BincangMuslimah.Com – Dr. Sa’id bin Ali dalam kitab Al-Hadyu An-Nabi fi Tarbiyah Al-Aulad fi Dhau’ Al-Kitab wa As-Sunnah menjelaskan bahwa salah satu metode mendidik anak-anak adalah bersenda gurau dengan mereka. Hal ini merupakan akhlak oleh Rasulullah dengan anak usia dini. yang bisa kita teladani. Beliau sangat menyayangi anak kecil. Beliau tidak kejam dan keras terhadap mereka.
Mencium Cucunya; Al-Hasan bin Ali
Al-Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya pada kitab Al-Adab bab Rahmat Al-Walad wa Taqbiluhu wa Mu’anaqatuhu (menyayangi anak, menciumnya, dan memeluknya) menyebutkan suatu riwayat dari Abu Hurairah r.a.
Suatu ketika, Rasulullah saw. mencium Al-Hasan bin Ali, sedangkan di samping beliau ada Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi yang sedang duduk. “Sungguh, aku memiliki sepuluh anak, namun aku tidak pernah mencium satu pun dari mereka.” Kata Al-Aqra’ bin Habis. Mendengar komentar Al-Aqra’, Rasulullah saw. pun langsung melihat ke arahnya dan bersabda,
مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
“Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi”.
Hadis yang juga diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam kitab Shahihnya mengajarkan kita pentingnya sentuhan fisik terhadap anak-anak sebagai bentuk kasih sayang kepada mereka. Sehingga mereka akan merasa aman dan nyaman berada di dekat kita serta akan menyayangi kita.
Sikap Rasulullah saw. tersebut sepertinya memang jarang dilakukan oleh orang Arab saat itu. Hal ini pun dibuktikan dengan riwayat sayyidah Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa ada seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata,
تُقَبِّلُونَ الصِّبْيَانَ فَمَا نُقَبِّلُهُمْ
Artinya: “Kalian mencium anak-anak kalian, padahal kami tidak pernah mencium anak-anak kami.”
Rasulullah saw. bersabda,
أَوَ أَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ.
Artinya: “Apakah aku memiliki apa yang telah Allah hilangkan dari hatimu berupa sikap kasih sayang?” (HR. Al-Bukhari)
Menggendong Cucunya; Umamah binti Zainab Saat Shalat
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِأَبِي الْعَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا
Artinya: Dari Abu Qatadah Al-Anshari, bahwa Rasulullah saw. pernah shalat dalam keadaan membawa Umamah putri Zainab binti Rasulullah saw. dan Abul Ash bin Rabi’ah bin Abdusy Syams, jika beliau sujud, beliau meletakkannya, dan jika beliau berdiri beliau menggendongnya lagi.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dalam kitab Shahihnya. Pada riwayat Al-Imam Muslim diberikan tambahan penjelasan bahwa Nabi saw. saat itu menjadi imam shalat dan posisi Umamah berada di atas lehernya.
Peristiwa ini mungkin sering juga dialami oleh para orang tua saat shalat di dekat anak-anaknya yang masih kecil. Maka, sikap Rasulullah terhadap anak kecil tersebut dapat kita teladani, bahwa beliau tidak memarahi cucunya yang seolah mengganggu beliau saat shalat. Melainkan beliau dengan penuh kasih sayang menggendongnya dan mengajaknya shalat bersama.
Kisah di atas tidak hanya dialami oleh Umamah, melainkan juga pernah dialami oleh cucu Rasulullah saw. yang lain. Hal ini diriwayatkan oleh imam An-Nasa’i dalam kitab Sunan Al-Kubra dari Abdullah bin Syaddad dari ayahnya. Ayah Abdullah, yakni Syaddad menceritakan bahwa Rasulullah saw. pernah menjadi imam shalat dengan menggendong Hasan atau Husein.
Saat posisi sujud, Rasulullah saw. sujud lama sekali. Hingga Syaddad penasaran, ia pun mengangkat kepalanya. Syaddad melihat ada seorang anak kecil berada di atas punggung Rasulullah saw. Lalu Syaddad kembali sujud lagi. Setelah selesai shalat, para sahabat menanyakan kepada Rasulullah saw. tentang alasan beliau sujud lama. Apakah ada sesuatu yang terjadi atau ada wahyu yang sedang turun. Rasulullah saw. menjawab,
كل ذلك لم يكن ولكن ابني ارتحلني فكرهت أن أعجله حتى يقضي حاجته
Artinya: “Tidak terjadi apa-apa, hanya saja cucuku menunggangiku, maka aku tidak mau membuatnya terburu-buru , hingga ia menyelesaikan hajatnya.”
Membiarkan Ummu Khalid Memainkan Cincinnya
Ketika Ummu Khalid binti Khalid bin Sa’id masih kecil, ayahnya sering mengajaknya bertamu ke rumah Rasulullah saw. Terkadang, Ummu Khalid, sebagai anak kecil memain-mainkan cincin kenabian beliau. Ayahnya tidak nyaman dengan situasi itu. Ummu Khalid dimarahinya, karena dinilai kurang sopan pada junjungan kaum muslimin itu. Namun, Rasulullah saw. justru bereaksi lain, “Biarkanlah!” (HR. Al-Bukhari)
Beliau tidak marah dan memaklumi apa yang dilakukan Ummu Khalid, karena beliau paham bahwa dunia anak-anak adalah dunia bermain.
Memangku dan Mendoakan Cucu-Cucunya
Bentuk kasih sayang Rasulullah saw. kepada anak-anak juga dirasakan oleh Usamah bin Zaid. Usamah mengisahkan bahwa ia pernah dipangku Rasulullah saw. sementara Hasan di pangkuan beliau yang satunya. Lalu, beliau mendekap keduanya seraya berdoa,
اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمَا فَإِنِّي أَرْحَمُهُمَا
Artinya: “Ya Allah kasihilah keduanya karena aku mengasihi keduanya.” (HR. Al-Bukhari)
Memberi Salam kepada Anak-Anak
Keakraban Rasulullah saw. dengan anak-anak tersebut menjadi teladan bagi para sahabat di tengah krisis moral bangsa Arab dahulu. Beliau mengajarkan betapa anak-anak pun harus dihargai dan disayangi. Beliau paham betul bahwa tumbuh kembang anak tergantung orang dewasa yang berada di sekelilingnya.
Jika anak-anak berada di lingkungan yang baik dan penuh kasih sayang, maka mereka insya Allah akan tumbuh dengan baik. Begitu pula sebaliknya. Rasulullah saw. ingin mengisi memori sahabat-sahabat kecilnya dengan memori yang indah ketika bersamanya.
Diriwayatkan oleh imam Muslim, teladan sikap Rasulullah saw. kepada anak-anak adalah beliau suka memberi salam saat bertemu dengan anak-anak. Sikap ini pun akhirnya diteruskan oleh sahabat-sahabat beliau.
Salah satunya adalah Anas bin Malik r.a. yang saat itu berjalan bersama Tsabit Al-Bunnani, ketika mereka melewati anak-anak, Anas memberi salam kepada mereka. Anas memberi tahu Tsabit Al-Bunnani bahwa inilah yang dilakukan Rasulullah saw. saat berjalan bersamanya lalu bertemu dengan anak-anak. Apa yang dilakukan Rasulullah saw. dan Anas r.a. itu pun dilakukan oleh Tsabit Al-Bunnani.
Keakraban dan kehangatan Rasulullah saw. kepada anak-anak juga dirasakan oleh Anas bin Malik. Ia berkata, “Nabi saw. biasa bergaul dengan kami, hingga beliau bersabda kepada saudaraku yang kecil, “Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan oleh Nughair (nama burung) (H.R. Al-Bukhari) Rasulullah saw. tahu bahwa Abu Umair pernah bermain dengan seekor burung, namun burung itu mati. Maka, Beliau ingin menghibur Abu Umair.
Diceritakan Aisyah r.a., suatu ketika anak-anak dihadapkan pada beliau untuk dimintakan doa dan ditahnik. Pernah juga dibawa pada beliau seorang anak lantas anak itu mengencingi pakaiannya. Beliau lalu meminta air dan memercikkan ke bajunya yang terkena kencing tanpa mencucinya. (H.R. Al-Bukhari)
Demikianlah akhlak Rasulullah saw. terhadap anak kecil yang bisa kita teladani tentang bagaimana seharusnya mendidik anak-anak. Bukan dengan ancaman, kekerasan, dan hardikan. Namun sebaliknya, Rasulullah saw. memberi contoh agar selalu membuat hati senang anak-anak. Beliau tidak segan-segan mengajak bermain, bercanda, memangku, menggendong, mencium, dan memberi salam kepada mereka. Bukan hanya dengan anak dan cucunya sendiri, namun juga dengan anak-anak para sahabatnya.
Editor: Zahrotun Nafisaih
2 Comments