BincangMuslimah.Com – Salah satu syarat sah shalat ialah menutup aurat. Menurut mazhab Syafi’i batasan aurat laki-laki yakni antara pusar hingga lutut. Sedangkan untuk perempuan batasan auratnya ialah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Ketika seseorang hendak melaksanakan shalat alangkah baiknya untuk memperhatikan apakah seluruh auratnya telah tertutupi atau tidak, karena hal ini memiliki konsekuensi terhadap sah atau tidaknya shalat.
Seiring berkembangnya zaman, seseorang dalam menutup aurat semakin mudah karena produksi kain dan pakaian yang semakin pesat. Tren dan tradisi tiap negara atau daerah pun berbeda-beda dalam cara mereka menutup aurat saat shalat.
Bisanya, di negara-negara selain Asia, khususnya Indonesia, kaum muslimah ketika hendak melaksanakan shalat mereka akan mengenakan pakaian yang rapih, panjang, tidak membentuk tubuh, dan hanya menampakan wajah dan kedua telapak tangan saja. Sedangkan di Indonesia sendiri sudah menjadi tradisi ketika hendak melaksanakan shalat maka kaum muslimah akan mengenakan mukena untuk pelengkap menutup aurat dalam shalat.
Dikarenakan keberadaan mukena sudah menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat Indonesia, maka tidak bisa dipungkiri adanya inovasi yang terus bermunculan untuk model dan tren mukena di setiap masa. Bentuknya pun semakin bervariasi, ada yang berbentuk potongan (atasan dan rok bawahan), lajuran atau langsungan, gamis, dan lain-lain.
Bukan hanya sekedar bentuknya yang bervarian, namun dari segi kainnya pun mulai banyak gaya dan model. Mukena yang awalnya hanya dari kain putih biasa, semakin kesini mulai muncul adanya corak pada kain tersebut, bermacam-macam corak diproduksi dan ditawarkan untuk menarik konsumen.
Bahkan sudah mulai muncul mukena yang bergambar yang mana biasanya dapat dijumpai untuk mukena-mukena khusus anak-anak, adapun mukena yang bercorak biasanya lebih meluas yakni untuk kalangan dewasa. Lantas, apa hukum mengenakan mukena bergambar bagi muslimah?
Ada suatu hadis yang mendekati masalah ini, di mana saat itu Rasulullah dalam keadaan shalat dan melihat suatu kain yang bergambar. Berikut hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya,
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيصَةٍ لَهَا أَعْلَامٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلَامِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلَاتِي وَقَالَ هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْتُ أَنْظُرُ إِلَى عَلَمِهَا وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ فَأَخَافُ أَنْ تَفْتِنَنِي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab dari Urwah dari Aisyah bahwa Nabi shalat di atas kain yang bergambar. Lalu beliau melihat kepada gambar tersebut. Selesai shalat beliau berkata, “Pergilah dengan membawa kain ini kepada Abu Jahm dan gantilah dengan pakaian polos dari Abu Jahm. Sungguh kain ini tadi telah mengganggu shalatku.” Hisyam bin Urwah berkata dari ayahnya dari Aisyah berkata, “Nabi saw. bersabda, “Aku melihat pada gambarnya dan aku khawatir gambar itu menggangguku.”
Pada hadis di atas tertulis jelas bahwa Rasulullah merasa terganggu dengan adanya kain yang bergambar saat beliau melaksanakan shalat sehingga beliau memerintahkan sayyidah Aisyah untuk menggantinya dengan kain polos. Hal ini bisa dijadikan sebuah dalil agar hendaknya ketika melaksanakan shalat untuk tidak menggunakan kain yang bergambar atau bermotif.
Namun, beberapa ulama berpendapat bahwa tidak masalah apabila mengenakan mukena atau kain untuk menutup aurat yang bergambar atau bermotif bagi muslimah selama kain tersebut suci dan dapat menutup aurat dengan sempurna. Tetapi ketika muncul keganjilan berupa timbulnya ketidak fokusan atau ketidak khusyukan dalam melaksanakan shalat bagi dirinya sendiri dan juga orang di sekitarnya ketika shalat, maka makruh baginya untuk mengenakan mukena atau pakaian yang bergambar atau bermotif tersebut.