BincangMuslimah.Com – Menurut perspektif Islam, anak merupakan amanah yang juga bisa berujung menjadi fitnah jika pendidikan tidak diberikan dengan baik. Kelak di akhirat akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah. Dengan demikian, setiap orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya agar menjadi insan yang shaleh dan shalehah. Pun orang tua bertugas memberikan pendidikan pengetahuan, agar kelak anak menjadi orang yang berwawasan luas. Berikut akan disebutkan empat kiat mendidik anak dalam Islam.
Semua ini, wujud pertanggung jawaban dari setiap orang tua, terhadap anaknya. Pun sebagai pertanggungjawaban orang tua pada Tuhan yang memberikan amanah berupa keturunan. Denngan keturunan itu, kelak menjadi generasi yang bisa dibanggakan orang tua, bangsa, dan agama.
Seorang pendidik sebaiknya mengetahui ilmu mendidik untuk diterapkan pada anaknya. Sebaik-baik bahan pendidikan adalah mendidik anak berdasarkan metode Al-Qur’an dan Rasulullah. Hal ini dapat menciptakan generasi yang mencintai dan mengamalkan Islam secara subtansial.
Menurut Muhammad al-Zuhaili, dalam buku Menciptakan Remaja Dambaan Allah mendidik anak secara Qur’an merupakan amal jariyah seorang pendidik, baik dia adalah orang tua atau seorang guru. Pendidik harus memiliki komitmen dalam mendidik anak-anaknya, sesuai dengan norma-norma dan hukum-hukum Islam.
Contoh sederhananya adalah seorang ayah tidak sepantasnya memberikan sumber penghasilan pada anak-anaknya yang berasal dari barang yang subhat, terlebih barang yang haram. Memberikan nafkah yang haram, hanya akan membiasakan anak berakhlak yang buruk kelak. Dan tertutup kemungkinan menjadi orang yang korup di masa depan.
Al-Qur’an menyeru kepada manusia, terlebih ayah untuk menjaga keluarganya dari siksa api neraka. Inilah cara mendidik anak versi Al-Qur’an yang pertama. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Tahrim/66:6;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa apa yang diperintahkan.
Hal ini menegaskan bahwa orang tua memiliki peran strategis dalam rumah tangga. Buya Hamka dalam Tafisr Al Azhar mengatakan dari rumah tangga itulah dimulai menanamkan iman dan memupuk Islam. Oleh sebab itu, dari rumah tangga itulah akan terbentuk umat. Dan dalam umat itulah akan tegak masyarakat Islam. Masyarakat Islam ialah suatu masyarakat yang bersamaan pandangan hidup, bersamaan penilaian terhadap alam.
Kedua, menurut ajaran Islam seorang anak sebaiknya diajarkan tentang shalat. Orang tua sebaiknya memperkenalkan dan memberikan contoh pada anaknya tentang shalat. Sejak balita sudah membiasakan anak untuk mengambil air wudhu dan mengikuti gerakan sholat, meskipun belum benar sama sekali.
Jika anak sudah terbiasa melihat orang tuanya sholat dan meniru setiap gerakannya, kelak akan lebih mudah untuk diajari. Jamak kita saksikan dari video media sosial, ada saja tingkah lucu anak-anak yang mempraktikkan gerakan shalat. Ada yang rukuk, ada yang berdiri layaknya orang shalat. Tentu ini langkah yang bagus untuk memperkenalkan shalat.
عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها، وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ
Artinya: Dari Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.” (H.R Abu Daud)
Ketiga, menanamkan nilai-nilai keimanan (ketauhidan) pada anak. Hal ini merupakan inti dari ajaran Islam dan risalah para Nabi yang diutus Allah. Tak bisa dipungkiri, konsep Tuhan dalam Islam adalah tauhid. Untuk itu menanamkan tauhid pada anak sejak usia dini adalah hal yang sangat penting.
Dalam tradisi Nusantara, pengenalan tauhid pada anak sudah mengakar lama. Ada tradisi mengaji sore—yang biasa dikenal dengan Ibtidaiyah—, anak-anak diajarkan sifat 20. Para anak-anak yang sekolah agama sore ini secara bersama-sama menyanyikan dan bersyair tentang sifat-sifat Allah, mulai dari wujud hingga kalam.
Tradisi ini terbilang penting, sebagai awal mengenalkan Allah pada anak-anak. Dengan demikian, keimanan sudah tertanam dalam diri anak sejak belia. Jangan dikira anak-anak itu tidak dapat menjangkau makna Ketuhanan itu. Tidakkah kita sadar bagaimana Nabi Ibrahim mencari Tuhan padahal belum dewasa? Tidakkah kita sadar, bagaimana bayi yang saksi Nabi Yusuf begitu fasih menceritakan Keesaan Allah.
Mengajarkan tauhid juga dipraktikkan Nabi pada anak-anaknya. Hal itu bisa dilihat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, dan Hakim. Dalam hadis itu dijelaskan bahwa Nabi mengazankan telinga Hasan dan Husein. Toh, pada adzan itu ada kalimat tauhid yakni persaksian hamba akan Tuhannya. Simak hadis riwayat Abu Rafi’:
عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِى أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِىٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلاَةِ.
Artnya; Dari Abi Rafi, ia berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengadzani telinga Al-Hasan bin Ali ketika dilahirkan oleh Fatimah, dengan adzan shalat” (HR. Abu Daud, At-Tirmizy dan Al-Hakim)
Keempat, seorang anak seyogianya diajarkan berpuasa sejak belia. Mengajak anak untuk mulai mengenal puasa sejak dini, merupakan hal yang baik. Seorang anak kira-kira pada usia 6 tahun sudah dibangunkan untuk melaksanakan sahur. Pun bisa juga dengan menggunakan cara melaksanakan puasa setengah hari atau berselang seling, baru selanjutnya puasa penuh seharian.
Di samping itu seorang tua juga bisa menanamkan nilai pada anak, terkait segala manfaat dan berkah dari puasa. Bisa juga orang tua menjanjikan hadiah bagi anak yang mampu berpuasa. Ini semua untuk mengenalkan rukun Islam pada anak. Agar kelak tak lalai pada kewajiban agama.