BincangMuslimah.Com – Dalam Islam, bulan Sya’ban memiliki keutamaan tersendiri. Salah satu amalan yang dianjurkan untuk diperbanyak di bulan ini adalah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad.
Bulan Sya’ban juga berkaitan dengan turunnya ayat yang menganjurkan kaum muslimin untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad, yaitu Surah Al-Ahzab ayat 56.
Bagaimanakah penafsiran Surah Al-Ahzab ayat 56 yang memuat anjuran untuk bershalawat?
Asbabun Nuzul Surah Al-Ahzab ayat 56
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلٰى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S. 33 Al Ahzab 56)
Ayat ini berisi ketetapan Allah mengenai hubungan kaum muslimin dengan Nabi Muhammad.
Penempatan Surah Al-Ahzab ayat 56 dalam Al-Qur’an memiliki makna mendalam, yakni muncul setelah ketentuan-ketentuan sebelumnya dan sebelum peringatan bagi mereka yang menyakiti Nabi Muhammad.
Hal ini semakin menegaskan betapa tinggi kedudukan Nabi Muhammad di sisi Allah dan besarnya kasih sayang Allah kepada beliau.
Perintah dalam ayat ini juga memiliki keunikan tersendiri. Tidak ada perintah lain dalam Al-Quran yang sebelumnya didahului dengan penyebutan bahwa Allah sendiri telah melaksanakannya, kecuali perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Ka’ab Ibn ‘Ujrah, seorang sahabat Nabi Muhammad, bertanya mengenai tata cara bershalawat kepada Nabi Muhammad setelah turunnya ayat ini. Nabi Muhammad lalu mengajarkan shalawat yang berbunyi:
“Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad, Kama Shallaita ‘Ala Ibrahim Wa Ala Ali Ibrahim, Innaka Hamidum Majid. Allahumma Barik ‘Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad, Kama Barakta ‘Ala Ibrahim Wa ‘Ala Ali Ibrahim, Innaka Hamidum Majid.”
Surah Al-Ahzab ayat 56 bukan hanya sekadar perintah untuk tidak merendahkan Nabi Muhammad, tetapi juga mengajarkan umat Islam untuk mengagungkan beliau serta mengakui jasa-jasanya.
Jika seseorang tidak dapat menghormati sosok semulia Nabi Muhammad, maka bagaimana ia bisa menghormati tokoh-tokoh lainnya?
Jika seseorang enggan memberikan hak penghormatan kepada manusia agung, mungkinkah ia akan menghargai orang-orang biasa?
Karena pengorbanan dan jasa besar Nabi Muhammad, Allah mencurahkan rahmatNya kepada beliau, para malaikat memohonkan ampunan untuknya.
Penafsiran Surah Al-Ahzab ayat 56 Menurut Quraish Shihab
Quraish Shihab menjelaskan tafsiran Surah Al-Ahzab ayat 56 dengan menyoroti makna mendalam dari perintah bershalawat dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad. Menurutnya, perintah ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan Nabi Muhammad di sisi Allah serta besarnya cinta Allah kepada beliau.
Surah al-Ahzab ayat 56 menegaskan perintah bershalawat dengan diawali pernyataan langsung dari Allah bahwa Dia dan para malaikatNya senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad.
Setelah pernyataan ini, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk mengikutiNya dengan bershalawat kepada Nabi.
Bentuk fi’il mudhari’ (يصلون) dalam إن الله وملائكته يصلون على النبي menunjukkan suatu tindakan yang berlangsung terus-menerus, menegaskan bahwa Allah dan para malaikat-Nya senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad tanpa henti.
Bagian ayat di atas mengandung makna bahwa shalawat Allah kepada Nabi adalah bentuk pengampunan, sedangkan shalawat para malaikat adalah permohonan ampunan untuk beliau.
Sementara itu, dalam kelanjutan ayat, yaitu يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ, terdapat perintah bagi orang beriman untuk memohonkan ampunan bagi Nabi Muhammad.
Dengan demikian, ayat ini mengajarkan umat Islam untuk menghormati, mengenang, serta mengakui jasa-jasa beliau dalam membebaskan manusia dari kebodohan dan kegelapan masa jahiliyyah.
Hikmah Surah Al-Ahzab ayat 56
Para ulama telah membahas hukum menjalankan perintah Allah ini. Kemudian secara umum mereka sepakat bahwa semakin banyak seseorang bershalawat, semakin baik.
Bulan Sya’ban dikenal sebagai bulan yang memiliki banyak keutamaan dan sebagai persiapan menuju bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, bulan Sya’ban menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan bacaan shalawat, baik secara pribadi maupun dalam majelis. Dalam konteks ini, berkumpul dalam majelis untuk bershalawat akan semakin menghidupkan suasana ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah serta RasulNya.
Dengan memperbanyak shalawat, seorang muslim tidak hanya menjalankan perintah Allah dalam Al-Qur’an, tetapi juga mempererat ikatan spiritual dengan Nabi Muhammad. Dengan begitu, dengan harapan kelak ia memperoleh syafaat Nabi Muhammad di hari akhir.
Referensi:
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian. Jilid 11. Jakarta: Lentera Hati, 2002.