BincangMuslimah.Com – Ibadah haji yang terlaksana setiap tahun di Mekkah dan Madinah adalah moment yang melibatkan penduduk seluruh negara. Dalam proses penjagaan dan ketertiban, pemerintah Arab Saudi meugaskan polisi sebagai petugas keamanan. Saat umrah mereka memang bertugas, tapi saat pelaksanaan haji aktifitas penjagaan dan tenaga keamanan ditingkatkan. Sejak 2020, pemerintah Arab Saudi juga melibatkan polisi perempuan dalam penjagaan haji.
Dilansir dari Arabnews.com, keterlibatan perempuan sebagai petugas keamanan pertama kali dilakukan tahun 2020. Hal ini melihat kebutuhan yang mendesak sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Semakin tahun, pemerintah Arab Saudi memberi kelonggaran aktifitas bagi perempuan di ranah publik, termasuk dalam penjagaan jamaah haji. Hal ini tentu patut diapresiasi sebagai langkah kongkrit mewujudkan citra Islam yang moderat dan adil.
Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi juga mencabut pelarangan mengemudi bagi wanita pada tahun 2018 (BBC.com). Pencabutan larangan ini untuk mewujudkan modernisasi Arab Saudi yang memiliki keberagaman latar belakang. Larangan tersebut sejak dahulu diberlakukan bagi perempuan. Perempuan harus selalu didampingi mahramnya jika ingin berpegian jauh dan juga mendapat izin tertulis dari ayahnya.
Keterlibatan perempuan dalam aktifitas publik memang seharusnya diberlakukan. Salah satunya adalah ibadah haji yang mendatangkan penduduk dari berbagai negara baik laki-laki maupun perempuan. Polisi perempuan dilibatkan demi memastikan physical distancing yang diterapkan selama ibadah haji berlangsung.
Afnan Abu Husein, perempuan pertama yang lolos pelatihan mengaku bangga bisa terlibat dalam penjagaan ibadah haji. Itu disampaikan saat ia diwawancara oleh al-Ekhbariya TV pada 2020. Tentu ini tampaknya menjadi kesempatan yang dinanti-nanti oleh banyak perempuan. Mereka menginginkan aktifitas dan peran mereka di publik diakui. Selain itu, momen haji adalah momen yang tak terlupakan bagi muslim. Maka keterlibatan perempuan dalam penertiban dan keamanan juga merupakan momen yang membanggakan.
Selain memastikan terlaksananya pemberlakuan protokol kesehatan bagi jamaah haji, para polisi perempuan harus memastikan fasilitas bagi tiap jamaah yang dibagi beberapa kelompok. Selain itu, mereka juga harus memastikan kesehatan setiap jamaah haji dan memenuhi kebutuhan mereka seperti kebutuhan obat-obatan dan lainnya.
Polisi perempuan saat haji diperlukan juga untuk memastikan jamaah haji perempuan dalam keadaan sehat. Mereka dibutuhkan karena harus memeriksa kamar sampai hotel-hotel mereka untuk benar-benar memastikan kondisi jamaah haji.
Keputusan melibatkan perempuan dalam penjagaan haji perlu diapresiasi. Pasalnya, Mekkah dan Madinah sebagai pusat keislaman dunia menjadi contoh dan kiblat bagi muslim di negara lain. Ini menunjukkan nilai Islam yang adil karena mampu mewujudkan keramahan bagi perempuan dalam keterlibatan mereka di publik. Karena sebelumnya pemerintah Arab Saudi hanya mempekerjakan laki-laki, membolehkan laki-laki di publik, dan mengakui kinerja laki-laki.
Semoga ada keputusan lainnya yang bisa turut melibatkan perempuan di ranah publik. Karena itu artinya pemerintah mengakui eksistensi perempuan dan kemampuan mereka. Juga menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang bisa memberi ruang bagi perempuan.