Ikuti Kami

Keluarga

Suami Istri Bercerai, Anak Harus Memilih Siapa?

Suami Istri Bercerai Anak
Family splitting up and getting a divorce

BincangMuslimah.Com – Bagi pasangan suami istri pasti menginginkan pernikahan sekali saja dan langgeng seumur hidup. Lebih-lebih jika telah mendapat karunia buah hati lengkap sudah kebahagiaan keduanya karena bertambah peran sebagai orang tua. Namun tidak jarang dalam rumah tangga terjadi problematika yang akhirnya menyebabkan perceraian hingga berimbas kepada anak-anak mereka.

Tidak jarang pula antara mantan suami istri tersebut kemudian saling bercekcok memperbutkan hak asuh anak. Pertanyaannya adalah, jika suami istri bercerai kepada siapa hak asuk anak itu jatuh? Suami ataukah istri? Mari simak ulasan berikut.

Syaikh Abi Syuja’ dalam kitabnya At-Taqrib bab Al-hadhanah (hak asuh anak) beliau menjelaskan bahwa jika suami menceraikan istrinya dan mempunyai seorang anak dari istri tersebut, maka sang istrilah yang lebih berhak mengasuk anak itu setelah terjadi perceraian.

Syaikh Ibnu Qasim Al-Ghazi di dalam karyanya Fathul Qarib menjelaskan bahwa istri lebih berhak dengan segala sesuatu yang menjadikan kebaikan anak. Yakni dengan jalan mendidiknya, merawatnya, memberikan makan, minum, memandikan badannya, mencuci bajunya, merawatnya bila sakit dan kemaslahatan-kemaslahatan lainnya. Sedangkan biaya perawatan dan nafkah sang anak tetap wajib menjadi tanggung jawab ayah.

 

Minimal Usia Anak Mendapat Kebebasan Memilih Hak Asuh

Namun, jika istri menolak untuk merawat, maka pengasuhan anak beralih kepada para ibunya istri (nenek, buyut dan terus ke atas). Dan perawatan itu berlangsung sampai anak berusia usia 7 tahun.

Karena pada usia 7 tahun inilah usia tamyiz menurut kebiasaan usia anak yang sudah bisa melakukan aktivitas kesehariaannya dengan mandiri. Keterangan ini sebagaimana yang terdapat dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda,

عن عبد الله بن عمرو أن امرأة قالت: يارسول الله، كان بطني له وعاء وثديي له سقاء وحجري له حواء وان اباه طلقني واراد أن ينزعه مني فقال لها رسول الله صلى الله عليه وسلم أنت أحق به مالم تنكحي

Baca Juga:  Parenting Islami: Bentuk Partisipasi Orang Tua kepada Anak

Artinya: Dari Abdullah bin Amru bahwasannya ada seorang wanita yang bertanya: “Wahai Rasulullah, perutku baginya (anakku) adalah tempat, putingku baginya adalah wadah, dan pangkuanku baginya adalah tempat. Sungguh ayahnya telah menceraikanku dan ia ingin merebutnya dariku, Rasulullah Saw. bersabda kepadanya: “Kamu lebih berhak dengannya selama kamu belum menikah. (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Lalu, jika sudah berusia 7 tahun maka anak yang telah mandiri (tamyiz) tersebut kemudian hendaknya agar memilih apakah ia ingin ikut ayah atau ibunya. Mana yang dipilih antara keduanya, maka hendaklah anak diserahkan kepada pihak yang dipilih. Hal ini juga berdasarkan sabda Rasulullah Saw,

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن امرأة قالت: يا رسول الله أن زوجي يريد أن يذهب بابني، وقد نفعني وسقاني من بئر عنبة، فجاء زوجها فقال النبي صلى الله عليه وسلم: يا غلام، هذا ابوك وهذه أمك، فخذ بيد أيهما شئت. فأخذ بيد أمه، فانطلقت به

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya ada seorang perempuan berkata: “Wahai Rasulullah Saw. sungguh suamiku ingin mengasuh anakku. Sedangkan ia sungguh telah bermanfaat bagiku, dan ialah yang memberikan aku minum dari sumur Inabah. Lalu suaminya pun datang (kepada Nabi Saw.) Nabi Saw. bersabda: “ Wahai anak laki-laki, ini adalah bapakmu, dan ini ibumu, pilihlah diantara keduanya yang kamu mau,” Ia mengambil tangan ibunya yang kemudian pergi dengannya. (HR. Ahmad)

Akan tetapi, jika salah satu di antara kedua orang tuanya terdapat kekurangan, semisal keterbelakangan mental, maka yang berhak mengasuh adalah pihak lain, selama kekurangan itu selalu tetap ada padanya.

Dan apabila ayah dari anak tersebut meninggal, maka anak disuruh memilih antara ikut kakek dan ibu. Demikian pula pemilihan terjadi antara ibu dan orang yang ada urutan nasab, misalnya saudara laki-laki dan paman (dari pihak ayah).

Baca Juga:  Jika Orang Tua Merupakan Non Muslim

Itulah penjelasan mengenai hak asuh anak dalam Islam jika kedua orang tuanya bercerai. Apabila ia masih kecil di bawah usia tamyiz, maka hak asuh anak jatuh dipihak ibu. Sedangkan, jika sudah tamyiz maka ia disuruh memilih, apakah ingin diasuh ayah atau ibunya. Semoga bermanfaat.

Rekomendasi

Namaku Perempuan: Film yang Mengubah Cerita Menjadi Sumber Pengetahuan Namaku Perempuan: Film yang Mengubah Cerita Menjadi Sumber Pengetahuan

Namaku Perempuan: Film yang Mengubah Cerita Menjadi Sumber Pengetahuan

Nikah Siri : Pernikahan yang Sangat Rentan tapi Masih Sering Terjadi Nikah Siri : Pernikahan yang Sangat Rentan tapi Masih Sering Terjadi

Nikah Siri : Pernikahan yang Sangat Rentan tapi Masih Sering Terjadi

Darah Haid yang Terputus-putus Darah Haid yang Terputus-putus

Rumus Menghitung Darah Haid yang Terputus-putus

Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Apakah Darah Kuning dan Hitam Disebut Darah Haid?

Ditulis oleh

Santri Tahfidz Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuwangi Jawa Timur

23 Komentar

23 Comments

Komentari

Terbaru

Namaku Perempuan: Film yang Mengubah Cerita Menjadi Sumber Pengetahuan Namaku Perempuan: Film yang Mengubah Cerita Menjadi Sumber Pengetahuan

Namaku Perempuan: Film yang Mengubah Cerita Menjadi Sumber Pengetahuan

Berita

Melindungi Anak dari Pelecehan: Pentingnya Mengenalkan Bagian Tubuh Pribadi Sejak Kecil Melindungi Anak dari Pelecehan: Pentingnya Mengenalkan Bagian Tubuh Pribadi Sejak Kecil

Melindungi Anak dari Pelecehan: Pentingnya Mengenalkan Bagian Tubuh Pribadi Sejak Kecil

Keluarga

Darah nifas 60 hari Darah nifas 60 hari

Benarkah Darah Nifas Lebih dari 60 Hari Istihadhah?

Kajian

Nikah Siri : Pernikahan yang Sangat Rentan tapi Masih Sering Terjadi Nikah Siri : Pernikahan yang Sangat Rentan tapi Masih Sering Terjadi

Nikah Siri : Pernikahan yang Sangat Rentan tapi Masih Sering Terjadi

Kajian

Darah Haid yang Terputus-putus Darah Haid yang Terputus-putus

Rumus Menghitung Darah Haid yang Terputus-putus

Kajian

Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Apakah Darah Kuning dan Hitam Disebut Darah Haid?

Kajian

flek cokelat sebelum haid flek cokelat sebelum haid

Muncul Flek Coklat sebelum Haid, Bolehkah Shalat?

Kajian

Kasus Penculikan Anak: Refleksi untuk Melindungi Anak dari Kejahatan Kasus Penculikan Anak: Refleksi untuk Melindungi Anak dari Kejahatan

Kasus Penculikan Anak: Refleksi untuk Melindungi Anak dari Kejahatan

Keluarga

Trending

Darah nifas 60 hari Darah nifas 60 hari

Benarkah Darah Nifas Lebih dari 60 Hari Istihadhah?

Kajian

flek cokelat sebelum haid flek cokelat sebelum haid

Muncul Flek Coklat sebelum Haid, Bolehkah Shalat?

Kajian

Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah Darah Kuning Larangan bagi Perempuan Istihadhah

Apakah Darah Kuning dan Hitam Disebut Darah Haid?

Kajian

Peran Perempuan di Balik Sumpah Pemuda sampai Lahirnya Kongres Perempuan

Kajian

masa iddah hadis keutamaan menikah masa iddah hadis keutamaan menikah

Nikah Siri Sah dalam Islam? Ini Kata Pakar Perbandingan Mazhab Fikih

Keluarga

Darah Haid yang Terputus-putus Darah Haid yang Terputus-putus

Rumus Menghitung Darah Haid yang Terputus-putus

Kajian

Perempuan haid membaca tahlil Perempuan haid membaca tahlil

Hukum Perempuan Haid Membaca Tahlil

Kajian

ratu safiatuddin pemimpin perempuan ratu safiatuddin pemimpin perempuan

Ratumas Sina, Pahlawan Perempuan dari Jambi

Khazanah

Connect