Ikuti Kami

Khazanah

Kisah Rasulullah SAW. Mengadili Thu’mah bin Ubayriq

rasulullah mengadili Thu’mah Ubayriq
Source: Gettyimages.com

BincangMuslimah.Com – Saat menelusuri ayat demi ayat Alquran, kita akan menemukan narasi-narasi ayat yang berisikan peringatan Allah SWT. kepada Rasulullah SAW. Yakni ayat-ayat yang mengindikasikan adanya teguran, kritik, bahkan celaan Allah SWT. terhadap Rasulullah SAW.

Lantas dalam benak kita, akan muncul persepsi bahwa Rasulullah SAW. acapkali berbuat salah. Lebih lebih mempersepsikan bahwa beliau beberapa kali melakukan sebuah dosa, sehingga Allah SWT. perlu untuk memberi peringatan ataupun teguran kepada Rasulullah SAW. lewat firman-firman-Nya. Bagaimana sebenarnya kita memahami ayat-ayat tersebut?

Kali ini mari kita coba telaah kisah Rasulullah SAW. saat mengadili Thu’mah bin Ubayriq, yang tertuang dalam surat al-Nisa’ ayat 105-113. 

“Sungguh, kami telah menurunkan Alquran kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat (105).

Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (106).

Dan janganlah kamu berdebat uhntuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa (107).

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah bersama mereka, ketika pada siatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridhai-Nya, dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan (108).

Itulah kamu! Kamu berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan di dunia ini, tetapi siapa yang akan menentang Allah untuk (membela mereka pada hari Kiamat? Atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap azab Allah)? (109).

Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (110).

Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (111).

Dan barang siapa berbuat kesalahan atau dosa,kemudian dia tuduhkan kepada yang tidak bersalah maka sungguh dia telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata (112).

Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka hanya menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Alquran dan Hikmah (Sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar (113).”

Baca Juga:  Masjid Dhirar dan Tragedi Perusakan Tempat Ibadah

Ayat tersebut merupakan respon Allah SWT. atas peristiwa pencurian yang menimpa Sahabat Rifa’ah bin Zaid RA. Diriwayatkan bahwa Sahabat Qatadah bin Nu’man bersama pamannya (Rifa’ah bin Zaid) melapor kepada Rasulullah SAW. atas pencurian senjata milik Rifa’ah bin Zaid yang biasa ia gunakan untuk berperang bersama Rasulullah SAW. Saat itu, Qatadah bin Nu’man menyebut Thu’mah bin Ubayriq sebagai pelaku pencurian tersebut. 

Mengetahui kabar itu, Thu’mah bin Ubayriq lantas menyembunyikan barang curiannya di rumah seorang Yahudi bernama Zaid bin Samin. Kemudian ia menyuruh keluarganya untuk membela atasnya. Mereka berbondong-bondong mendatangi Rasulullah SAW. dan menyatakan ketidakbersalahan Thu’mah bin Ubayriq. Di saat Rasulullah SAW. mengetahui bahwa barang curian tersebut berada di rumah Zaid bin Samin, seketika beliau membebaskan Thu’mah bin Ubayriq dan menegur Qatadah bin Nu’man sebab telah menuduh Thu’mah bin Ubayriq.

Jika tergesa-gesa, kita mungkin akan mempesepsikan bahwa ayat-ayat surat al-Nisa’ tersebut bermaksud menegur atau bahkan menyalahkan Rasulullah SAW. Sebab beliau telah berbuat lalim dengan asal-asalan dalam menghukumi perkara. Beliau membebaskan Thu’mah dari kesalahan yang dia perbuat, juga dengan lantang menolak penyaksian Qatadah. Akan tetapi, jika lebih jeli kita akan mendapatkan makna yang berbeda. Allah SWT. berfirman, 

إنا أنزلنا إليك الكتاب بالحق لتحكم بين الناس بما أراك الله (النساء :105)

“Sungguh, kami telah menurunkan Alquran kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu”

Ayat di atas menegaskan bahwa Alquran diturunkan dengan haq/benar. Alquran berisi kebenaran-kebenaran yang Allah SWT. ajarkan dan perlihatkan kepada Rasulullah SAW. sebagai petunjuk umat manusia. Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa Allah SWT. melegalkan Rasulullah SAW. untuk berijtihad dalam memutuskan sebuah persoalan. Yang mana ijtihad tersebut mesti sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Alquran. Maka dari itu, upaya Rasulullah SAW. dalam menyelesaikan kasus pencurian tersebut bukanlah suatu kesalahan. 

Baca Juga:  Mengenal Sayyidah Umamah binti Abul Ash, Cucu Perempuan Kesayangan Nabi Muhammad

Dengan menurunkan ayat-ayat di atas, Allah SWT. bermaksud menunjukkan kepada Rasulullah SAW. perkara yang sebenarnya. Sebagaimana dalam peristiwa tersebut, Qatadah bin Nu’man mendatangi Rasulullah SAW. dengan langsung menuduh Thu’mah bin Ubayriq tanpa membawa bukti yang jelas. Padahal Islam mengajarkan umat manusia untuk tidak sembarangan bersaksi tanpa ada bukti nyata. Oleh karenanya, menjadi hal yang wajar jika saat itu Rasulullah SAW. menegur perbuatan Qatadah. 

Selain itu, barang curian juga telah jelas ditemukan di rumah Zaid bin Samin. Sebagaimana manusia pada umumnya, Rasulullah SAW. tidak mampu melihat perkara-perkara gaib (kecuali atas izin Allah). Sehingga beliau mengandalkan bukti empiris tersebut sebagai hujjahnya dalam memutuskan kasus pencurian Thu’mah. Hal ini sangat lazim jika kemudian Rasulullah SAW. membebaskan Thu’mah dari tuduhan pencurian. 

Oleh karena hal tersebut, perlu kita pahami. Bahwa ayat surat al-Nisa’ (105-113) tersebut tidak bermaksud menyangsikan atau bahkan mencela Rasulullah SAW. Melainkan sebuah upaya Allah SWT. untuk menuntun Rasulullah SAW. supaya tidak membela orang-orang yang berkhianat.

Sebagaimana ayat يا أيها النبي اتق الله ولا تطع الكافرين والمنافقين (Wahai Nabi! Bertakwalah kepada Allah  dan janganlah engkau menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik) (Al-Ahzab:1), yang tidak mungkin kita pahami sebagai teguran terhadap  Rasulullah SAW. sebab beliau tidak bertaqwa kepada Allah SWT. dan berpihak pada orang-orang kafir dan munafik. Demikian juga ayat-ayat surat al-Nisa tersebut, ولا تكن للخائنين خصيما (Dan janganlah menjadi penentang orang yang tidak bersalah) dan ولا تجادل عن الذين يختانون أنفسهم  (Dan janganlah kamu berdebat untuk membela orang-orang yang mengkhianati dirinya). Ayat tersebut tidak lantas bertujuan membenarkan perbuatan Rasulullah SAW. menentang orang yang benar dan membela orang-orang yang berkhianat. Justru ayat-ayat tersebut sebagai nasihat dan arahan Allah SWT. kepada Rasulullah SAW. untuk tidak melakukan hal yang dimaksud. 

Baca Juga:  Hukum Menyetubuhi Istri Saat Haid

Demikian pun ayat-ayat dalam Alquran tidak selalu diarahkan hanya kepada Rasulullah SAW. Melainkan ditujukan umum untuk seluruh umat manusia, kecuali dengan pengkhususan. Oleh sebab itu ayat-ayat surat al-Nisa tersebut dapat dipahami, bahwa ia diturunkan sebagai peringatan kepada seluruh umat untuk tidak membela perkara yang belum tentu benar, bukan hanya pesan untuk Rasulullah SAW.

Adapun ayat ke 113 surat al-Nisa, juga mengatakan bahwa Allah SWT. telah menjaga Rasulullah SAW. dari upaya orang-orang yang ingin menyesatkan. Allah SWT. ingin membimbing Rasulullah SAW. untuk dapat memutuskan sebuah perkara secara adil, sekaligus dalam ayat tersebut Allah SWT. ingin menjelaskan peristiwa pencurian yang sebenarnya terjadi. Mereka orang-orang yang berkhianat menyesatkan dirinya sendiri, sedang Rasulullah SAW. senantiasa dalam penjagaan Allah SWT. dari segala perbuatan dosa dan maksiat. 

Demikian kisah Rasulullah mengadili Thu’mah bin Ubayriq yang dikaji dari ayat Alquran.

Rekomendasi

Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya

Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya

Ayat-Ayat Iddah di dalam al-Quran Ayat-Ayat Iddah di dalam al-Quran

Kisah Kesabaran Rasulullah dan Nenek Pambawa Kayu

Zaid bin Tsabit Zaid bin Tsabit

Belajar Menekan Ego dari Kisah Ibnu Abbas dan Zaid bin Tsabit

rasulullah terbuka sahabat muda rasulullah terbuka sahabat muda

Kisah Rasulullah yang Terbuka Menerima Pendapat Sahabat Muda

Ditulis oleh

Tanzila Feby Nur Aini, mahasiswi Universitas al-Azhar, Kairo di jurusan Akidah dan Filsafat. MediaI sosial yang bisa dihubugi: Instagram @tanzilfeby.

Komentari

Komentari

Terbaru

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Sekjen IIFA: Syariat Islam Terbentuk Dari Fondasi Kemaslahatan

Berita

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Prof. Dr. Nasaruddin Umar: Syariah Bukan fenomena Agama Tetapi Fenomena Ekonomi Juga

Berita

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. : SHARIF 2024 Membahas Prinsip Syariah yang inklusif

Berita

Apakah Komentar Seksis Termasuk Pelecehan Seksual?

Diari

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Mengenal Ingrid Mattson, Cendekiawan Muslimah dari Barat

Muslimah Talk

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Trending

Jangan Insecure, Mari Bersyukur

Muslimah Daily

anjuran menghadapi istri haid anjuran menghadapi istri haid

Haid Tidak Stabil, Bagaimana Cara Menghitung Masa Suci dan Masa Haid?

Ibadah

Siapa yang Paling Berhak Memasukkan Jenazah Perempuan Ke Kuburnya?

Ibadah

keadaan dibolehkan memandang perempuan keadaan dibolehkan memandang perempuan

Adab Perempuan Ketika Berbicara dengan Laki-Laki

Kajian

Pentingnya Self Love Bagi Perempuan Muslim

Diari

Sya’wanah al-Ubullah: Perempuan yang Gemar Menangis Karena Allah

Muslimah Talk

anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak anak yatim ayah tiri luqman hakim mengasuh dan mendidik anak

Hukum Orangtua Menyakiti Hati Anak

Keluarga

ayat landasan mendiskriminasi perempuan ayat landasan mendiskriminasi perempuan

Manfaat Membaca Surat Al-Waqiah Setiap Hari

Ibadah

Connect