Ikuti Kami

Kajian

Syarifah Latifah: Inisiator Pendidikan Perempuan di Kesultanan Siak

Syarifah Latifah
https://www.batarfie.com/

BincangMuslimah.Com – Dalam sejarah Indonesia, di Jawa ada Kartini yang sangat melegenda, di Riau juga terdapat Kartini-nya sendiri. Ia berkiprah untuk membangun sekolah untuk para perempuan dan mendorong semangat mereka untuk setara dengan laki-laki. Sosok ini sangat peduli dengan nasib kaumnya dan berjuang melalui pendidikan. Sosok tersebut adalah Syarifah Latifah, seorang permaisuri Kesultanan Siak Sri Inderapura.

Perjuangannya dalam pendidikan perempuan mirip dengan apa yang telah dilakukan oleh Kartini. Mulai dari keduanya sama-sama berasal dari keluarga bangsawan. Seorang Kartini berdarah biru dikarenakan ia adalah putri Bupati Jepara, yang kemudian dinikahkan dengan ningrat lainnya yang merupakan Bupati Rembang.

Syarifah Latifah yang dikenal juga dengan nama Tengku Agung berasal dari kalangan terpandang. Syarifah Latifah merupakan istri dari Sultan Syarif Kasim II, pemimpin Kesultanan Siak Sri Inderapura yang berkuasa dari rentang waktu 1908 hingga 1946. Beliau lahir di Tanjungpura, Langkat pada tahun 1896.

Dikutip dari Prosopografi Tokoh Perempuan Pendidik di Riau, Syarifah Latifah mengenyam pendidikan tradisonal di lingkungan Istana Langkat. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan modern di Tanjungpura Langkat karena belum tersedianya sekolah modern kala itu. Tatkala pendidikan yang ada hanyalah pendidikan modern yang dibuat oleh Pemerintahan Belanda pada tahun 1908 hingga 1915. Pada masa itu, perempuan Melayu yang telah aqil baligh akan dipingit dalam kehidupan publik, salah satunya tidak boleh berangkat sekolah.

Dalam buku Mutiara Yang Terjaring karya Yusmar Yusuf bahwa pada awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1927, pada masa dimana perempuan Siak belum mengenal pendidikan modern, Syarifah Latifah didukung Sultan Syarif Kasim II mendirikan sekolah khusus untuk perempuan.

Sultanah Latifah School adalah sekolah perempuan pertama yang berdiri di Kerajaan Siak dan bahkan di daerah-daerah yang sekarang menjadi Provinsi Riau. Sultanah Latifah School merupakan sekolah keterampilan yang mengajarkan keterampilan anak negeri Siak.

Baca Juga:  Alasan Rasulullah Menolak Putrinya Dipoligami Sayyidina Ali

Syarifah Latifah sangat tekun menjaga dan mengembangkan tradisi memenun bagi perempuan Siak, sehingga perempuan Siak terutama di sekitar Kampung Dalam dan Kampung Rempak dikenal pandai menenun. Perjuangan Syarifah Latifah untuk kaum perempuan hanya dihentikan oleh takdirnya yang berpulang pada saat berusia 33 tahun.

Dalam beberapa literatur terdahulu mengenai pendidikan di Kerajaan Siak terdapat perbedaan pendapat tentang kapan sesungguhnya Sultanah Latifah School didirikan. Ada sumber yang menyebutkan tahun 1926 sebagai tahun berdiri meijseschool ini seperti dalam buku yang ditulis oleh (O.K. Nizami Jamil, 1997:16). Sementara sumber yang lain menyebutkan pada tahun 1928 seperti dalam Mukthar Lutfi, 1999.

Masing-masing pendapat tersebut memiliki pengikut dalam berbagai kajian tentang Kerajaan Siak yang datang kemudian. Berdasarkan laporan dalam Memoirevan Overgave (MvO) Kontroleur Siak, Leyds yang menjabat dari tahun 1927 sampai 1929 dan didukung oleh kontributor Siak sesudahnya, Kempe Valk tahun 1931 maka dapat ditentukan tahun berdirinya Sultanah Latifah School, didirikan pada tahun 1927. Bangunan sekolahnya dibangun pada April 1929.

Nama Sultanah Latifah School diambil dari nama Syarifah Latifah sendiri. Penggunaan kata Sultanah dihubungkan dengan kedudukan beliau istri sekaligus pengganti Sultan kala beliau berhalangan. Dalam buku Sultan Syarif Kasim II dengan Rela Meletakkan Mahkota Kerajaan Siak Demi Perjuangan Bangsa Indonesia karya O.K. Nizami secara jelas menyebutkan bahwa Syarifah Latifah sebagai penggagas Sultanah Latifah School.

Sultanah Latifah School berkembang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah guru dan muridnya. Pada tahun 1929, Leyds melaporkan, bahwa Latifah School memiliki dua lokal dengan 50 murid dan absen sekitar 2%. Dua tahun kemudian, Kontroleur Siak, Valk (1931: 10) melaporkan bahwa jumlah murid Sultanah Latifah School 66 orang.

Baca Juga:  Rahmah El-Yunusiyah: Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Melihat keseriusan para guru dan kedisiplinan kepala sekolah, Kontroleur Valk berharap, bahwa Sultanah Latifah School dapat berkembang menjadi lima lokal belajar. Bahkan, sekolah ini pernah mencapai murid tidak kurang dari 100 orang dengan tiga kelas (Yusuf et al., 1992: 170). Dengan demikian, jumlah murid Sultanah Latifah School meningkat dari tahun ke tahun, dan terbilang cukup besar pada masanya. Peningkatan jumlah murid tersebut terjadi pada tiga tahun pertama keberadaannya.

Murid-murid Sultanah Latifah School tinggal di asrama Istana Limas. Mereka adalah dayang-dayang atau anak-anak angkat sultan dan permaisuri. Selain mereka, murid-murid Sultanah Latifah School juga berasal dari anak-anak perempuan yang tinggal di sekitar istana, yaitu di Kampung Dalam dan Kampung Rempak, atau dari tempat lain yang memerlukan sampan  untuk penyeberangan.

Akhirnya, melalui murid-murid di dalam istana ini dan murid-murid yang tinggal kampung-kampung dekat istana, kegiatan bertenun menjadi milik masyarakat luas, terutama kaum perempuan di sekitar istana. Sepeninggal Tengku Agung pada tahun 1929, adiknya Tengku Maharatu yang meneruskan mengelola Sultanah Latifah School. Sayang sekali, Sekolah ini ditutup tatkala pendudukan Jepang masuk ke Siak pada tahun 1942.

Rekomendasi

Peran Pejuang Perempuan Bagi Kesejahteraan Kaum Hawa di Masa Kini

Rohana Kudus: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

laksamana malahayati laksamana malahayati

Laksamana Malahayati: Memimpin Armada Laut untuk Lawan Penjajah

Metode Nabi Muhammad Metode Nabi Muhammad

Tiga Langkah Membina Generasi Berkualitas bagi Perempuan Karir

Ditulis oleh

Mahasiswi UIN Jakarta dan volunter di Lapor Covid

Komentari

Komentari

Terbaru

Retno Marsudi: Diplomat Handal dengan Segudang Prestasi

Diari

Cara mendidik anak Nabi Ibrahim Cara mendidik anak Nabi Ibrahim

Teladan Rasulullah Sebagai Kepala Keluarga

Khazanah

Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid? Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid?

Bolehkah Perempuan Haid Membaca Maulid?

Kajian

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

Tafsir Surah al-Ahzab Ayat 21: Rasulullah Teladan Bagi Manusia

Khazanah

Etika Mengadakan Acara di dalam Masjid

Kajian

Ummu Sulaim Ummu Sulaim

Ibu Sempurna dalam Pandangan Masyarakat

Diari

Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya

Kisah Nabi Muhammad Bergurau Dengan Istrinya

Keluarga

Trending

Hukum Masturbasi dalam Islam Hukum Masturbasi dalam Islam

Hukum Menghisap Kemaluan Suami

Kajian

doa baru masuk islam doa baru masuk islam

Doa yang Diajarkan Rasulullah pada Seseorang yang Baru Masuk Islam

Ibadah

Doa Nabi Adam dan Siti Hawa saat Meminta Ampunan kepada Allah

Ibadah

Doa menyembelih hewan akikah Doa menyembelih hewan akikah

Doa yang Diucapkan Ketika Menyembelih Hewan Akikah

Ibadah

Murtadha Muthahhari: Perempuan Butuh Kesetaraan, Bukan Keseragaman

Kajian

Mengeraskan Bacaan Niat Puasa Mengeraskan Bacaan Niat Puasa

Doa Qunut: Bacaan dan Waktu Pelaksanaannya

Ibadah

Khalil Gibran dan Cintanya yang Abadi

Diari

mona haedari pernikahan anak kdrt mona haedari pernikahan anak kdrt

Suami Boleh Saja Memukul Istri, Tapi Perhatikan Syaratnya!

Kajian

Connect