Ikuti Kami

Muslimah Talk

Mengenal Rasuna Said: Ulama, Politikus dan Pejuang Pendidikan Perempuan di Indonesia

rasuna said

BincangMuslimah.Com – Nama Rasuna Said menjadi sangat tidak asing, namanya menjadi jalan utama di Jakarta. Namanya juga masuk dalam deretan nama pahlawan Nasional. Dalam deretan ulama perempuan Indonesia, beliau merupakn seseorang yang sangat berperan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Rasuna Said dilahirkan pada 14 September 1910 di Maninjau, Agam, Sumatera Barat.

Beliau merupakan keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhammad Said, seorang pengusaha dan aktivis pergerakan. Setelah Sekolah Dasar, beliau dikirim oleh ayahnya untuk belajar di Pesantren Ar-Rasyidiyah. Beliau dikenal sebagai siswi yang cerdas, tangkas, dan pemberani. Kemudian, ia pindah bersekolah ke Diniyah Putri di Padang Panjang. Di sanalah beliau berjumpa seorang guru bernama Zainuddin Labai El-Junusiah, merupakan seorang tokoh gerakan Tawalib.

Awal Mula Pergerakan Rasuna Said

Rasuna Said memilih bergabung dengan organisasi Sarekat Rakyat (SR) dengan Tan Malaka sebagai tokoh pusatnya. Pada 1926, beliau resmi diangkat menjadi sekretaris di SR cabang Sumatera Barat, pada saat itu beliau baru berusia 16 tahun. Selanjutnya, beliau melanjutkan belajar berorganisasi dengan bergabung di Persatuan Muslim Indonesia (Permi). Permi mengadakan rapat di Payakumbuh pada 19 November 1932.

Beliau juga mendirikan sekolah Thawalib di Padang. Rasuna Said aktif memberikan kursus-kursus atau latihan seperti berpidato dan latihan berdebat. Dengan kepiawaiannya, beliau menjadi satu-satunya menerima julukan “Singa Betina”.

Pada 1930, sebagai seorang orator ulung, kebanyakan pidatonya menjelaskan tindakan yang dilancarkan penjajah Belanda ialah untuk memperbodoh dan memiskinkan bangsa Indonesia, menanamkan jiwa perbudakan yang menyebab rakyat sangat menderita, malas dan tidak bertanggung jawab. Ketajaman kritik itu membuatnya sempat ditangkap dan dipenjara pada 1932.

Beliau menjadi perempuan pertama Indonesia yang terjerat hukum Speek Delict, hukum kolonial Belanda yang menyatakan seseorang bisa dihukum karena berbicara menentang pemerintah Belanda. Setelah menjalani hukuman satu tahun penjara di Semarang, beliau pindah ke Medan. Api perjuangannya kembali berkobar saat Jepang mulai berkuasa.

Baca Juga:  Aisyah binti Saad bin Abi Waqqash : Tabi'in Perempuan yang Menjadi Guru Para Ulama

Beliau kembali ke Sumatera Barat, kemudian bergabung dengan Pemuda Nippon Raya. Beliau kemudian andil bagian dalam Giyugun atau tentara sukarela sebagai bagian perempuan yang bertugas di logistik. Pada 31 Agustus 1945, beliau mengikuti pembentukan KNID-SB, sebelum bergabung dalam KNIP. Pembentukan lembaga ini merupakan sebagai bentuk pengakuan rakyat Sumatera terhadap proklamasi kemerdekaan dengan kedua pemimpinnya yakni Soekarno dan Hatta. Begitulah kiprah politik dari Rasuna Said.

Kiprah Rasuna Said di Bidang Pendidikan

Rasa peduli Rasuna Said terhadap dunia pendidikan telah ada sejak beliau berada di Sekolah Diniyah. Sekolah ini memilki tradisi dimana setiap murid harus belajar untuk mengajar murid-murid tingkat bawahnya.

Rasuna Said merupakan salah satu pengajar di Sekolah Diniyah Putri. Dia berkeyakinan bahwa setidaknya seorang pelajar perlu dilengkapi berbagai macam kepandaian untuk mereka yang berkecimpung dalam dunia pergerakan. Pendidikan politik menjadi penting untuk murid-murid sebagai upaya keluar dari penjajah.

Tapi Rahmah El Yunusiah merasakan kekhawatiran dengan perilaku murid-muridnya pasca ajaran politik yang diberikan oleh Rasuna Said. Beberapa tokoh penting yang disegani akhirnya memutuskan untuk memindahkan beliau dari Diniyah Putri.

Perjuangan dan pergerakan beliau tidak berhenti disini, beliau kemudian mendirikan Kursus Pemberantasan Buta huruf dengan nama Sekolah Menyesal, membuka sekolah Thawalib kelas Rendah di Padang dan mengajar di Sekolah Thawalib Puteri, serta memimpin Kursus Puteri dan Kursus Normal di Bukittinggi. Setelah terjadi perselisihan pendapat dan bubarnya Permi pada 1937, beliau memilih pindah ke Medan, Sumatera Utara . Ia kemudian mendirikan sekolah dengan nama Perguruan Puteri. Lembaga ini dikhususkan bagi perempuan.

Karir Politik Rasuna Said

Sebelum pindah ke Medan, beliau pernah bergabung dalam kegiatan penulisan atau jurnalistik saat menempuh pendidikan di Islamic College. Beliau terpilih menjadi pemimpin redaksi sebuah majalah. Majalah ini bernama majalah “Raya”. Setelah Permi bubar, Rasuna Said pergi ke Medan. Beliau menuangkan bakat jurnalistiknya dengan menerbitkan sekaligus sebagai pemimpin redaksi sebuah majalah bernama Menara Poetri. Majalah ini berfokus pada keputrian dan keislaman.

Baca Juga:  Sekolah Perempuan Indonesia; Gerbang Negara yang Lebih Maju

Pada 17 April 1936, Rasuna Said bergabung dalam Parlemen dengan ikut serta berkiprah dalam Panitia Pembentukan Dewan Perwakilan Nagari. Hasil dari pembentukan itu ialah terbentuknya Dewan Perwakilan Sumatera (DPS). Kemudian pada 4 hingga 6 Januari 1947 diadakan sidang pleno yang kedelapan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang akan ditempatkan di Jakarta. Berdasarkan hasil seleksi beliau terpilih dan resmi menjadi anggota KNIP.

Di kesempatan yang lain, beliau juga bergabung dalam Front Pertahanan Nasional sebagai Seksi Wanita bagian logistik. Pada 1949, Rasuna Sid terpilih menjadi anggota Dewaan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat. Karirnya semakin mengalami peningkatan hingga masa pemerintahan Soekarno. Pada masa ini, beliau terpilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), lembaga yang bertugas di bidang penasehat.

Pada 10-12 Juni 1964 Rasuna Said dan lima perempuan lainnya terpilih menjadi pemimpin PERWARI. PERWARI merupakan organisasi Persatuan Wanita Indonesia yang lahir atas dasar semangat persatuan untuk menggalang semua kekuatan wanita Indonesia. PERWARI ini berfokus dalam bidang pendidikan, lingkungan hidup, hukum, dan sosial ekonomi.

Sayangnya perjuangan dan pergerakan Rasuna Said saat memasuki usia 55 tahun harus terhenti, karena penyakit kanker payuara yang diidapnya. Rasuna Said meninggal pada 2 November 1965 di Jakarta. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

*Sumber dari artikel; buku Deliar Noer yang berjudul Gerakan Modern Islam di Indonesia.

Rekomendasi

sikap rasulullah perempuan yahudi sikap rasulullah perempuan yahudi

Mengenal Nyai Hj Chamnah; Tokoh Sufi Perempuan Tarekat Tijaniyah

sayyidah nafisah guru syafi'i sayyidah nafisah guru syafi'i

Aisyah binti Saad bin Abi Waqqash : Tabi’in Perempuan yang Menjadi Guru Para Ulama

Masriyah Amva dan Kepemimpinan Perempuan di Pesantren Masriyah Amva dan Kepemimpinan Perempuan di Pesantren

Masriyah Amva dan Kepemimpinan Perempuan di Pesantren

Fatimah Al-Banjari: Ulama Perempuan Pengarang Kitab Parukunan

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

Komentari

Komentari

Terbaru

Buku Syiar Ramadan Kemenag RI: Menebar Cinta untuk Indonesia Buku Syiar Ramadan Kemenag RI: Menebar Cinta untuk Indonesia

Buku Syiar Ramadan Kemenag RI: Menebar Cinta untuk Indonesia

buku

tips menghindari overthingking tips menghindari overthingking

Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadhan (Bagian 3)

Ibadah

Kesunnahan Iktikaf dan Ketentuan-Ketentuannya

Ibadah

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Video

Memupuk Moderasi Beragama pada Masyarakat Multikultural Memupuk Moderasi Beragama pada Masyarakat Multikultural

Memupuk Moderasi Beragama pada Masyarakat Multikultural

Muslimah Talk

mengajarkan kesabaran anak berpuasa mengajarkan kesabaran anak berpuasa

Parenting Islami : Hukum Mengajarkan Puasa pada Anak Kecil yang Belum Baligh

Keluarga

Menggapai Lailatul Qadar Pada 10 Malam Terakhir Ramadan Menggapai Lailatul Qadar Pada 10 Malam Terakhir Ramadan

Menggapai Lailatul Qadar Pada 10 Malam Terakhir Ramadan

Ibadah

Mengapa Sunah Membaca Qunut pada Rakaat Terakhir Witir di Pertengahan Akhir Ramadan? Mengapa Sunah Membaca Qunut pada Rakaat Terakhir Witir di Pertengahan Akhir Ramadan?

Mengapa Sunah Membaca Qunut pada Rakaat Terakhir Witir di Pertengahan Akhir Ramadan?

Tanya Ustazah

Trending

Ini Tata Cara I’tikaf bagi Perempuan Istihadhah

Video

Mengenang Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, Pendiri Nahdlatul Wathan

Kajian

perempuan dan hijab tafsir ummu salamah perempuan dan hijab tafsir ummu salamah

Mengenal Sosok Sufi Perempuan pada Masa Awal Islam

Muslimah Talk

Ketentuan dan Syarat Iktikaf bagi Perempuan

Video

waktu disyariatkan membaca shalawat waktu disyariatkan membaca shalawat

Husein Bertanya pada Ali Tentang Muhammad

Kajian

tips menghindari overthingking tips menghindari overthingking

Problematika Perempuan Saat Puasa Ramadhan (Bagian 3)

Ibadah

malam jumat atau lailatul qadar malam jumat atau lailatul qadar

Doa Lailatul Qadar yang Diajarkan Rasulullah pada Siti Aisyah

Ibadah

waktu disyariatkan membaca shalawat waktu disyariatkan membaca shalawat

Seberapa Dekatkah Kita dengan Rasulullah?

Diari

Connect