Ikuti Kami

Muslimah Daily

Membincang Relasi Perempuan dan Tatanan Sosial dalam Surat An-Nisa

Membincang Relasi Perempuan dan Tatanan Sosial dalam Surat An-Nisa
www.freepik.com

BincangMuslimah.Com – Surat an-Nisa memuat pembahasan dan hal-hal yang berkaitan dengan relasi perempuan, keluarga, serta warisan. Surat ini tergolong surat Madaniyah yang umumnya membahas hukum-hukum sosial, muamalah dan pembentukan masyarakat Islam yang adil.

Bagaimana sekilas sejarah tentang surat an-Nisa?

Dalam kitab Ruh al-Ma’ani karya Syihabuddin al-Alusi, Surat an-Nisa dikenal dengan sebutan an-Nisaaʼ al-Kubra. Karena pada surat ini memuat sejumlah besar hukum yang berkaitan dengan perempuan.

Secara historis, Surat an-Nisa diturunkan dalam konteks masyarakat Madinah yang sedang mengalami transformasi besar. Setelah hijrah, umat Islam membentuk komunitas baru yang terdiri dari berbagai latar belakang. Termasuk kaum Muhajirin (pendatang dari Mekah) dan kaum Anshar (penduduk asli Madinah).

Dalam kondisi tersebut, muncul banyak persoalan hukum baru, termasuk pembagian warisan, tanggung jawab terhadap anak yatim, perlindungan terhadap perempuan dan keadilan sosial secara umum.

Surat an-Nisa hadir sebagai petunjuk dari Allah untuk membentuk sistem sosial yang adil, termasuk penegakan hak-hak perempuan yang sebelumnya sering terabaikan dalam tradisi Arab pra-Islam.

 

Bagaimana Relasi Perempuan Dalam Surat An-Nisa?

Surat An-Nisa yang berarti “perempuan,” merupakan salah satu surat dalam al-Quran yang secara eksplisit menyoroti isu-isu yang berkaitan dengan perempuan dalam konteks sosial, hukum dan spiritual.

Salah satu aspek penting dari surat ini adalah penekanan pada perlindungan terhadap kelompok yang lemah dan rentan, seperti perempuan, anak yatim dan budak.

Relasi antara al-Quran dan perempuan dalam surat ini menunjukkan perhatian Islam terhadap keadilan gender. Perlindungan hak-hak perempuan dan penegasan martabat mereka dalam masyarakat.

Surat An-Nisa mengatur berbagai aspek kehidupan perempuan, seperti hak waris, perlindungan terhadap perempuan yatim, pernikahan, serta larangan menzalimi perempuan.

Baca Juga:  Bahayakah Keputihan yang Abnormal?

Ayat-ayat dalam surat ini menegaskan bahwa perempuan memiliki hak yang setara di hadapan Allah dalam hal keimanan dan amal saleh, serta menekankan pentingnya perlakuan adil terhadap mereka, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Dengan menjadikan Surat an-Nisa sebagai landasan kajian, diharapkan muncul penguatan serta pedoman bagi perempuan masa kini agar tetap berada dalam bingkai nilai-nilai ilahi. Surat ini mengandung prinsip-prinsip mendasar yang menyangkut berbagai aspek kehidupan, khususnya hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, hingga membahas masyarakat Islam secara keseluruhan dan relasinya dengan komunitas lain.

Penjelasan mendalam mengenai hak dan kedudukan perempuan menjadi ciri khas surat an-Nisa. Dalam kapasitasnya sebagai anak atau istri, perempuan dijelaskan memiliki hak penuh atas kepemilikan harta, tanpa intervensi siapapun termasuk suami.

Lebih jauh, Surat an-Nisa menguraikan aturan-aturan tentang pernikahan, pentingnya menjaga kesucian hubungan suami-istri, serta membahas secara rinci mengenai ikatan mahram dan mushaharah (hubungan kekeluargaan melalui pernikahan).

Selain itu juga terdapat pembahasan terkait langkah-langkah penyelesaian konflik rumah tangga, prinsip menjaga keutuhan pernikahan, serta konsep kepemimpinan suami (qiwamah). Perlu ditekankan bahwa qiwamah disini bukanlah bentuk kekuasaan mutlak, melainkan amanah dan tanggung jawab untuk menciptakan ketertiban dalam rumah tangga.

 

Surat An-Nisa Sebagai  Refleksi Sosial

Surat an-Nisa mencerminkan komitmen al-Quran untuk membangun tatanan sosial yang menjunjung tinggi keadilan dan kesejahteraan perempuan.

Dalam aspek sosial, Surat an-Nisa mengedepankan prinsip-prinsip seperti toleransi, solidaritas, kasih sayang dan kerja sama dalam membangun kekuatan umat. Hal ini diperluas ke hubungan antar komunitas dan bahkan antar negara, termasuk prinsip-prinsip etika dan moral dalam berinteraksi.

Surat an-Nisa memaparkan dengan cara yang indah mengenai kesamaan asal-usul umat manusia, menekankan bahwa seluruh manusia berasal dari satu keturunan. Di samping itu, surat ini juga menempatkan ketakwaan kepada Allah SWT sebagai pengendali perilaku sosial. Baik dalam konteks individu maupun komunitas atau dalam kondisi tersembunyi maupun terbuka.

Baca Juga:  Muslimah, Yuk Kenali Pentingnya Kesehatan Reproduksi dan Konsen!

Surat ini juga memuat pedoman dalam kondisi damai maupun perang, serta memberikan respon terhadap tuduhan-tuduhan dari kaum munafik dan Ahlul Kitab.

Keseluruhan isi surat an-Nisa bertujuan untuk membentuk masyarakat yang sehat secara spiritual dan sosial dalam konteks negara Islam, sekaligus dapat mencegah dari penyimpangan akidah.

Surat ini menegaskan pentingnya kembali kepada tauhid murni yang sesuai dengan logika dan mampu memberikan ketenangan jiwa. Serta sebagai penolakan terhadap konsep akidah-akidah menyimpang yang tidak rasional dan menyesatkan.

Dengan demikian, Surat An-Nisa memainkan peran sentral dalam pembentukan sistem hukum dan etika masyarakat Muslim. Surat ini tidak hanya menjadi pedoman hukum, tetapi juga mencerminkan misi Islam dalam menegakkan keadilan, melindungi yang lemah dan menciptakan tatanan sosial sesuai dengan prinsip Islam.

 

Referensi:

Az-Zuhaili, Wahbah. Al-Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Shariah wa al-Manhaj. Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, et.al. Jilid 2. Jakarta: Gema Insani, 2013.

Rekomendasi

Pengantar Surah An-Nisa: Kandungan dan Keutamaannya

Mahasiswa Magister Studi Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Komentari

Komentari

Terbaru

Diskusi Buku: Tradisi Sati di India dan Pengalaman Kekerasan Perempuan Lainnya Diskusi Buku: Tradisi Sati di India dan Pengalaman Kekerasan Perempuan Lainnya

Diskusi Buku: Tradisi Sati di India dan Pengalaman Kekerasan Perempuan Lainnya

Kajian

Benarkah Belajar dengan Guru Lebih Utama dibandingkan Belajar Sendiri? Benarkah Belajar dengan Guru Lebih Utama dibandingkan Belajar Sendiri?

Benarkah Belajar dengan Guru Lebih Utama dibandingkan Belajar Sendiri?

Kajian

Parenting Islami : Ini Enam Keunggulan Mendidik Anak dengan Dongeng dan Cerita

Keluarga

Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-1 Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-1

Parenting Islami : Langkah-langkah Mempersiapkan Dongeng Untuk Anak-1

Muslimah Daily

posisi imam perempuan jamaah posisi imam perempuan jamaah

Shalat Berjamaah Bagi Perempuan, Sebaiknya di Mana?

Ibadah

Rahayu Oktaviani, Pejuang Konservasi Owa Jawa Raih Penghargaan dari UK Rahayu Oktaviani, Pejuang Konservasi Owa Jawa Raih Penghargaan dari UK

Rahayu Oktaviani, Pejuang Konservasi Owa Jawa Raih Penghargaan dari UK

Muslimah Talk

Ketentuan dalam Mengucap dan Menjawab Salam Ketentuan dalam Mengucap dan Menjawab Salam

Ketentuan dalam Mengucap dan Menjawab Salam

Kajian

perempuan pada masa jahiliyah perempuan pada masa jahiliyah

Benarkah Perempuan Kurang Akal?

Kajian

Trending

posisi imam perempuan jamaah posisi imam perempuan jamaah

Shalat Berjamaah Bagi Perempuan, Sebaiknya di Mana?

Ibadah

Istri Pilih Karir keluarga Istri Pilih Karir keluarga

Parenting Islami : Nabi Menegur Sahabat yang Pilih Kasih kepada Anak, Ini Alasannya

Keluarga

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Refleksi Lagu Bang Toyib dan Bang Jono dalam Kisah Pewayangan

Diari

Sinopsis Film Rentang Kisah: Potret Muslimah yang Berdaya  

Diari

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan? Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Empat Kriteria Calon Pendamping Menurut Rasulullah, Mana yang Harus Didahulukan?

Ibadah

Bagaimana Islam Memandang Konsep Gender?

Kajian

Benarkah Rasulullah Menikahi Maimunah saat Peristiwa Umratul Qadha?

Kajian

Cara Membentuk Barisan Shalat Jama’ah Bagi Perempuan

Ibadah

Connect