Ikuti Kami

Muslimah Daily

Pesan Nabi dalam Hadis: Jangan Marah!

Jangan marah
foto: gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Jangan Marah! Kalimat ini layaknya judul buku yang sempat marak di timeline medsos, lā tahzan, jangan bersedih. Larangan semacam ini seakan melarang seseorang untuk merasa suka, cinta, senang, dan sedih. Padahal, mustahil mencegah seseorang untuk merasa (apapun) karena manusia terlahir dengan rasa yang tak dapat dikendalikan pikiran.

Ya, rasa (feeling) bukan wilayah manusia, melainkan wilayah Tuhan. Oleh karenanya, hukum-hukum dalam Islam (taklifī) hanya berkisar pada perbuatan, bukan perasaan. Lantas apa maksud nabi ketika diminta wasiat oleh seorang sahabat, lā taghdab!, jangan marah! Atau di lain kesempatan Nabi diminta amalan yang bisa mengantarkan ke surga, lā taghdab wa laka al-jannah, Jangan marah dan bagimu surga? Atau larangan itu memiliki makna lain?.

Deretan petanyaan ini tiba-tiba hadir ketika saya menyaksikan kejadian yang saya lihat beberapa kali. Seorang bapak memarahi anaknya karena keseringan main game di gawai, seorang guru menghardik siswanya karena hal sepele yang tidak subtantif. Benarkah marah itu dilarang dan bagaimana mengendalikan amarah?

Setelah beberapa waktu berkutat mencari penjelasan hadis itu sembari saya perhatikan objek-objek amarah, anak dan murid, saya menemukan dua kesimpulan. Pertama, yang dilarang bukan marah tapi langkah-langkah yang bisa menyebabkan amarah itu timbul. Kedua, psikologi anak akan terganggu dengan bentakan dan energi negatif.

Al Khuṭṭābī dalam Fath al-Qadīr menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘jangan marah’ adalah menahan dan melatih diri untuk tidak melakukan hal yang membuat marah. Hal ini diamini oleh Ibn Daqīqil ‘Īd ketika mensyarahi hadis ini, ia mengutip hadis lain:

مَنْ كَظُمَ غَيْظَهُ وَهُوَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَنْفَذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوسِ الخَلاَئِقِ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُخْبِرُهُ مِنَ الحُوْرِ مَا شَاءَ

Baca Juga:  Enam Cara Mencegah Bau Mulut saat Berpuasa

Artinya: “Barang siapa yang menahan amarahnya dan berhasil menghilangkan amarah itu maka Allah akan memanggilnya sebagai pemuka makhluk di hari kiamat sampai datang bidadari yang mengabarkan apa saja yang ia mau

Menahan amarah bukan hal mudah. Ini menjadi alasan mengapa nabi memberikan pesan singkat kepada sahabat yang meminta wasiat, karena menahan amarah adalah kunci dari banyak kebaikan. Menahan amarah berkelut kelindan dengan nafsu, jika mampu menahan nafsu maka selesai persoalan. Ia akan mampu menahan diri dari perbuatan buruk lainnya.

Marah tidak hanya bermasalah dalam agama tapi juga berdampak pada psikologi anak serta sosialnya. Anak atau siswa yang sering mendapatkan bentakan atau energi negatif dari orang tua atau gurunya hatinya akan mengeras dan sikapnya akan cenderung dingin.

Demikian itu karena setiap hal yang lahir dari amarah akan mengeras. Anak yang diasuh dengan keberangan akan enggan berkeluh kesah pada orang tuanya dan pada gilirannya akan membangkang. Siswa yang dididik dengan kemarahan tidak akan tersambung batinnya dengan sang guru dan itu berakibat pada keseriusannya dalam menerima ilmu atau mematuhi perintah-perintahnya.

Kendati demikian, bukan berarti seorang bapak dan guru tidak boleh marah sama sekali. Marah yang diperbolehkan adalah marah yang sewajarnya saja dan tentu dengan alasan yang patut untuk menjadi alasan marah. Amarah harus diekspresikan dengan baik untuk menjaga kesehatan mental. Jika tidak maka akan berujung depresi.

Lantas bagaimana cara mengendalikan marah? Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan. Di antaranya :

Pertama, pendekatan fisiologis yakni dengan menekankan regulasi tubuh saat marah. Seperti merubah posisi tubuh, dari berdiri menjadi duduk atau berbaring, tarik nafas panjang atau mencari penyaluran fisik dengan berolahraga dan lain-lain.

Baca Juga:  Perbedaan Jatuh Cinta dan Benar-Benar Mencintai Seseorang Menurut Buya Syakur Yasin

Kedua, pendekatan psikologis yakni menyadari kondisi emosi yang sedang marah, memikirkan sisi positif dari kejadian yang tidak diinginkan, memikirkan dampak buruk bagi kesehatan diri, sharing dengan sahabat atau curhat di buku dan sebagainya.

Ketiga, pendekatan religius yakni menyadarkan diri bahwa amarah buta adalah bagian dari nafsu, nafsu adalah keinginan untuk memuaskan syahwat tanpa arah dan semua itu berujung pada penyesalan (QS. 75:2) karena telah mengarah pada kejahatan (QS. Yusuf 12:53). Menyadarkan diri bahwa amarah berasal dari setan, oleh karenanya Imam Nawawi menganjurkan orang yang sedang marah untuk membaca ta’awuz, berlindung pada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Sebagai penutup, saya ingin berpesan pada semua pihak pemegang otoritas pendidikan, entah itu pada anak biologis atau anak idelogis, agar tidak salah dalam memilih metode mendidik karena anak kalian adalah generasi bangsa di hari esok.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Santriwati Nurul Islam Dasuk Sumenep

2 Komentar

2 Comments

Komentari

Terbaru

Maulid Nabi sebagai Momentum Mewujudkan Warisan Keadilan

Khazanah

Hukum Jual Beli ASI

Kajian

imamghazali.org imamghazali.org

Qasidah Imam Busyiri, Bentuk Cinta Kepada Nabi

Khazanah

Retno Marsudi: Diplomat Handal dengan Segudang Prestasi

Diari

Cara mendidik anak Nabi Ibrahim Cara mendidik anak Nabi Ibrahim

Teladan Rasulullah Sebagai Kepala Keluarga

Khazanah

Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid? Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid?

Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid?

Kajian

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

Tafsir Surah al-Ahzab Ayat 21: Rasulullah Teladan Bagi Manusia

Khazanah

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

doa baru masuk islam doa baru masuk islam

Doa yang Diajarkan Rasulullah pada Seseorang yang Baru Masuk Islam

Ibadah

Doa Nabi Adam dan Siti Hawa saat Meminta Ampunan kepada Allah

Ibadah

Doa menyembelih hewan akikah Doa menyembelih hewan akikah

Doa yang Diucapkan Ketika Menyembelih Hewan Akikah

Ibadah

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Mengeraskan Bacaan Niat Puasa Mengeraskan Bacaan Niat Puasa

Doa Qunut: Bacaan dan Waktu Pelaksanaannya

Ibadah

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

mona haedari pernikahan anak kdrt mona haedari pernikahan anak kdrt

Suami Boleh Saja Memukul Istri, Tapi Perhatikan Syaratnya!

Kajian

Connect