini: Sebuah Narasi Haru tentang Pendidikan, Tekad, dan Perempuan Tangguh Novel Guru Aini: Sebuah Narasi Haru tentang Pendidikan, Tekad, dan Perempuan Tangguh

Novel Guru Aini: Sebuah Narasi Haru tentang Pendidikan, Tekad, dan Perempuan Tangguh

buku

Advokasi Moderasi Beragama: Hasil Riset El-Bukhari Institute Diserahkan Kemenag dan Kemendagri Advokasi Moderasi Beragama: Hasil Riset El-Bukhari Institute Diserahkan Kemenag dan Kemendagri

Advokasi Moderasi Beragama: Hasil Riset El-Bukhari Institute Diserahkan ke Kemenag dan Kemendagri

Berita

Ketika Drama Korea Tak Lagi Melulu tentang Percintaan

Diari

PPIM-UIII Gelar Konferensi Internasional Lingkungan dan Agama, Tekankan Jalan Baru Aksi Lingkungan PPIM-UIII Gelar Konferensi Internasional Lingkungan dan Agama, Tekankan Jalan Baru Aksi Lingkungan

PPIM-UIII Gelar Konferensi Internasional Lingkungan dan Agama, Tekankan Jalan Baru Aksi Lingkungan

Berita

islamophobia islamophobia

Lagi-lagi Timbul Islamophobia?

Diari

Juwairiyah Binti al-Harist : Putri Pemuka Bani Mustaliq yang Dinikahi Rasulullah

Muslimah Talk

Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-1 Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-1

Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-2 (end)

Muslimah Daily

Perbedaan Gerakan Takbiratul Ihram Bagi Perempuan

Video

Trending

Nasihat Pernikahan Gus Mus Nasihat Pernikahan Gus Mus

Doa untuk Pengantin Baru

Ibadah

Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an (Bag 2) Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur'an (Bag 2)

Perempuan-perempuan yang Disebutkan dalam Al-Qur’an (Bag 2)

Muslimah Talk

Perempuan Shalat Hanya Memakai Mukena Tanpa Baju di Baliknya, Apakah Sah?

Video

Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin

Doa yang Dipanjatkan Fatimah az-Zahra pada Hari Senin

Ibadah

Perbedaan Gerakan Takbiratul Ihram Bagi Perempuan

Video

Hukum Menalak Istri saat Mabuk Hukum Menalak Istri saat Mabuk

Hukum Menalak Istri saat Mabuk

Kajian

Juwairiyah Binti al-Harist : Putri Pemuka Bani Mustaliq yang Dinikahi Rasulullah

Muslimah Talk

menyantuni anak yatim muharram menyantuni anak yatim muharram

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Di Bulan Muharram

Kajian

Connect