BincangMuslimah.Com – Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak asing dengan adanya mitos yang beredar di masyarakat. Apalagi dalam masyarakat Jawa yang kental akan nilai tradisi dan budayanya sehingga menjunjung tinggi mitos tersebut. Di sisi lain, umat Islam memiliki pedoman utama dalam hidupnya berupa Alquran dan hadis. Lalu bagaimana hadis memandang mitos?
Meurut Van Peursen (Alam & Qudsi, 2017) mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu pada komunitas masyarakat. Keberadaan mitos dalam masyarakat sangatlah penting, mengingat konteks mitos yang terbentuk menjadi kepercayaan yang bersifat tradisi. Oleh sebab itu, mitos menjadi suatu hal yang sangat fenomenal di tengah masyarakat primitif. Sedang masyarakat modern menganggap bahwa mitos hanyalah peninggalan budaya. Hal tersebut dikarenakan dunia modern cenderung menggunakan rasional dalam penalarannya.
Mitos terkadang diartikan sebagai sesuatu yang erat kaitannya dengan hal-hal mistis atau takhayul. Dalam kehidupan sehari-hari, “mitos” kerap mengandung makna kepalsuan. Meskipun demikian, tidak semua mitos tidak memiliki nilai pembelajaran yang baik untuk manusia. Beberapa di antaranya cukup baik sehingga pantas untuk dipertahankan.
Seperti halnya mitos berikut: Yen wektu maghrib aja metu omah mundhak ono sambikolo dan Ojo Turu Isuk Mundhak Rejekine dithothol Pitik. Lantas bagaimana makna mitos tersebut menurut Hadis? Apakah sesuai dengan ajaran Islam?
Pada mitos Yen wektu maghrib aja metu omah mundhak ono sambikolo, sering dikaitkan dengan adanya sosok Wewe Gombel dipercayai digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak agar mereka tidak berkeliaran di waktu malam hari. Hadis yang menyinggung tentang keberadaan makhluk halus yang mengganggu anak kecil setelah Magrib secara umum dalam hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi hadis, di antara mereka adalah Imam Bukhari (3280) dan Imam Muslim (2012) dalam dua kitab shahih beliau dengan perawi teratas Sayyidina Jabir bin Abdillah, yang artinya:
“Jika malam datang menjelang atau kalian berada di sore hari maka tahanlah anak-anak kalian karena sesungguhnya ketika itu setan sedang bertebaran. Jika telah berlalu sesaat dari waktu malam maka lepaskan mereka. Tutuplah pintu dan berzikirlah kepada Allah karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup. Tutup pula wadah minuman dan makanan kalian dan berzikirlah kepada Allah, walaupun dengan sekedar meletakkan sesuatu.”
Selain perintah untuk mencegah anak-anak untuk keluar rumah disaat Magrib, ada hadis yang diriwayatkan Sayyidina Jabir yang menjelaskan bahwa Rasulullah juga memerintahkan untuk kita menutup pintu dan jendela di malam hari dengan membaca basmalah terlebih dahulu, agar setan tidak dapat masuk rumah, tidak dapat mencuri makanan, dan mengganggu orang yang berada di dalam rumah.
“Tutuplah oleh kalian bejana-bejana dan tempat-tempat minum karena sesungguhnya pada satu tahun terdapat satu malam yang padanya turun penyakit. Dia tidak melewati suatu bejana atau tempat minum yang tidak ditutup, kecuali penyakit itu turun padanya.”
Hal ini tentu logis. Ketika bejana atau tempat penyimpanan air terbuka, dimungkinkan kotoran akan masuk dari atas atau diminum oleh hewan-hewan yang suka berkeliaran di malam hari. Jadi, dari gambaran di atas dapat dikatakan bahwa ada ajaran yang disampaikan hadis terkait dengan perilaku manusia, yaitu agar anak-anak tidak keluar diwaktu magrib. Bagi orang Jawa ajaran tersebut dibungkus/dikemas dengan rapi dalam mitos. Namun pemaknaan yang muncul darinya adalah kearifan budaya lokal sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa. Begitulah hadis memandang fenomena mitos ini.
Pada mitos Ojo Turu Isuk Mundhak Rejekine dithothol Pitik, secara harfiah berarti seseorang tidak diperbolehkan tidur pagi karena rezekinya akan dimakan ayam. Kalimat tersebut bermaksud untuk memotivasi seseorang agar bangun pagi-pagi untuk kemudian melakukan berbagai aktifitas, khususnya menjemput rezeki yang takarannya sudah ditentukan oleh Allah. Ayam tidaklah mungkin mengambil alih rezeki manusia. Yang mungkin terjadi adalah rezeki manusia yang telat bangun, akan diambil orang-orang yang bangun dan beraktifitas lebih dahulu.
Di waktu pagi Allah menurunkan berkahnya melalui para malaikat yang itu ditandai dengan kokok ayam jantan yang selalu bangun mendahului manusia. Watu fajar mempunyai banyak sekali keistimewaan di antaranya adalah salat sunah dua rakaat sebelum fajar yang disabdakan Rasulullah lebih baik dari dunia seisinya ada juga yang menjulukinya dengan shalat dua milyar.
Dalam hadis yang lain disampaikan tentang keutamaan dari shalat Isya berjamaah yaitu diumpamakan seperti shalat malam setengah malam. Jika keesokan harinya dilanjutkan dengan shalat subuh berjamaah maka diumpamakan seperti shalat sunah semalam suntuk. Keistimewaaan lainnya adalah waktu fajar merupakan awal hari di mana badan dan fikiran kita masih segar bugar, sehingga kita akan semangat untuk beraktifitas.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang terlambat bangun di pagi hari banyak sekali ruginya. Orang bersegera bangun di pagi hari akan diberi Allah harta berlimpah dan berkah, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Mitos yang dianggap jauh dari fakta dan dipertanyakan kebenarannya ternyata tidak selamanya salah. Bahkan ada kalanya mitos itu sebuah pembelajaran dari sunah Rasulullah yang dikemas dengan kearifan lokal dan budaya setempat, sehingga terkesan bahwa itu adalah sebuah tradisi asli dan bukan merupakan adopsi. Sunah atau ajaran Rasulullah yang dikemas dalan tradisi dan budaya lokal akan mudah dipahami dan diterima oleh komunitas yang memiliki tradisi dan budaya tersebut. Oleh karena itu, hadis memandang mitos yang sesuai dengan ajaran Islam bukanlah hal yang menyeleweng.
[Sumber: Alam, F., & Qudsi, Z. (2017). Hadis dan Mitos Jawa. Riwayah, 3(1), 109-120]