BincangMuslimah.Com- Keutamaan membaca Alquran memang sangat banyak bagi pembacanya. Dalam membaca Alquran juga dianjurkan untuk memperindah bacaan dan membaca dengan tartil. Sebelum membaca dengan tartil tentu harus lebih dulu mempelajari ilmu tajwid.
Untuk memperindah bacaan Alquran, terdapat ilmu nagham (seni bacaan Alquran). Nagham ini berupa irma-irama bacaan Alquran yang dipelajari oleh para qari’ untuk membaca Alquran dengan tartil maupun tilawah atau qiro’ah. Lebih lanjut, penghayatan atas makna ayat tidak boleh dilupakan.
Sebagai negara dengan kuantitas umat muslim terbesar, kita harus tahu bahwa di Indonesia cukup banyak qari’ (pembaca Alquran) ternama. Di antara nama-nama itu, terdapat seorang perempuan, yaitu Dra. Hj. Maria Ulfa; Salah satu talenta qari’ah terbaik Indonesia yang diakui di Internasional.
Profil Bu Nyai Maria Ulfa
Hj. Maria Ulfa adalah sosok perempuan yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Lahir pada tanggal 21 Desember 1955 dari pasangan H. Mudhoffar dan Hj. Ruminah. Beliau mengenal seni baca Alquran sejak masih kecil, tepatnya sejak berusia enam tahun. Sosok penting dalam perjalanan karir beliau menjadi seorang qari’ah adalah ayahnya, beliaulah yang mengenalkan seni baca Alquran kepada bu Maria Ulfa. Kemudian beliau belajar kepada kakaknya yang lebih dulu mengasah skill di bidang ini.
Memiliki bakat sebagai seorang qari’ tidak menghalangi beliau untuk mengejar pendidikan formal. Riwayat Pendidikan beliau juga tidak kalah mentereng, Beliau lulus jenjang Doktoral pada prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor pada 2021 lalu. Dengan pendidikan formal beliau yang mumpuni, beliau juga menjadi dosen di Institut Ilmu Alquran (IIQ).
Bu Maria menikah dengan seorang dokter spesialis paru bernama Mukhtar Ikhsan. Beliau memiliki tiga orang anak yang saat ini fokus pada ilmu kedokteran. Namun hal tersebut tak melunturkan semangat beliau untuk terus mengajarkan ilmu qari’-nya kepada para pegiat seni baca Alquran di berbagai penjuru negeri.
Sepak Terjang di Dunia Qari’ah
Nama Hj. Maria Ulfa sangat identik dengan seorang qari’ah masyhur di Indonesia. Nama beliau melejit ketika menjadi pemenang ajang MTQ internasional di Malaysia pada tahun 1980. Tak cukup menjadi pemenang, beliau juga menjadi perempuan pertama yang memenangkan ajang tersebut. Dari prestasi dan kredibilitas tersebut, beliau dianggap sebagai tokoh qari’ah di Asia Tenggara.
Sebelum meraih puncak tersebut, didikan keluarga-lah yang membawa beliau aktif mengikuti lomba-lomba qira’ah di berbagai tingkatan. Bakat dan kecintaan beliau pada bidang ini menjadi kombinasi mematikan untuk meraih berbagai macam prestasi.
Sebagai qari’ah terbaik Indonesia, beliau pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi DKI Jakarta 2017-2018. Hingga saat ini, semangat juang beliau melakukan syiar juga masih sangat tinggi. Beliau mengisi training dari satu tempat ke tempat lain, menjadi juri ajang MTQ di berbagai daerah, dan aktif di berbagai kegiatan dakwah dan pembinaan Alquran.
Sebagai penghargaan atas jasa beliau, pada tahun 2024 lalu, Gelaran Multaqo Nasional Ulama Qur’an Jam’iyyatul Qurra’ wal-Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH NU) menganugerahkan penghargaan bergengsi kepada beliau, sebagai ‘Qari’ah Internasional Legendaris Bersuara Emas’. Gelaran penganugerahan penghargaan ini bertempat di Jombang, Jawa Timur.
Menyemai Bibit-Bibit Qari’ di Pesantren Baitul Qurro
Sebagai seorang qari’ internasional yang telah memiliki banyak pengalaman dan pencapaian, tidak lengkap jika beliau tidak menurunkan ilmunya. Tepatnya pada tanggal 1 Juli 2001, Bu Maria mendirikan pesantren Baitul Qurra yang yang terletak di Ciputat, Tagerang Selatan. Tidak hanya pesantren, terdapat juga sekolah formal jenjang SMPIT dan SMAIT Baitul Qurra.
Pesantren Baitul Qurra menciptakan kurikulum yang menarik, yaitu memadukan beberapa keilmuan Alquran, yaitu tilawah, tahfidz, qira’at dan kajian keilmuan. Keunggulan pesantren Baitul Qurra adalah pada takhassus pembelajar MTQ; meliputi tilawah, qiro’ah, syarhil Alquran dan Fahmil Alquran. Selain itu juga ada kelas hadhroh, kelas bahasa dan sholawat.
Berdasarkan keterangan salah satu pengurus pesantren, Bu Maria masih menyempatkan memantau secara langsung aktivitas santri di sela-sela kesibukan beliau di dalam maupun luar kota. Beliau juga masih turut andil menjadi pengajar di pesantren ketika akhir pekan.
Untuk menjaga kualitas lembaga, para pengajar dan pengurus pesantren Baitul Qurro terdiri dari para qari’ nasional maupun internasional. Mayoritas mereka pernah belajar kepada beliau. Bu Maria berharap, para santri Baitul Qurro senantiasa mampu meneruskan jejaknya menjadi qari’ yang masyhur tidak hanya di lingkup nasional, melainkan internasional, bahkan di dunia.
Rekomendasi
1 Comment