Ikuti Kami

Khazanah

Filosofi I’rab Santri: Rafa’, Nashab, Khafadh, dan Jazm

Filosofi I'rab Santri: Rafa’, Khafadh, Jazm, dan Nashab
santripedia.com

BincangMuslimah.Com – Tahun ini, peringatan Hari Santri Nasional 2023 jatuh pada hari Minggu, 22 Oktober 2023. Tema yang diangkat adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Peringatan ini bisa dijadikan momentum untuk me-recall nilai-nilai yang harus ada pada santri. Setidaknya ada empat nilai yang menjadi filosofi santri yang penulis sebut filosofi i’rab santri. I’rab tersebut meliputi rafa’, nashab, khafadh, dan jazm. Hal ini disampaikan oleh Ustaz Muhammad Azhari Nasution ketika mengisi acara di Ma’had Al-Jami’ah UIN Jakarta. 

Raf’ al-Himam Li Thalab al-Ilmi

Raf’ al-himam li thalabil ilmi (رفع الهمم لطلب العلم) memiliki arti tekad yang tinggi untuk menuntut ilmu. Maksudnya adalah seorang santri harus memiliki tekad yang kuat untuk selalu menuntut ilmu. Ilmu agama sudah pasti dipelajari di setiap pesantren. Oleh karenanya, mempelajari kajian keislaman dari sumber Alquran, hadis, dan kitab klasik karya ulama harus dipertahankan. 

Bahtsul masail yang biasanya diadakan pesantren juga meningkatkan intelektual santri karena dituntut untuk berpikir kritis menjawab persoalan kontemporer dengan merujuk pada kitab-kitab karya ulama. Program ini sama saja dengan melestarikan keilmuan Islam. 

Selain menjaga ciri khas kepesantrenan tadi, mempelajari ilmu pengetahuan yang sejalan dengan perkembangan juga sama baiknya. Sekarang, sudah banyak pesantren yang mencetuskan program-program perkembangan soft skill, seperti halnya pengembangan bahasa Inggris dan pelatihan kewirausahaan.

Singkat kata, seorang santri harus semangat menuntut ilmu, seperti yang dikatakan oleh Abu Yusuf Al Qadhi rahimahullah dalam Al Jami’ li Akhlaaqi Ar Rawi:

الْعِلْمُ شَيْءٌ لَا يُعْطِيْكَ بَعْضَهُ حَتَّى تُعْطِيَهُ كُلَّكَ, وأَ،ْتَ إذَا أَعْطَيْتَهُ كُلَّكَ مِنْ إِعْطَأئِهِ الْبَعْضَ عَلَى غَرَرٍ

Artinya: Ilmu itu tidak rela menyerahkan sebagian dari dirinya kepadamu hingga engkau mengorbankan yang engkau miliki untuknya. Kalaupun engkau telah berkorban dengan semua yang engkau punya untuk mendapatkannya, maka belum tentu ilmu berhasil engkau dapatkan.

Baca Juga:  Yenny Wahid, Penerus Estafet Keberagaman

Nashb al-Qayyim ad-Diniyyah ‘Ala Manhaj al-Wasathiyah

Nashb al-qayyim ad-diniyyah ‘ala manhaj al-wasathiyah (نصب القيم الدينية على منهج الوسطية) artinya menegakkan nilai keagamaan dengan moderat. Sebagai seorang santri yang mempelajari agama secara komprehensif, diharapkan untuk tidak mudah membid’ah-bid’ahkan atau mengkafir-kafirkan. Dalam memahami dan menjalankan syariat Islam harus memahami banyak hal, seperti halnya fikih waqi’,  metode dakwah, dsb. 

Khafdh al-Qulub Tawadhu’an li al-Masyayikh

Khafdh al-qulub tawadhu’an li al-masyayikh (خفض القلوب تواضعا للمشايخ) mengandung arti rendah hati di depan guru. Maksud dari pernyataan ini adalah seorang santri harus menghormati guru. Guru adalah wasilah pemahaman agama Islam. Tanpa adanya seorang guru, pemahaman keilmuan akan menjadi sulit. 

Oleh karena itu, penting memperhatikan adab-adab terhadap kepada guru. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim karya Burhanuddîn Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi disebutkan:

ومن توقير المعلم أن لا يمشي أمامه, ولا يجلس مكانه, ولا يبتدئ بالكلام عنده إلا بإذنه, ولا يكثر الكلام عنده, ولا يسأل شيئا عند ملالته, ويراعي الوقت, ولا يدق الباب بل يصبر حتى يخرج

فالحاصل: أنه يطلب رضاه , ويجتنب سخطه, ويتمثل أمره في غير معصية لله تعالى, فإنه لا طاعة للمخلوق في معصية الخالق

Artinya: “Di antara bentuk menghormati guru yaitu tidak berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.

Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya, dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhaka kepada Allah Maha Pencipta.”

Jazm al-Lisan ‘Amma Lam Ya’lam

Jazm al-lisan ‘amma lam ya’lam (جزم اللسان عما لم يعلم) memiliki pengertian mengunci mulut tentang apa yang tidak diketahui. Maksudnya ialah ketika tidak mengetahui tentang suatu permasalahan, akan lebih baik diam atau katakan tidak tahu. Bukan malah menyuarakan dan berpendapat mengenai hal itu. 

Baca Juga:  Pelajaran dari Kaum Anshar: Mencintai Saudara Sesama Muslim

Misalnya, tidak tahu tentang politik, tapi malah membahas tentang politik.  Contoh lainnya, baru belajar bab thaharah tapi dia berbicara jinayah seolah-seolah tahu segalanya. Padahal, tidak ada pengetahuan apapun tentang jinayah. 

Jika orang bodoh bersuara, apa yang terjadi? Hal ini akan memunculkan perbedaan. Seperti apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib dalam kitab Kasyf al-Ghummah jilid 2 halaman 139: 

لَوْ سَكَتَ الْجَأهِلُ مَا اخْتَلَفَ النّأسُ

Artinya: “Jika orang bodoh diam, maka tidak akan ada perselisihan.” 

Santri harus menerapkan poin ini, menyampaikan apa yang ia ketahui, bukan asal berbicara tanpa landasan. Jangan sampai santri sama seperti buzzer yang membuat tweet dan  postingan di media sosial tanpa tahu akar permasalahan. Ada lagi kasus yang sering terjad akhir-akhir ini, yaitudemonstran bayaran. Mereka menuntut pemerintah melakukan ini itu, padahal faktanya tidak memahami esensi aspirasi yang disuarakan. 

Itulah filosofi i’rab santri yang direpresentasikan dalam empat i’rab, yaitu rafa’, khafdh, jazm, dan nashab. Dengan momentum hari santri ini, semoga kita bisa mengamalkan nilai-nilai ini. 

Kalian bisa kolaborasi buat bantu Bincangmuslimah.com terus menyajikan artikel-artikel yang bermanfaat dengan berbelanja minimal 150.000 di Allofresh. Dapatkan rangkaian cashback dengan download aplikasinya di sini dan masukan kode AFBM12 saat berbelanja.

Rekomendasi

Ditulis oleh

Sarjana Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pegiat Kajian Bidang Fikih.

Komentari

Komentari

Terbaru

ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan ajarkan kesetaraan laki-laki perempuan

Mengenal Lebih Jauh Macam-macam Pendekatan Gender

Kajian

Kisah cinta Zainab binti Rasulullah Kisah cinta Zainab binti Rasulullah

Kisah Cinta Sayyidah Zainab binti Rasulullah

Muslimah Talk

Hukum kremasi jenazah mualaf Hukum kremasi jenazah mualaf

Hukum Kremasi Jenazah Mualaf

Kajian

Rembuk Ide Rembuk Ide

El-Bukhari Institute Gelar Rembuk Ide, Bahas Moderasi Beragama untuk Gen Z

Berita

Bincang Thaharah; Wudhu Tidak Berurutan, Apakah Tetap Sah?

Video

Perbedaan Haji dan Umrah Perbedaan Haji dan Umrah

Tiga Perbedaan Haji dan Umrah

Ibadah

Syarat-syarat dikabulkannya doa Syarat-syarat dikabulkannya doa

Fungsi dan Syarat-syarat Dikabulkannya Doa  

Ibadah

Larangan bagi Perempuan Haid Larangan bagi Perempuan Haid

Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Kajian

Trending

Doa keguguran Doa keguguran

Kehilangan Buah Hati Akibat Keguguran, Baca Doa yang Diajarkan Rasulullah Ini

Ibadah

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

10 Hadis Tentang Keutamaan Menikah

Kajian

Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat Tujuh Keutamaan Membaca Shalawat

Doa agar Terhindar dari Prasangka Buruk pada Allah

Ibadah

Mengenal Rufaidah al-Aslamiyah: Perawat Perempuan Pertama dalam Sejarah Islam

Muslimah Talk

Mandi junub dan haid Mandi junub dan haid

Empat Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Mandi Wajib

Ibadah

Resensi Buku Pernah Tenggelam Resensi Buku Pernah Tenggelam

Resensi Buku Pernah Tenggelam: Halu Berlebihan Menenggelamkan Keimanan?

Diari

Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah Shafiyah binti Huyay Teungku Fakinah

Kisah Bulan Madu Rasul dengan Shafiyah binti Huyay

Muslimah Talk

muslimah mencukur habis rambutnya muslimah mencukur habis rambutnya

Bolehkah Muslimah Mencukur Habis Rambutnya?

Kajian

Connect